Oleh: Ainun Dawaun Nufus (Pengamat Sosial Politik)
Barat yang dipimpin oleh Amerika tahu dengan pasti bahwa umat Islam sudah cukup muak dengan kepalsuan rezim-rezim yang didukung oleh Barat sendiri. Barat juga tahu bahwa umat ini menginginkan Islam sebagai alternatif satu-satunya. Oleh karena itu, sejumlah pusat penelitian di Amerika dan yang lainnya mengajukan proposal dengan menawarkan rezim-rezim yang tunduk pada Barat.
Rezim-rezim itu dimunculkan seolah-olah sebagai alternatif dengan mengenakan pakaian Islam. Semua dilakukan dalam rangka memuluskan pencurian Barat di tengah kegelisahan umat dan revolusi yang mereka impikan. Dengan cara itu, Barat berupaya menjauhkan umat dari kebangkitan yang sesungguhnya, yang dapat mewujudkan penerapan Islam sepenuhnya.
Barat dengan berbagai institusi dan para politisinya tidak akan terpaksa menggunakan rencana itu kecuali karena adanya opini publik yang sangat kuat menginginkan Islam di tengah-tengah umat. Tujuan utamanya adalah untuk menipu umat yang mulia ini sehingga pada tahun-tahun terakhir umat kembali mundur dan jauh dari kebangkitan yang sesungguhnya, melalui berdirinya rezim-rezim yang mengusung slogan-slogan Islam, tetapi memimpin dengan sistem kehidupan Barat dan loyalitas terhadap Barat, sebagaimana sebelumnya. Bedanya, yang ini dengan baju baru.
Ada kebohongan yang sering diulang terkait esensi dari pemikiran “Radikalisasi” yang kemudian membuat masyarakat mempercayainya. Yaitu, “setiap kali Anda menjadi lebih Islami, maka Anda lebih berpotensi menjadi ancaman.” Hal ini kemudian menjadi alasan pembuatan kebijakan “Deradikalisasi” yang dimaksudkan untuk membuat kaum Muslim “menjadi komunitas yang berislam setengah-tengah” dan lebih menyesuaikan diri dengan standar liberalisme dan kebijakan pemerintah.
Salah satu langkah penting Amerika untuk mempertahankan kepentingannya di Timur Tengah dan Dunia Islam lainnya adalah dengan memanfaatkan gerakan-gerakan yang pada awalnya memiliki akar Islam. Langkah ini dilakukan dengan cara: Pertama, vaksinasi gerakan-gerakan Islam dengan ide-ide sekular gaya Barat. Kedua, upaya pemerintah AS untuk berkomunikasi dengan beberapa gerakan-gerakan Islam.
Ketiga, membajak revolusi. Awalnya gerakan Islam masuk dengan mengusung simbol Islam. Para pendukungnya pun begitu berharap akan penerapan Islam. Namun kemudian gerakan Islam beralih pada upaya mencari pembenaran sehingga umat dipaksa agar puas dengan realitas yang ada. Umat akan terus diselimuti keadaan ini hingga ada thaghut lain yang memerintah atas nama Islam. Padahal menjadikan demokrasi sebagai asas merupakan bentuk perlawanan terhadap Islam.
Ingat, sesunguhnya Umat Yang Adil, Bukan Umat Pertengahan (Moderat), seperti yang dikampanyekan kelompok liberal untuk menghancurkan Islam. Adakah kompromi atau jalan tengah dalam sabda Rasulullah saw. kepada pamannya, Abu Thalib, ketika kaum Quraisy menawarkan kepada beliau pangkat, harta, dan kehormatan agar beliau mau meninggalkan Islam? Yang ada pada saat itu justru ketegasan sikap Rasulullah saw. ketika beliau berkata, “Demi Allah, wahai Paman, andaikata mereka meletakkan matahari di tangan kananku dan bulan di tangan kiriku agar aku meninggalkan perkara ini (Islam), niscaya aku tidak akan meninggalkannya sampai Allah memenangkan perkara itu atau aku hancur karenanya!”
Yang jelas, sikap pertengahan (moderat) merupakan kaidah berfikir Kapitalisme, dan sama sekali bukan dari Islam, sekalipun tidak sedikit orang yang berusaha menghubungkan sikap pertengahan (moderat) itu dengan Islam
Telah disadari umat Islam, kapitalisme telah menjerumuskan dunia ke dalam dua perang dunia. Tak terhitung pula upaya-upaya kolonial yang masih berlangsung, korupsi yang meningkat dan fragmentasi, kemiskinan yang belum pernah terjadi sebelumnya dengan lebih dari 1 miliar orang berada dalam kelaparan serius. Di antara keburukan-keburukan yang lain dari Kapitalisme adalah bahwa ia telah mengantarkan ke dalam zaman keemasan hedonisme dan pergaulan bebas, yang dijamin oleh dasar-dasar Kapitalisme.
Oleh karena itu ungkapan-ungkapan seperti “kebebasan wirausaha” dan “hak-hak individu” telah memunculkan asumsi yang menyesatkan bahwa Kapitalisme adalah ideologi yang maju secara sosial dan ekonomi. Maka umat Islam telah menempatkan peradaban rusak kapitalisme sebagai musuh bersama. [syahid/voa-islam.com]