View Full Version
Ahad, 08 Sep 2019

Hijrah Menjadi Umat Terbaik

WAKTU cepat berlalu. Kita kembali memasuki Tahun Baru Islam yakni 1 Muharram 1441 H yang jatuh bertepatan dengan tanggal 1 September 2019 M. Muhasabah diri tentu penting dilakukan terus-menerus. Agar setiap dari kita bisa memperbaiki atau ber-“hijrah”.

Hijrah secara bahasa adalah berpindah dari sesuatu yang lain atau meninggalkan sesuatu menuju sesuatu yang lain. Jadi Hijrah itu identik dengan perubahan. Tentu perubahan yang dimaksud di sini adalah perubahan yang baik. Adapun Ibnu Rajab al-Hanbali dalam Fath al-Baarii menjelaskan, asal dari hijrah adalah meninggalkan dan menjauhi keburukan untuk mencari, mencintai dan mendapatkan kebaikan. Sebagian ulama juga mengartikan hijrah adalah keluar dari “darul kufur”  menuju “darul islam”. Keluar dari kekufuran menuju keimanan.

Perintah hijrah sendiri ada dalam beberapa ayat Al-Quran, antara lain QS. Al-Baqarah (2): 218. “Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di jalan Allah mereka yang mengharapkan rahmat Allah dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” Dan ada beberapa ayat lain yang terdapat di dalamnya perintah untuk berhijrah seperti dalam QS. Al-Anfal (8): 74 dan QS. At-Taubah (9): 20.

Jika kita coba membuka lembaran sejarah. Hijrah Rasulullah SAW bukan hanya hijrah dalam arti pindah dari tempat satu ke tempat lain. Seperti yang kita tahu, bahwa Rasul SAW bersama para sahabat hijrah dari mekah ke madinah dengan tujuan mempertahankan dan menegakkan risalah Allah yang terdiri dari akidah dan syariat Islam. Inti hijrahnya Rasulullah SAW adalah berubah. Berubah cara hidup yang tidak islami menjadi cara hidup yang islami di mana islam menjadi aturan yang diterapkan untuk dilaksanakan dalam kehidupan sehari-hari.

Hijrah itu terjadi karena adanya kesadaran akan pentingnya perubahan dari keadaan yang buruk kepada keadaan yang lebih baik. Kesadaran itu sendiri muncul ketika ada muhasabah diri, jadi muhasabah itu penting. Salah satu yang bisa kita lakukan untuk menyongsong hijrah kita adalah meninggalkan sesuatu yang Allah larang. Jelas segala bentuk larangan yang Allah tetapkan harus kita tinggalkan. Meninggalkan apa yang Allah larang berbeda dengan melakukan apa yang Allah perintahkan. Meninggalkan apa yang Allah larang tidak menuntut kemampuan sedangkan melakukan apa yang Allah perintahkan menuntut kemampuan.

Hal ini seperti yang Rasul SAW sabdakan: “Jika aku melarang kalian dari sesuatu maka tinggalkanlah dan jika aku memerintahkan sesuatu maka lakukanlah sesuai batas kemampuan kalian.” (HR Ahmad, al-Bukhari dan Muslim)

Selain menuntut kemampuan, perintah Allah juga harus segera di laksanakan. Dengan demikian muslim harus segera berhenti dari apa yang dilarang Allah dan meninggalkannnya. Serta segera menjalankan berbagai perintah Allah. Dengan dua prinsip ini, setiap muslim tentunya akan menjadi sosok yang bertakwa lagi taat.

Hal selanjutnya yang bisa kita lakukan untuk menyongsong hijrah kita adalah dengan mencintai syariat-Nya bukan membenci bahkan menolak untuk menerapkan syariat-Nya. Intinya seorang muslim tidak boleh berhenti untuk berubah kearah yang lebih baik sesuai tuntunan syariah islam. Kaum muslim secara keseluruhan juga perlu melakukan muhasabah atau interospeksi atas keadaan umat Islam sekarang. Kita perlu merenungkan bagaimana cara menyelesaikan masalah umat Islam kemudian memikirkan bagaimana keadaan yang seharusnya diinginkan oleh Islam selanjutnya menindaklanjut hasil muhasabah itu.

Allah kabarkan pula kepada kaum muslim, bahwa mereka akan menjadi umat terbaik. Sebagaimana Firman Allah SWT dalam QS Ali Imaran (3): 110. Hanya saja Umat Terbaik yang Allah janjikan itu tidak datang begitu saja. Harus ada ikhtiyar atau usaha untuk mewujudkannya. Cara untuk mewujudkannya adalah dengan melakukan aktifitas amal makrufnahi munkar dan mengimani Allah. Imam ath-thabari menjelaskan karakteristik umat tebaik dalam tafsirnya, Jaami’u al-Bayaan: Firman Allah “ta’muruuna bi al-ma’ruf itu bermakna: kalian memerintahkan manusia agar mengimani Allah dan Rasul-Nya serta mengamalkan syariahnya. Lalu “wa tanhawna ‘an al munkar” bermakna: kalian melarang manusia untuk menyekutukan Allah, mendustkan Rasul-nya dan mengamalkan apa yang Dia larang.”Secara umum itu umat terbaik itu adalah engimani Allah, mengikuti sunnah Rasul SAW, melakukan amal makrufnahi munkar, dan melaksanakan syariah.

Namun, fakta yang ada memperlihatkan bahwa umat islam hari ini belum menjadi khayru ummah. Umat islam hari ini belum menjadi pemimpin bagi umat lain. Bahkan umat Islam justru menjadi objek ekploitasi pihak lain. Hal ini terjadi karena budaya amal makruf nahi munkar sendiri yang tidak hidupkan. Terutama aktifitas amal makruf terhadap penguasa. Penguasa saat ini masih menerapkan sistem yang menyengsarakan umat. Menimbulkan keterpurukan terhadapan kehidupan umat Islam. Hal itu terjadi karena tidak di terapkan syariah Islam secara kaffah.

Kondisi umat Islam saat ini tentu tidak boleh dibiarkan. Kondisi ini harus diubah. Aktivitas perubahan harus gencar dilakukan ke tengah-tengah umat. Karena itu ayo kita jadikan hijrah kita di bulan muharram ini sebagai momentum perubahan dari kondisi terpuruk akibat sistem rusak yang sekarang di terapkan menjadi kondisi terbaik yang berasal dari penerapan Islam secara kaffah. Dengan demikian jadilah umat Islam umat terbaik seperti yang Allah janjikan.*

Atika Balqis Azizah

Musyrifah Sekolah Tahfizh Plus SMP Khoiru Ummah Sumedang


latestnews

View Full Version