View Full Version
Jum'at, 22 May 2020

Perempuan, Hak dan Kedaulatan Tubuh

 

Oleh:

Annisa Rahma S.

Nabilla Khairunnisa

Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional, FISIP UNPAS

 

MENGUTIP dari laman web dengan judul "Prostitusi Bisa Jadi Pilihan yang Berdaulat" pada tanggal 16 Mei 2020 (lihat : https://magdalene.co/story/prostitusi-bisa-jadi-pilihan-yang-berdaulat) , serta pada akun twitter nya dengan judul yang sama di tanggal 15 Mei 2020 (lihat : https://twitter.com/the_magdalene/status/1261272618591633408?s=19_). Pemikiran yang nampak jelas dilahirkan dari sebuah pemahaman yang bathil, selalu nampak balutan-balutan kata yang dikemas dengan rapih. Namun, sejatinya kata-kata tersebut akan merusak berbagai lapisan dari setiap generasi.

Tulisan ini mencoba membahas bagaimana pernyataan tersebut dapat dengan mudah disuarakan, dalam hal ini tidak akan terlepas dari sebuah pemikiran yang hebat berbasis ideologi yang eksis saat ini. Alamiahnya seorang manusia yang beriman nan cerdas akan nampak dari perilakunya jika melihat sesuatu yang bathil ia akan mengambil sikap, setidaknya sikap untuk melawan pemikiran yang bathil dengan pemikiran yang haq.

Pernyataan yang dipublikasikan oleh salah satu akun tokoh feminisme tentu telah menimbulkan keresahan umat di seluruh dunia terkhusus Indonesia yaitu kampanye nilai-nilai feminis yang jelas memusuhi institusi keluarga dan mengusung isu kedaulatan tubuh serta kebebasan seksual. Publikasi tersebut menampilkan pernyataan, kutipan dan wawancara para pendukung pelacuran, serta di saat yang bersamaan memunculkan komentar yang merendahkan dan menghina peran dan kedudukan istri dalam institusi pernikahan/keluarga. Menurut opini mereka, profesi pelacur dianggap memiliki kemerdekaan dan kontrol penuh atas tubuhnya.

Pelacur bebas kapan menerima pesanan, menentukan jenis pelanggan yang akan dilayani, dan  mendapatkan bayaran ketika berhubungan seksual dengan kliennya. Sedangkan seorang Istri dianggap sebagai pelacur yang  diperbudak, karena selain digunakan untuk hubungan seksual,  istri harus merawat rumah dan keluarga dan tunduk pada suami. Naudzubillahimindzalik... Nampak sudah kerusakan berpikir yang berakar dari pemahaman yang bathil (liberalisme)tersebut semakin mempunyai kekuatan untuk tidak segan menyuarakan.

Liberalisme merupakan suatu pemahaman yang mewujudkan kebebasan pada tingkah laku, manusia bebas melakukan tetapi tidak boleh terikat pada aturan agama termasuk perempuan bebas mau melakukan apapun terhadap tubuhnya, dalam hal ini melacurkan diri merupakan bentuk kemerdekaan. Sedangkan dalam Islam manusia harus terikat dengan aturan pencipta. Dan dalam Islam makna merdeka adalah meninggalkan penghambaan kepada selain makhluk termasuk nafsu dan menyerahkan totalitas penghambaan kepada Allah saja. Rasanya langsung ingin mengatakan bahwa feminisme liberalisme adalah biang kerusakan, karena tidak ada lagi kata yang mampu dijadikan balutan sementara pahamnya terlalu dangkal dan menyesatkan.

Sebagai sindiran keras pada media feminis tersebut, bahkan bila dilihat dari sudut pandang feminis jika Magdalen tetap bersikeras fokus dengan paham feminis nya, bukan kah seharusnya memperjuangkan kesetaraan gender sebagai agenda dari feminis ini berarti melawan prostitusi, lantas bisakah mereka menyebut orang yang menjual tubuhnya dengan kata “berdaulat atau merdeka” ? Dari sini bahkan terlihat untuk menyuarakan paham yang mereka perjuangkan saja masih banyak pertentangan didalamnya antara nilai-nilai yang menjadi dasar dari feminis dengan apa yang baru saja disuarakan oleh salah satu aktor pejuang feminis ini, ini jelas bahwa para pejuang feminis saja tidak dapat konsisten dengan paham yang dianutnya lalu untuk apa mereka menyebarkannya padahal masih banyak keraguan didalamnya.

Kedaulatan tubuh dalam berbagai publikasi feminis seperti Magdalene ini, yang menganggap kemerdekaan perempuan terletak pada kebebasan dalam mengontrol organ seksualnya, bukanlah barang baru karena telah dikampanyekan secara masif di Indonesia.Atas nama ide kesetaraan gender, semua hal yang dianggap bias gender akan digugat termasuk aturan relasi hubungan suami istri. Lagi-lagi kami mengatakan selalu ada mastermind, right ! Mastermind of Feminism, yang dengan mudah menyebarkan bahkan diadopsi masyarakat dunia.

Dunia saat ini (liberalisme) lahir dari rahim kapitalisme, nampak jelas yaitu selalu gagal dalam menyelesaikan semua masalah, menambah masalah baru lebih tepatnya. Ini adalah akibat dari sahabat karibnya sistem sekuler yang mereka terapkan. Termasuk dalam masalah perempuan, bagaimana tidak disebut gagal bila konseptor ide gender tak pernah tulus menghargai martabat perempuan, kecuali hanya menjadikan perempuan sebagai obyek ekonomi lebih parahnya dipromosikan untuk menjadi pelacur dengan dalih hal tersebut merupakan kemerdekaan atas hak perempuan yaitu hak kebebasan terhadap tubuhnya. Siapkah jika anak perempuan kita, saudara perempuan kita, bahkan ibu kita melacurkan dirinya? Naudzhubillahimindzalik.

Apa yang di suarakan oleh Magdalen tentunya dinilai meninggikan derajat perempuan dengan merendahkan derajat perempuan lainnya. Tentunya pernyataannya berusaha menggiring opini dunia untuk lebih memandang tinggi seorang pekerja seks komersial dibanding seorang istri yang sah secara agama dan hukum. Lalu disisi mananya Magdalena memperjuangkan kesetaraan gender ? Toh dalam Islam derajat semua wanita adalah sama dihadapan Allah dan yang membedakannya hanya tingkat ketaqwaannya saja tanpa memandang fisik, latar belakang dan lain sebagainya. Sehingga jelas bahwasannya pemahaman keliru seperti ini sangat berbahaya untuk disebar luaskan terlebih pada muslimah yang baru saja mulai belajar memahami tentang hak-haknya sebagai seorang wanita, bagaimana jika pemahaman ini di amini oleh pemikiran singkatnya, bukankah ini dapat menggerus pondasi keislaman seorang muslimah yang menjadi dasar dalam membangun peradaban nantinya dan tentunya akan berpengaruh pada ketahanan keluarga yang akan dibangunnya sebab falsafah-falsafah keliru seperti ini.

Watak liberal yang disandang Kapitalisme turut memberi andil terhadap penghancuran peran sentral setiap anggota keluarga. Peradaban kapitalis juga telah mereduksi nilai perempuan; hanya dianggap berharga bila mandiri secara finansial. Inilah fenomena kerusakan yang dirasakan di seluruh penjuru dunia. Bagaimanapun Kapitalisme beserta turunannya—demokrasi, liberalisme hingga kesetaraan gender—adalah sistem destruktif hingga mampu menghancurkan tatanan masyarakat. Untuk menghentikan destruksinya, butuh solusi struktural bukan individual ataupun komunal. Kedaulatan tubuh tentunya sangat bertentangan dengan konsep keluarga yang merupakan hubungan suci dan sakral karena diikat oleh nilai-nilai agama. Pernikahan dan keluarga adalah unit sosial masyarakat terkecil yang menunjang peradaban manusia. Keluarga yang ideal merupakan tempat pulang yang hangat bagi jiwa dan raga manusia.

Perlakuan sekuler (pemisahan agama dari kehidupan) telah menggerogoti peradaban, manusia telah lumpuh dari kebenaran akibat dari paham liberalis tersebut. Allah yang menciptakan manusia, apalagi hanya sekedar masalah perempuan tentu mengetahui solusi yang tepat dan pasti memuliakan perempuan. Sebagaimana firman-Nyadalam QS. An-Nisa ayat 19, kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga sering mengingatkan dengan sabda-sabdanya agar umat Islam menghargai dan memuliakan kaum wanita. Di antara sabdanya:  “Aku wasiatkan kepada kalian untuk berbuat baik kepada para wanita.” (HR. Muslim: 3729). “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya, dan aku adalah yang paling baik terhadap istriku.” (HR Tirmidzi, dinyatakan shahih oleh Al Albani dalam “ash-shahihah”: 285)

Solusi yang haq sebagaimana Ia maha mengetahui makhluk ciptaan-Nya telah berfirman “Hai orang-orang mukmin, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu” (Q.S Muhammad : 7). Melihat paham-paham yang semakin merusak generasi, akankan kita hanya berdiam diri saja ? sedangkan bukti cinta-Nya telah lengkap sebagai pedoman hidup. “Kamu adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah..” (Q.S Ali ‘Imran : 110). Merasakah kita tergolong umat yang Allah sebutkan dalam firman-Nya ? sedangkan melihat kebathilan saja kita masih berdiam diri, padahal Allah telah memerintahkan kita untuk masuk Islam secara keseluruhan sebagaimana firman-Nya “Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu” (Q.S Al-Baqarah :208). Diam atau bergerak ?? Wallahu ‘alam.*


latestnews

View Full Version