View Full Version
Ahad, 02 Aug 2020

Arti Cinta

Oleh:

Dahlia Kumalasari ||Pendidik

 

KEMULIAANNYA sungguh tergambar jelas. Bahkan sampai detik ini, shalawat senantiasa terucap untuk nabi Ibrahim dan keluarganya. MasyaAllah, dari beliau-lah kisah keteladanan sempurna yang selayaknya umat Muslim jadikan rujukan dalam meniti kehidupan. 

Banyak tuntunan doa-doa nabi Ibrahim yang membasahi lisan umat Muslim. Salah satunya doa di dalam surah As-Shaffat ayat 100 : "Rabbi Hablii Minass Shoolihiin", yang artinya: “Wahai Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang sholih.” 

Benar bahwa nabi Ibrahim memohon keturunan yang shalih. Permintaan doa yang "mungkin" langka dalam kehidupan sekuler seperti saat ini. Suatu kehidupan yang meminggirkan nilai-nilai syariah. Kehidupan yang sangat mengagung-agungkan kesempurnaan fisik, kecantikan, ketampanan, kedudukan, maupun harta duniawi. Beliau mengingatkan kita betapa prinsip menjadi sholih, seharusnya menjadi haluan dalam kehidupan berumah tangga. Pun dalam meminta keturunan kepada Allah Ta'ala.

 

Pengorbanan : Wujud Cinta Hakiki

 

Dari nabi Ibrahim kita belajar, bahwa wujud mencintai adalah mau berkorban. Disaat Allah Ta'ala memerintahkan beliau untuk menyembelih putra kesayangannya yang lama dinanti, nabi Ibrahim bersegera melakukan perintah Allah Ta'ala tanpa membantah atau menunda sedikitpun. Nabi Ibrahim meletakkan kecintaan kepada Allah Ta'ala diurutan yang pertama, diatas kecintaan pada keluarga, harta, dan lainnya. 

Mungkin menurut "akal manusia yang terbatas" perintah untuk menyembelih anak yang didambakan, nampak "aneh". Namun, disitulah keimanan manusia akan diuji. Apakah manusia mau tunduk dengan setiap perintah-Nya?. Ataukah manusia lebih memilih mengikuti hawa nafsu yang akan menghantarkan pada jurang kesesatan?. Dan wujud mencintai Allah Ta'ala secara hakiki adalah mau mengorbankan apapun yang dimilikinya untuk dipersembahkan kepada-Nya.

 

Bagaimana dengan Pengorbanan Kita?

Hingga saat kita meneropong pada kehidupan saat ini, ternyata banyak sekali panduan dan perintah dari-Nya yang belum tertunaikan. Disadari atau tidak, banyak perintah-Nya yang kita abaikan. Entah itu dalam ranah pribadi, keluarga, masyarakat, maupun negara. Padahal jika kita mengaku mencintai Allah, maka harus ada bukti nyata. Sebagaimana nabi Ibrahim yang begitu taat dan mencintai Allah, hingga mau mengorbankan putranya semata-mata karena Allah Ta'ala. 

Sekaranglah saatnya kita banyak bermuhasabah diri. Karena ternyata kita masih pilah pilih dengan syariah-Nya. Kita perlakukan syariah bagaikan makanan prasmanan. Jika suka kita kerjakan, jika tak suka maka kita tinggalkan. 

Puasa arafah, sholat Idul Adha, menyembelih dengan menyebut asma-Nya kita kerjakan. Namun riba masih bertebaran, gaul bebas masih menjadi pilihan, sikap cuek dan individualis masih merajalela. Astaghfirullah... 

Sudah saatnya kita benar-benar meluruskan niat dan amal kita. Karena ternyata masih banyak amal yang berseberangan dengan syariah-Nya. Buktikan bahwa kita benar-benar meneladani nabi Ibrahim secara sempurna. Termasuk keistiqomahan beliau yang melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Bahkan beliau melakukannya pada pimpinan negara yang dzalim. MasyaAllah… 

Ya, meneladani nabi Ibrahim tidak sebatas pada perkara berdoa agar dianugerahi anak yang sholih dan berkorban menyembelih hewan. Namun lebih dalam lagi, bukti cinta kita kepada Allah Ta'ala yaitu dengan mengorbankan apapun yang kita miliki untuk tunduk pada seluruh syariah-Nya. Wa ma taufiqi illa bilLah, ‘alaihi tawakkaltu wa ilaihi unib.*


latestnews

View Full Version