Oleh: Dr. Muhammad Yusran Hadi, Lc., MA*
Di akhir penghujung tahun 2022 ini, banyak bencana alam atau musibah terjadi di Indonesia. Bahkan sampai bulan Januari tahun 2023 bencana terus terjadi. Bencana yang menimpa bangsa Indonesia ini terjadi terus menerus secara berkesinambungan. Seakan-akan tidak mengenal jeda.
Di antaranya, bencana banjir yang melanda berbagai daerah hampir seluruh pelosok Indonesia pada akhir tahun 2022 mulai dari September sampai Desember 2022. Bencana ini sering terjadi di Indonesia pada setiap tahun. Indonesia menjadi langganan bencana banjir setiap tahunnya.
Di antara daerah yang dilanda banjir besar baru-baru ini adalah kabupaten Aceh Tamiang. Bencana banjir di Aceh Tamiang terjadi pada awal bulan November 2022. Bencana ini telah merendam 146 kampung di 12 kecamatan di kabipaten Aceh Tamiang. Lebih dari 29 ribu kepala keluarga harus mengungsi. Pada saat yang sama, banjir juga melanda di berbagai daerah di Indonesia. Begittu pula setelahnya sampai hari ini.
Beberapa hari kemudian, bencana gempa bumi yang berkekuatan 5,6 magnito mengguncang dan memporak porandakan kabupaten Cianjur, Jawa Barat, pada hari Senin (21/11/2022). Gempa ini menewaskan 600 orang, melukai ribuan orang dan menghancurkan ribuan rumah. Ribuan orang harus mengungsi. Setelah itu, gempa bumi kembali mengguncang beberapa daerah di Indonesia.
Kemudian disusul bencana lain berupa letusan atau erupsi Gunung Semeru di Lumajang, Jawa Timur, yang melontarkan awan panas sejak Minggu (4/12/2022) pukul 2.46 WIB. Erupsi terjadi sampai puluhan kali. Setelah itu, erupsi kembali terjadi pada hari Selasa (6/12/222) pukul 05.02 WIB. Tepat satu tahun sebelumnya yaitu 4 Desember 2021, Semeru juga mengalami guguran awan panas. Ribuan orang pun harus mengungsi.
Berikutnya, terjadi bencana kebakaran gedung aula Universitas Abulyatama di Aceh Besar. Kampus yang terletak di Jalan Blang Bintang Lama, KM 8,5 Lampoh Keudee, Kabupaten Aceh Besar ini terbakar pada hari Rabu (14/12/2022) pukul 14.00 WIB. Begitu pula, kebakaran melanda pemukiman di kawasan Jalan Bangka Buntu I, Kelurahan Bangka, Mampang prapatan, Jakarta Selatan, pada hari Senin (26/12/2022) pukul 20.00 WIB.
Berikutnya, di bulan Januari tahun 2023 bencana banjir kembali melanda sebagian daerah di Indonesia, di antaranya di pulan Jawa. Banjir besar ini terjadi berbagai di daerah di pulau Jawa, termasuk Jawa Tengah. Di Jawa tengah, daerah yang paling parah dilanda banjir adalah kota Semarang, kabupaten Kudus, Kabupaten Demak dan lainnya. Ribuan rumah terendam banjir besar dengan ketinggian berkisar 50 cm-100 cm. Bahkan ada daerah tertentu ketinggian air banjir mencapai 100 cm-150 cm.
Selama ini, bencana alam atau musibah banyak terjadi di Indonesia. Berbagai bencana menimpa bangsa kita silih berganti bagaikan siang dan malam. Mulai dari bencana banjir, longsor, kebakaran, gunung meletus/erupsi, gempa bumi, bahkan bencana Tsunami yang sangat dahsyat menimpa bangsa Indonesia. Hampir setiap hari bencana menimpa bangsa Indonesia, baik bencana yang berskala kecil maupun besar, baik yang menimpulkan korban jiwa maupun harta.
Terjadinya banyaknya musibah di Indonesia menimbulkan tanda tanya. Mengapa bencana alam selalu menimpa negara kita Indonesia? Mengapa Indonesia lebih banyak ditimpa musibah dibandingkan negara-negara muslim lainnya? Apakah penyebab bencana tersebut karena proses alam semata tanpa ada kaitannya dengan perilaku buruk dan maksiat manusia atau penyebabnya karena perbuatan maksiat yang dilakukan sebahagian orang secara terang-terangan dan tidak ada upaya untuk mencegah dan melarangnya?
Berbagai pertanyaan tersebut wajar muncul. Mengingat Indonesia adalah negara muslim yang paling banyak dilanda bencana alam dan musibah dibandingkan dengan negara-negara muslim lainnya. Maka tulisan ini mencoba untuk memberi solusi dan jawaban terhadap berbagai pertanyaan di atas. Namun sebelumnya, penulis perlu menjelaskan terlebih dahulu definisi maksiat dan macam-macamnya
Tentu saja kejadian banyak bencana ini menimbulkan tanda tanya, mengapa bisa terjadi banyak bencana di Indonesia?. Pasti ada masalah dengan bangsa Indonesia selama ini. Mengingat bencana jarang terjadi di negara-negara muslim lainnya. Di Arab Saud misalnya, jarang terjadi bencana. Bahkan boleh dikatakan tidak ada bencana.
Oleh karena itu, bangsa Indonesia wajib introspeksi diri dan peduli terhadap lingkungan sekitarnya khususnya maksiat yang dilakukan selama ini dengan melakukan taubat nasional. Bangsa Indonesia wajib bertaubat dengan meninggalkan maksiat dan melakukan amal shalih serta meninggalkan sifat serakah dalam mengeruk kekayaan alam tanpa peduli dengan lingkungan. Karena, bencana merupakan teguran, ujian dan azab Allah ta'ala.
Menurut ajaran Islam, bencana terjadi akibat perbuatan maksiat. Kemaksiatan merupakan penyebab utama terjadinya bencana sebagaimana ditegaskan dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Allah ta'ala berfirman, “Dan tidaklah Kami membinasakan suatu negeri kecuali penduduknya melakukan kezaliman.” (QS. Al-Qashash: 59).
Allah ta'ala juga berfirman, "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan (ayat-ayat Kami), maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan." (Al-A'raf: 96).
Alla ta'ala juga berfirman, "Lalu mereka ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka perbuat. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka juga akan ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka kerjakan dan mereka tidak dapat melepaskan diri." (Az-Zumar: 51).
Allah ta'ala juga berfirman, "Dan (penduduk) negeri itu telah Kami binasakan ketika mereka berbuat zalim, dan telah Kami tetapkan waktu tertentu bagi kebinasaan mereka." (Al-Kahfi: 59).
Allah ta'ala juga berfirman, "Dan jika Kami hendak membinasakan suatu negeri, maka Kami perintahkan kepada orang yang hidup mewah di negeri itu (agar menaati Allah), tetapi bila mereka melakukan kedurhakaan di dalam (negeri) itu, maka sepantasnya berlakulah terhadapnya perkataan (hukuman Kami), kemudian Kami binasakan sama sekali (negeri itu). (Al-Isra': 16).
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Lalu mereka ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka perbuat. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka juga akan ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka kerjakan dan mereka tidak dapat melepaskan diri". (Az-Zumar: 51).
Alllah ta'ala juga berfirman, "Kemudian Kami binasakan mereka karena dosa-dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan generasi yang lain setelah generasi mereka." (Al-An'am: 6)
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, “Jika manusia mengetahui kezaliman dan tidak memberantasnya, maka Allah akan menimpakan azab kepada mereka.” (HR. Abu Daud).
Rasulullah shallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda, “Jika suatu kaum mengetahui kemaksiatan, tapi mereka tidak memberantasnya, padahal mereka mampu melakukannya, maka Allah akan menimpakan azab kepada mereka sebelum mereka meninggal.” (HR. Abu Daud).
Berdasarkan ayat-ayat dan hadits-hadits Nabi shallahu 'alaihi wa sallamdi atas, maka jelaslah bahwa penyebab utama terjadi bencana adalah perbuatan maksiat yang dilakukan oleh manusia. Inilah ajaran dalam Islam mengenai peyebab bencana.
Islam mengajarkan juga bahwa bencana terjadi dengan ketetapan dan kehendak serta izin dari Allah ta'ala. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Setiap bencana yang menimpa di bumi dan yang menimpa dirimu sendiri, semuanya telah tertulis dalam Kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami mewujudkannya. Sungguh, yang demikian itu mudah bagi Allah". (Al-Hadid: 22)
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Tidak ada sesuatu musibah yang menimpa (seseorang), kecuali dengan izin Allah; dan barangsiapa beriman kepada Allah, niscaya Allah akan memberi petunjuk kepada hatinya. Dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu". (At-Taghabun: 11)
Semua bencana alam yang terjadi mengandung pelajaran dan hikmah. Allah menciptakan segala sesuatu di muka bumi ini bukan tanpa hikmah dan tujuannya. Namun ada maksud dan tujuan Allah ta'ala menciptakannya termasuk bencana alam. Ada hikmah dibalik suatu musibah dan pesan dari Allah ta'ala.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman,, "Maka ambillah (kejadian itu) untuk menjadi pelajaran, wahai orang-orang yang mempunyai pandangan! (Al-Hasyr: 7).
Allah subhahu wa ta'ala berfirman, "Atau apakah belum jelas bagi orang-orang yang mewarisi suatu negeri setelah (lenyap) penduduknya? Bahwa kalau Kami menghendaki pasti Kami siksa mereka karena dosa-dosanya; dan Kami mengunci hati mereka sehingga mereka tidak dapat mendengar (pelajaran)". (Al-A''raf: 100).
Allah subhanahu wa ta'ala menimpakan bencana agar kita sadar terhadap tujuan hidup kita yaitu beribadah kepada-Nya sebagaimana firman-Nya, " Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku". (Az-Zariyat: 36)
Allah menimpakan bencana untuk memberi teguran dan peringatan terhadap perbuatan manusia baik maksiat maupun keserakahan dalam mengambil kekayaan alam dan sebagainya.
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (QS. Asy Syura: 30).
Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman: "Ataukah orang-orang yang mengerjakan kejahatan itu mengira bahwa mereka akan luput dari (azab) Kami? Sangatlah buruk apa yang mereka tetapkan itu! (Al-Ankabut: 4)
Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman, "Lalu mereka ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka perbuat. Dan orang-orang yang zalim di antara mereka juga akan ditimpa (bencana) dari akibat buruk apa yang mereka kerjakan dan mereka tidak dapat melepaskan diri." (Az-Zumar: 51).
Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman:
"Atau apakah mereka merasa aman dari siksaan Allah (yang tidak terduga-duga)? Tidak ada yang merasa aman dari siksaan Allah selain orang-orang yang rugi." (Al-A'raf: 99)
Allah subhanahu wa ta'ala memberikan musibah untuk menguji orang-orang yang beriman. Allah subhanahu wa ta'ala berfirman, "Apakah manusia mengira bahwa mereka akan dibiarkan hanya dengan mengatakan, “Kami telah beriman,” dan mereka tidak diuji?..Dan sungguh, Kami telah menguji orang-orang sebelum mereka, maka Allah pasti mengetahui orang-orang yang benar dan pasti mengetahui orang-orang yang dusta". (Al-Ankabut: 2-3).
Allah subhanahu wa ta'ala juga berfirman:
"Dan Kami pasti akan menguji kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar, (yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka berkata “Inna lillahi wa inna ilaihi raji‘un” (sesungguhnya kami milik Allah dan kepada-Nyalah kami kembali). Mereka itulah yang memperoleh ampunan dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.
(Al-Baqarah: 155-157).
Sebagai kesimpulan, Allah subhanahu wa ta'ala menimpakan bencana kepada kita untuk memberi peringatan agar kita tidak berbuat maksiat, menegur kita agar tidak serakah dalam mengambil kekayaan alam, mengingatkan kita untuk bersyukur atas nikmat yang Allah berikan, dan untuk memberikan peringatan kepada kita untuk senantiasa bertaubat dan mengamalkan syariat-Nya, serta untuk memberikan azab kepada para pelaku maksiat sebagai balasan atas maksiat yang dilakukan selama ini.
Bencana menjadi teguran dan peringatan Allah ta'ala kepada manusia terhadap maksiat yang dilakukan dan keserakahan dalam mengeruk kekayaan alam. Bencana menjadi ujian bagi orang yang beriman karena Allah ta'ala ingin menguji keimanannya apakah ia tetap beriman atau tidak, apakah ia sabar atau tidak, tetap beriman atau tidak, tetap bersyukur atau tidak Selain itu, bencana menjadi azab bagi para pelaku maksiat termasuk meninggalkan kewajiban amar ma'ruf dan nahi munkar..
Inilah pelajaran dan hikmah yang kita ambil kita ambil dari bencana alam. Bisa jadi masih banyak pelajaran dan hikmah lainnya. Semoga kita bisa mengambil pelajaran dan hikmah ini. Dan semoga Allah subhanahu ta'ala menjauhkan dan melindungi kita dari bencana. Amin..!!
*) Penulis adalah Doktor Fiqh dan Ushul Fiqh Pada International Islamic University Malaysia (IIUM), Dosen Fiqh dan Ushul Fiqh Pada Fakultas Syari'ah dan Hukum UIN Ar-Raniry, Ketua Majelis Intelektual dan Ulama Muda Indonesia (MIUMI) Provinsi Aceh, Ketua PC Muhammadiyah Syah Kuala Banda Aceh, dan Anggota Ikatan Ulama dan Da’i Asia Tenggara.