View Full Version
Senin, 06 Jun 2022

Hamdalah Saat Lapang & Sempit

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam.  Shalawat dan salam atas Rasulillah –Shallallahu 'Alaihi Wasallam-, keluarga dan para sahabatnya.

Dalam hidup ini kita tidak bisa putus dari nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala. Setiap saat kita mendapat nikmat dari-Nya. Salah satunya, adalah nikmat bernafas.

Disebutkan dalam satu riwayat, Nabi Dawud pernah meminta kepada Rabbnya agar diperlihatkan nikmat Allah pada dirinya yang paling tak terlihat. Kemudian Allah Ta’ala memerintahkannya untuk bernafas. Lalu beliau bernafas. Allah Ta’ala berfirman, “siapa yang bisa menghitung nikmat ini sepanjang malam dan siang.”

Lebih-lebih sebagai hamba beriman, kita memperoleh nikmat agung dan paling berharga; yaitu nikmat agama atau nikmat iman. Kita kenal Allah Ta’a dengan Nama dan sifat-Nya, kemuliaan dan keagungan-Nya, Qudrah dan Kekuasaan-Nya, kehendak dan hikmah-Nya. Allah senantiasa menginginkan kebaikan untuk orang beriman. Setiap peristiwa yang dialaminya –baik atau buruknya- akan membawa kebaikan baginya. Jika dapat nikmat maka bersyukur; itu baik baginya. Jika dapat musibah maka bersabar, itupun baik baginya.  

Saat kita tertimpa musibah dunia, kita sadar itu ujian dari Allah untuk menghapuskan kesalahan kita, memberikan kesempatan untuk mendapatkan pahala tanpa batas, agar kita segera kembali kepada-Nya dan berharap kepada pertolongan-Nya. Dengan ini, ia akan tetap memuji Allah Subhanahu wa Ta'ala dan bersyukur kepada-Nya.

Ada sebuah perkataan dari seorang yang shalih bahwa seorang hamba senantiasa berada di antara nikmat dan dosa, dan tidak bisa menjadi baik keduanya kecuali dengan pujian dan istighfar.

Syaikhul Islam Taimiyyah rahimahullah berkata,

فالعبد دائمًا بين نعمة من الله يحتاج فيها إلى شكر، وذنب منه يحتاج فيه إلى الاستغفار

Seorang hamba senantiasa berada di antara nikmat dari Allah yang ia butuh untuk senantiasa bersyukur dan berada di antara dosa terhadap-Nya yang ia butuh senantiasa beristighfar.

Oleh karenanya, memuji Allah bukan saat kita dapat kelapangan dan kebahagiaan saja. Tapi juga saat kita menemui kesempitan dan kesusahan.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin rahimahullah berkata,

كان من هدي النبي ﷺ أنه إذا جاءه ما يسر به قال: الحمد لله الذي بنعمته تتم الصالحات، وإذا جاءه خلاف ذلك قال: الحمد لله على كل حال

“Di antara petunjuk Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam apabila memperoleh sesuatu yang menggembirakan beliau berucap:

 اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِي بِنِعْمَتِهِ تَتِمُّ الصَّالِحَاتُ

“Segala puji milik Allah yang dengan nikmat-Nya kebaikan-kebaikan terwujud dengan sempurna.”

Apabila mendapat yang sebaliknya (kesusahan atau kegagalan), beliau berucap:

اَلْحَمْدُ للهِ عَلَى كُلِّ حَالٍ

“Segala puji milik Allah atas setiap keadaan.” 

Beliau menambahkan, “ini yang seyogyanya dibaca seseorang saat mendapatkan sesuatu yang tidak disukainya.”

Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, berkata:

كانَ رسولُ اللَّهِ صلَّى اللَّهُ عليهِ وسلَّمَ إذا رأى ما يُحبُّ قالَ الحمدُ للَّهِ الَّذي بنِعمتِهِ تتمُّ الصَّالحاتُ وإذا رأى ما يكرَهُ قالَ الحمدُ للَّهِ علَى كلِّ حالٍ

“Apabila Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam melihat apa yang disukainya beliau berucap: Al-Hamdulillah al-Ladzi Bni’matihi Tatimmush Shalihaat. Dan apabila melihat sesuatu yang tidak disukainya maka beliau berucap: Al-Hamdulillah ‘Ala Kulli Haal.” (HR. Ahmad dengan isnad yang baik)

[Baca: Jadilah Hamba Allah yang Bersyukur!]

Mengucapkan Al-Hamdulillah dalam semua kondisi yang kita alami merupakan sunnah Al-Habib al-Musthofa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam agar kita senantisa terdorong untuk bersyukur kepada-nya dan menegakkan ibadah hanya untuk-Nya. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version