View Full Version
Jum'at, 11 Jan 2013

Ustadz Adnan Arsal Geram Umat Islam Poso Terus Dizalimi Polisi

POSO (voa-islam.com) - Kinerja Densus 88 yang asal tangkap dan asal tembak dalam menangani kasus Poso beberapa bulan terakhir membuat Ustadz Adnan Arsal (65) tokoh umat Islam Poso geram.

Ketua Forum Silaturahmi dan Perjuangan Umat Islam Poso menilai ada pelanggaran hukum dan HAM  yang dilakukan oleh aparat kepolisian dalam penanganan kasus terorisme. Contoh kongkritnya adalah penembakan terhadap Kholid pada akhir November tahun lalu.

Pengasuh Pondok Pesantren Al-Amanah Tanah Runtuh Poso ini juga mengingatkan bahwa jika ketidakadilan dibiarkan maka itu artinya negara sedang menuju kehancuran.

"Jika urusannya penegakkan hukum kita sepakat,tapi harus ada bukti dan kenyataannya orang yang ditembak tidak bersenjata dan tidak melakukan perlawanan," kata ustadz Adnan Arsal kepada voa-islam.com, Rabu (09/1/2013).

Ustadz Adnan mencontohkan bagaimana Polisi telah menangkap 14 orang warga Desa Kalora tanpa bukti keterkaitannya dengan aksi teror. Kemudian yang sangat disayangkan 14 orang korban salah tangkap tersebut telah mengalami penyiksaan keji dan dibebaskan begitu saja tanpa rehabilitasi.

“Kapolri harus menindak  para anggota Polisi yang bersalah dan Kapolda (Sulteng, red.) harus bertanggung jawab," tuturnya.

Ia merasa heran dengan kinerja polisi yang tidak mengejar para terduga pelaku penyerangan anggota Brimob yang bersembunyi di hutan tapi malah menangkap warga desa yang tidak tahu apa-apa. "Polisi pengecut, pelaku penembakkan tidak dikejar, masyarakat ditangkap," tegasnya.

Tuduhan Polisi bahwa pelaku penyerangan terhadap anggota Brimob adalah Santoso menurutnya juga patut dipertanyakan, jangan-jangan itu hanya fitnah.

“Kenapa Santoso tidak dikejar oleh Polisi ? kemana itu Polisi yang siap berkorban untuk rakyat dan negara?" tanyanya.

Sementara menanggapi penembakkan terhadap Asmar alias Abu Uswah dan Hasan alias Ahmad Kholil di teras masjid Nur Al-Afiyah Makassar Ustadz Adnan berkomentar,"saya tidak mengerti kenapa setiap ada (terduga) teroris langsung ditembak?" ujarnya.

Tindakan represif polisi terhadap warga  muslim Poso menurut ustadz Adnan itu adalah bentuk pendidikan kekerasan terhadap masyarakat dan menanamkan kebencian dan permusuhan oleh Polisi.

Karena itu Ustadz Adnan mengingatkan,"jangan salahkan masyarakat jika mereka dendam dan sewaktu-waktu menyerang polisi," ucapnya.

Stigma teroris yang selalu diidentikan dengan kelompok Islam juga menjadi tanda tanya besar bagi ustadz Adnan.

"Kenapa yang disebut teroris selalu umat Islam? orang Kristen membunuh banyak warga muslim Poso kenapa tidak disebut Teroris? ini adalah politik amerika dalam memerangi umat Islam yang diikuti oleh negara ini," ungkapnya.

Untuk membela warga muslim Poso yang menjadi korban kedzaliman Polisi, rencananya ustadz Adnan bersama tokoh Muslim Poso lainnya akan ke Jakarta untuk mengadukan masalah ini ke Kompolnas, Komnasham dan anggota DPR.

Beliau akan memperjuangkan agar warga Muslim Poso yang menjadi korban kezaliman Polisi bisa mendapatkan rehabilitasi, terapi psikologis, biaya pengobatan dan ganti rugi.

Meskipun hal yang sama sudah pernah beliau sampaikan dihadapan Kapolri dan Panglima TNI beberapa  waktu lalu di Poso namun sampai hari ini belum ada tindak lanjutnya. Karenannya Ustadz Adnan bertekad akan terus memperjuangkan hal ini agar  warga Muslim Poso tidak selalu menjadi korban kezaliman oleh negara. [AF]


latestnews

View Full Version