View Full Version
Rabu, 08 May 2013

Pemuka Buddha Indonesia Kecam Bikkhu Myanmar yang Terlibat Kekerasan

JAKARTA (voa-islam.com) - Para pemuka agama Buddha di Indonesia mengecam keterlibatan Bikkhu dan Buddhis Myanmar dalam berbagai tindak kekerasan terhadap Muslim Rohingya. Mereka menegaskan bahwa aksi kekerasan tersebut sangat bertentangan dengan ajaran Buddha.

Selain itu para pemuka Buddha tersebut juga menyerukan agar segera membangun dialog guna menghentikan pertikaian dan kekerasan yang terjadi. Berikut ini pernyataan lengkap Konferensi Agung Sangha Indonesia (KASI) atas krisis kemanusiaan di Myanmar.

Pernyataan Sikap Atas Krisis Kemanusiaan di Myanmar

Oleh KONFERENSI AGUNG SANGHA INDONESIA

(Organisasi Pemuka Agama Buddha di Indonesia)

  1. Kami, Konferensi Agung Sangha Indonesia menyampaikan rasa duka yang sangat mendalam atas berlanjutnya krisis kemanusiaan yang menimpa kelompok etnis Rohingya di negara bagian Rakhine pertengahan tahun lalu, dan kelompok minoritas Muslim lainnya di Burma Tengah dan utara Rangoon baru-baru ini.
  2. Kami mengecam keterlibatan sejumlah Bhikkhu dan umat Buddhis Myanmar dalam berbagai tindakan kekerasan yang telah mengakibatkan kematian, kerusakan materi, dan pengungsian dalam skala besar di Myanmar.
  3. Tindakan kekerasan apapun yang berakar dari kebencian, terlebih lagi yang telah mengakibatkan hilangnya nyawa mahkluk hidup bahkan seekor semut pun bertentangan dengan ajaran Sang Buddha yang menekankan bahwa musuh terbesar adalah diri kita sendiri. Seperti yang tercantum dalam Tindak tanduk Bodhisattva yang Terpuji (Bodhicaryavatara) oleh Shantideva Bab VI tentang Paramita Kesabaran bait 20: “Pahlawan sejati adalah mereka yang telah mengabaikan segala penderitaan menaklukkan musuh yang berupa akar kebencian dan sebab-sebabnya sedangkan pahlawan biasa hanya memotong mayat.”
  4. Oleh karena itu, kami menghimbau kepada umat Buddhis Myanmar, khususnya para Bhikkhu Myanmar yang serumpun, yang menjadi panutan masyarakat Myanmar, untuk kembali kepada ajaran Buddha, Dharma dan Vinaya.
  5. Menurut hemat kami, krisis kemanusiaan yang terjadi saat ini tidak dapat dipisahkan dari perjalanan panjang Myanmar sendiri sebagai sebuah bangsa dengan beragam etnisitas, dan sebagai sebuah negara yang tengah menjalani proses transisi menuju rejim yang lebih demokratis.
  6. Keduanya merupakan tantangan yang tidak asing lagi bagi Indonesia. Oleh karena itu, kami berharap agar semua elemen masyarakat di Indonesia dapat menyadari baik Buddhisme maupun Islam sama-sama mengajarkan kepada umatnya nilai-nilai perdamaian dan toleransi dan karenanya, mari tetap menjaga keharmonisan antar umat beragama di Indonesia yang sudah berlangsung lama dan mengakar di sejarah budaya Indonesia.
  7. Kami berharap para pemuka agama dan para tokoh masyarakat sipil Myanmar dapat mendorong terciptanya dialog-dialog lintas-komunitas dan lintas-agama di Myanmar untuk mengikis berbagai kekhawatiran dan kecurigaan yang selama ini telah membelah masyarakat Myanmar, serta untuk menumbuhkan kembali rasa toleransi dan saling menghormati antar-kelompok masyarakat.
  8. Semoga pihak-pihak yang bertikai dapat segera menemukan kesepakatan untuk menghentikan segala bentuk kekerasan, dan semoga perdamaian dapat segera kembali hadir di Myanmar.

 

Jakarta, 3 Mei 2013

KONFERENSI AGUNG SANGHA INDONESIA

 

[KASI terdiri dari beberapa Sangha, yaitu Sangha Theravada Indonesia, Sangha Mahayana Indonesia, Sangha Agung Indonesia]


latestnews

View Full Version