View Full Version
Ahad, 07 Jul 2013

Miras Merusak Otak, Tidak Bisa Produksi Pikiran dan Tindakan Baik

JAKARTA (voa-islam.com) – Seseorang yang memiliki kebiasaan mengkonsumsi miras sangat dekat dengan perbutan tindak pidana kejahatan. Itu dikarenakan, pikiran luhurnya sudah tiada lagi. Otaknya tidak bisa memproduksi pikiran yang baik. Bukti, miras sangat berbahaya, bukan hanya anak muda, tapi siapapun yang mengkonsumsinya.

“Saya pernah membaca sebuah penelitian di Jepang yang dilakukan selama 10 tahun. Terutama kepada mereka yang setiap harinya mengkonsumsi miras jenis sake dengan gelas kecil (sloki). Apa yang terjadi selama 10 tahun?” Demikian dikatakan Fahmi Idris saat melantik kepengurusan Gerakan Nasional Anti Miras, Jum’at malam, 5 Juli 2013 di Rumah Damai, Ragunan, Jakarta Selatan. 

Ternyata, lanjut Fahmi Idris, dampak mengkonsumsi miras itu dapat menyebabkan volume otaknya mengecil dan beberapa selnya mati. Kemudian, tingkah lakunya berubah dan tidak bisa lagi membedakan mana baik dan buruk, mana terpuji dan tidak terpuji. 

Di beberapa negara, orang yang terbiasa mengkonsumsi miras, tidak memiliki keseimbangan (balance) dalam hidupnya. Di Amerika Serikat, ada klinik bagi pecandu miras, namun sulit untuk disembuhkan. 

“Masyarakat harus mencegah generasi muda mengkonsumsi miras. Saya mendukung Gerakan Nasional Anti Miras. Terlebih, banyak cerita kriminal dari kepolisian yang menjelaskan, sebagian besar kejahatan dilakukan setelah mengkonsumsi miras. Sebenarnya, bukan factor munculnya keberanian setelah mengkonsumsi miras, tapi karena akalnya kehilangan keseimbangan.“

Dalam agama (Islam), Khamr atau minuman beralkohol itu terlarang, karenanya harus dijauhi. Sebagai bentuk pencegahan, adalah tidak salah memilih teman. Dengan kata lain, jangan salah pergaulan. “Jika berteman dengan penjual minyak wangi, maka akan terbawa wangi. Jika bergaul dengan pandai besi, bisa-bisa tubuhnya kebakar. Bentuk pencegahan lainnya adalah memberi tahu orang terdekat, mulai dari anggota keluarga, sahabat karib,  tetangga, hingga lingkungan di sekitarnya, agar menghindari miras.”

Fahmi Idris sangat menghormati Front Pembela Islam (FPI) yang berjuang lewat jalur hukum, tanpa kekerasan. Menurutnya, perjuangan hukum patut dikembangkan dan didukung. Dosen Pasca Sarjana Universitas Negeri Jakarta (UNJ) ini mengatakan, perjuangan teman-teman FPI dan Gerakan Nasional Anti Miras adalah tantangan besar. Setidaknya, efek dari gerakan anti miras ini adalah tidak menyentuh miras, apalagi meminumnya.  [desastian]


latestnews

View Full Version