View Full Version
Kamis, 01 Aug 2013

Menjumpai Pengungsi Palestina dan Suriah di Bangkok

Catatan Perjalanan R4Peace (Bagian V)

Selama dua hari di Bangkok, tim R4P (Road For Peace) mendapat kabar dari NGO Kemanusiaan setempat, bahwa ada beberapa titik lokasi tempat tinggal keluarga muslim yang merupakan pengungsi dari Rohingya, bahkan pelarian dari Suriah, Irak dan Palestina. Kami pun menemui sebagian dari mereka.

Ketua Sattachorn Foundation (NGO lokal Bangkok), Rohmad Reungprach mengatakan, bahwa Bangkok memberikan tempat tinggal sementara bagi para pengungsi dari berbagai daerah. "Di Bangkok ada sekitar dua ratusan pengungsi dari Palestina, Irak dan Suriah," ujar pria yang juga memiliki stasiun TV lokal muslim yang bernama Yateem TV.

Begitu tahu informasi tentang keberadaan pengungsi dari Palestina, Irak dan Suriah, Rabu malam, (17 Juli 2013) tim R4P segera berbelanja bahan makanan sejumlah RM 16.500 ditambah bawaan bantuan logistik yang disumbangkan kepada para pengungsi yang tersebar di kota Bangkok.

Ditemani dengan dua pemuda Palestina yang sama-sama bernama Muhammad, kami mendatangi para pengungsi untuk menyerahkan bantuan. Dua Muhammad ini memang bekerja dengan Yayasan Satthachorn Foundation.

Lokasi yang pertama kami kunjungi bertempat di Jl Rangkhamhaeng No 14, Bangkok. Disitu terdapat 20 keluarga dari Palestina. Masing-masing keluarga rata-rata membawa 2-3 anak. Mereka tinggal di sebuah apartemen yang cukup baik, dengan harga sewa satu kamar sekitar 7000 baht sebulan. Mereka hidup di Thailand dengan sisa-sisa uang yang mereka miliki.Tanpa ada pekerjaan dan kepastian masa depan, mereka mencoba bertahan hidup seadanya.

Salah seorg warga Gaza yang tinggal di lokasi tersebut, Hakeem Zakoot (21 tahun) mengatakan bahwa mereka tak bisa berbuat banyak di kota ini. Meski pemerintah Thailand mengizinkan pengungsi tinggal di Bangkok, namun bagi mereka yang izin tinggal/visa-nya habis mereka selalu bersembunyi jika ada pemeriksaan dari polisi. Hakeem adalah salah seorang dari pengungsi Palestina yang masa berlaku visa dan passport nya telah habis.

"Kami membutuhkan pertolongan anda semua, brother.. Terima kasih anda semua datang kesini. Semoga Allah memberikan balasan yang lebih baik," ujar Hakeem.

Dari rumah susun yang dihuni Hakeem dkk, kami beranjak ke tempat lain yang dihuni oleh pengungsi Suriah. Di tempat lain, di jalan Phattanakan 20 terdapat 17 KK, di jalan Phattanakan 54 ada 9 KK, dan di lokasi yang terakhir di jalan Lat Phrao 80 ada 11 KK.

Salah seoran pengungsi Suriah, Abdurrahim (43 tahun) mengatakan, bahwa mereka terpaksa terdampar di Bangkok demi menyelamatkan diri dari pembantaian rezim Bashar Assad kepada rakyat Suriah."Jika kami tetap di Damaskus, Assad akan memenggal leher kami," ujar pria yang biasa disapa Abu Thoriq ini seraya menempelkan tangannya di leher.

Pemerintah Thailand memberikan izin tinggal kepada mereka yang punya passport dan izin dari PBB selama 1 tahun 6 bulan.

Hanya Bangkok dan Moskow yang mau menerima para pengungsi ini. Namun, mahalnya living cost di Moskow dan banyaknya mafia hitam yang berperan sebagai makelar pengungsi membuat mereka lebih memilih Bangkok menjadi tempat tujuan (destinasi) sementara agar bisa survive. Mereka hanya tinggal sementara di kota Bangkok, kemudian melanjutkan perjalanan ke negara ketiga, tempat tujuan terakhir mereka seperti, Swedia, Norwegia atau New Zealand. [desastian/Fajar]


latestnews

View Full Version