View Full Version
Kamis, 22 Aug 2013

Agar Tidak Dimejahijaukan FPI Bergerak Mengikuti Prosedur

 

JAKARTA (voa-islam.com) – Dalam setiap aksi dan gerakannya, Front Pembela Islam (FPI) baik di tingkat pusat, daerah dan wilayah di sejumlah daerah harus mengikuti prosedur dan ketentuan yang telah ditetapkan oleh FPI Pusat atau DPP FPI. Jika tidak, silahkan mengundurkan diri dari keanggotaan dan kepengurusan FPI atau membuat organisasi baru.

Hal itu dikatakan Ketua Umum FPI Habib Rizieq Shihab kepada jurnalis Islam di markas FPI di Jalan Petamburan III, Tanah Abang, Jakarta, belum lama ini, terkait peristiwa yang terjadi di Lamongan.

Pada prinsipnya, DPP FPI mendukung setiap gerakan amar maruf nahi mungkar dari kelompok manapu, seperti  menutup tempat maksiat. Namun, jika menyangkut organisasi, cara-cara atau tahapan yang ditempuh dalam aksinya, wajib mengikuti prosedur yang ada.

Prosedur yang dimaksud adalah mendatangi (beraudiensi) dengan sejumlah instansi terkait pengambil kebijakan, mulai dari ulama dan tokoh masyarakat setempat, RT-RW, , kelurahan, kecamatan, aparat setempat, hingga bupati atau gubernur.  Beri tenggat waktu untuk melaksanan apa yang sudah dilaporkan dan menjadi tuntutan FPI atau masyarakat. Jika dalam enam bulan atau lebih tidak ada respon, bolehlah FPI bertindak.

““Kita kan bicara organisasi, tentu harus ikut prosedur dari pusat. Terus terang kita kualahan ketika menghadapi sistem yang ada di negeri ini,” kata Habib.  

Kenapa FPI menggunakan prosedur dalam gerakannya? Habib menjelaskan, itu dilakukan agar FPI tidak mudah dituntut, dimeja hijaukan dan  di bubarkan. Jika FPI di daerah salah melangkah, yang rugi adalah seluruh FPI di Indonesia, dari Sabang-Merauke. “Apalagi FPI sudah dua kali mendapat peringatan. Satu kali lagi bisa dibekukan. Kita tidak mau, akibat tidak tertib organisasi, tidak ikut prosedur, FPI dibekukan.”

Yang pasti, setiap FPI di daerah, wilayah hingga cabang di seluruh Indonesia, diberikan otonomi oleh DPP FPI. “Otonomi di daerah ada, tapi standar prosedur tidak boleh dilanggar.  “Jadi jangan main gempur saja. Tentu, tutup tempat maksiat itu bagus, tapi kalau tanpa prosedur, kita dari FPI Pusat jadi susah membelanya.”

Lebih lanjut Habib mengatakan, kalau ada yang tak sabar dan maunya cepat bergerak tanpa prosedur, tolong jangan gunakan atribut dan seragam FPI. Laskar dan pengurus FPIdi dimanapun berada diminta bersabar dalam berjuang. “Harus pake waktu dan prosedur. Problem FPI adalah ketika berhadapan dengan musuh yang terus menerus mendiskreditkan FPI, termasuk media sekuler,” kata Munarman (jubir FPI) menambahkan.

Habib kemudian sedikit bercerita tentang adanya anggota FPI di Serang-Banten, yang ingin bergerak di luar prosedur kebijakan DPP FPI. Ketika itu KH. Cecep Bustomi keluar dari FPI, karena tidak mau pakai prosedur. Lalu dibentuklah organisasi baru bernama Front Hizbullah. Dan benar saja, setiap aksinya, Front Hizbullah betul-betul tidak pakai produr, main libas dan gempur setiap tempat maksiat. Sebelumnya Cecep sempat menyatakan keinginannya untu bergabung kembali dengan FPI, namun beliau sudah lebih dulu ditembak oleh aparat usai pulang dari markaz Kopassus di Serang. [desastian]


latestnews

View Full Version