JAKARTA (voa-islam.com) - Hari ini 9 Desember, warga dunia merayakan hari anti korupsi. Artinya sebagai simbol perlawanan pada korupsi yang menjadi masalah serius, dari 364 hari yang akan disalahgunakan untuk korupsi maka ada satu hari untuk 'eling' pada gerakan ini.
Tapi di Indonesia rasanya masih tak peduli apalagi bulan Desember adalah bulan penghabisan dan penyedotan anggaran di pemerintah, artinya penyerapan dana besar-besaran dengan memanfaatkan program-program yang terkadang tak bermanfaat untuk rakyat secara umum. Ironis.
Di Indonesia hari anti korupsi diperingati hanya satu hari selama satu tahun. Sisanya mungkin layak disebut hari korupsi. Nyaris tak ada satu pun pengadaan barang jasa, bantuan sosial, hingga proyek yang lepas dari korupsi.
Pelaku korupsi bangga memamerkan kekayaannya, luar biasa membudaya dan mengakar di negeri ini. Mulai dari perangkat desa sampai pejabat negara di pusat tak lepas dari korupsi. Menteri dipidana karena korupsi, kepala desa korupsi, bupati, gubernur juga korupsi. Siapa yang tidak korupsi?
Transparency International yang berbasis di Berlin mengeluarkan indeks tahunannya hari Selasa (3/12) berdasarkan persepsi tingkat korupsi yang disusun dari hasil wawancara dengan rakyat di 177 negara. Sementara Indonesia mendapat skor 32, dengan peringkat 114 dari 177 negara.
Skala itu memberi negara yang bebas korupsi angka 100, dan pada tahun 2013 Somalia, Korea Utara dan Afghanistan masing-masing mendapat angka 8.
Sebaliknya, negara-negara yang nyaris bersih dari korupsi adalah Denmark dan Selandia baru dengan angka 91, disusul oleh Finlandia dan Swedia dengan angka 89.
Sebaliknya, negara-negara yang nyaris bersih dari korupsi adalah Denmark dan Selandia baru dengan skor 91, disusul Finlandia dan Swedia dengan skor 89.
Di kawasan Asia Pasifik, Indonesia masih jauh berada di bawah Singapura, Hongkong, Taiwan, Korea Selatan, dan China.
Dibanding dengan negara ASEAN, skor Indonesia jauh di bawah Brunei dan Malaysia, sedikit di bawah Filipina dan Thailand, namun sedikit lebih baik dari Vietnam, Timor Leste, Laos dan Burma.
Transparency Internasional melansir Corruption Perception Index (CPI) dalam rentang 0-100. 0 Berarti sangat korup, sedangkan 100 sangat bersih. Di tahun 2012 dan 2012 Indonesia mendapat CPI 32, sangat rendah.
KPK Tebang Pilih, Aparat Negara Korupsi Bersama Partai Politik
Anggota DPR korupsi, pegawai pajak korupsi, polisi korupsi, hakim korupsi. Lalu masih adakah yang jujur?
Mungkin cuma di Indonesia, bandit tega mengkorupsi Alquran, baju muslim hingga pengadaan sarung. Bahkan dana BOS (Bantuan Operasional Sekolah) dan uang bantuan tunai hingga bangku sekolah.
Sulit menerka, siapa yang dusta sekarang, apakah terdakwa atau malah hakimnya? Lihat saja pengakuan para terdakwa korupsi di pengadilan tipikor yang leluasa proyek dibagi-bagi, setor sana-setor sini. Petinggi partai politik ikut bermain. Demi keuntungan tikus-tikus korup, proyek dipaksakan walau tak jelas.
Ironis semakin mengemuka, ketika keberpihakan KPK makin jelas bersikap tebang pilih, bahkan Presiden dan Wakil Presiden dekat sekali dengan pusaran korupsi, info yg beredar di kalangan terbatas bahwa KPK sudah menetapkan Boediono menjadi tersangka berbarengan dengan Budi Mulya.
Tapi KPK masih enggan mengungkapkan ke publik karena status Boediono saat ini masih menjadi wapres. KPK akan menahan Boediono setelah tidak menjabat lagi menjadi wapres. Kami mencoba mengkonfirmasi info ini ke KPK, sampai detik ini belum ada tanggapan dr KPK.
Bagi umat Islam yang taat kepada Allah dan menggigit kuat imannya kepada Allah tentu setiap hari adalah hari Anti Korupsi, mari sebarkan kebaikan Islam kepada orang lain dan tanamkan bibit keshalihan Islam pada orang lain. Semoga... [dbs/tti/hudzaifah/voa-islam.com]