SURAKARTA (voa-islam.com) – Dr. Najih Ibrahim akhirnya betul-betul mengunjungi ustadz Abu Bakar Ba’asyir di LP Pasir Putih pada hari Senin (9/12/2013) lalu. Mantan Dewan Syuro Jamaah Islamiyah Mesir itu Didampingi Abdurrahman Ayyub dan Kombes Riyadh Balfas, Kapolres Tangerang sekaligus utusan BNPT, beserta dua penerjemah.
Dr Najih Ibrahim menyatakan bahwa Jamaah Islamiyah Mesir saat ini sudah beralih manhaj. Yaitu membentuk partai dan masuk parlemen. Sebagai konsesi dari pemerintah, maka 200 tokoh JI Mesir dibebaskan dan boleh terjun kembali ke masyarakat. Dai-dai Jamaah Islamiyah juga dengan bebas dapat dikirimkan ke masjid-masjid di seluruh wilayah Mesir. Masyarakat Islam Mesir menyambut baik rencana tersebut, hingga beribu-ribu orang berbondong-bondong masuk jamaah, demikian menurutnya.
Najih menambahkan, Jamaah Islamiyah Mesir saat didirikan menekankan pada manhaj jihad kemudian membunuh Anwar Sadat juga para turis luar negeri, sehingga dimusuhi oleh pemerintah. Pimpinan dan anggota-anggotanya ditangkapi serta dijebloskan ke penjara. Masyarakat jadi ketakutan dan menjauhi mereka sehingga dakwah menurutnya menjadi terhambat.
Jamaah Islamiyah Mesir menyadari bahwa manhaj yang dibangun selama ini telah gagal, karena jihad seperti yang dilakukan menimbulkan terjadinya isolasi sosial dan banyak kerugian-kerugian lainnya. Sedang dengan manhaj baru ini diyakini bisa mengembalikan jamaah ke tengah-tengah umat Islam, bergandeng tangan dengan pemerintah dan masyarakat untuk memajukan dakwah Islam.
Dalam diskusi dengan ustadz Abu Bakar Ba'asyir yang didampingi oleh asatidz lain seperti Abu Husna, Abu Yusuf, Lubis dan Mutsanna, terungkap adanya sebab peralihan manhaj ini yaitu diantaranya karena mereka mendapat perlakuan yang sangat kejam dari aparat pemerintah Mesir. Beberapa poin pemikiran yang Najih Ibrahim ungkapkan antara lain:
1. Bahwa jihad adalah faridhoh adzimah, tapi banyak syarat dan banyak halangan (syurut- dan mawani'), sedang umat Islam yang sangat besar ini masih banyak sekali yang tidak paham ajaran Al-Quran dan Sunnah. Padahal pintu dakwah merupakan pintu yang besar dan luas untuk beramal Islam.
2. Bahwa jihad yang pernah dijadikan pegangan telah gagal. Dan saat ini belum ada satu negeri Islam pun yang berhasil berdiri, baik Afghanistan, Somalia, Mali, Yaman maupun Iraq.
3. Umat Islam seharusnya bersatu padu dalam jihadnya yaitu melawan Israel dan mendukung Palestina, sedangkan di Negara-negara lain, menurutnya fokuskan saja kepada dakwah Islam bukan dengan Kalashnikov (AK 47).
Saat Syaikh Najih ditanya tentang sebab-sebab kegagalan Presiden Mohammad Moersi, beliau gelagapan dan tidak jelas jawabannya.
Dari diskusi tersebut setidaknya bisa disimpulkan bahwa bila penyakit "wahn" (cinta dunia dan takut mati) menjangkiti tokoh-tokoh Islam, maka jamaah-jamaah yang masyhur pun akan tanazul (beralih dari salamatul manhaj menjadi manhajus salamah) dan berguguran. Wal ‘Iyyadzu Billah. (Af/abuhusna/voa-islam.com)