BEKASI (voa-islam.com) - Tim Resmob Kepolisian Daerah Metropolitan Jakarta Raya (Polda Metro Jaya) di Bekasi, Jawa Barat, Ahad (15/12/2013) malam, menangkap tiga orang yang diduga terlibat dalam aksi terorisme Lamongan, Jawa Timur.
Sekitar 20 Tim Resmob berompi Gegana mendatangi sedikitnya tiga lokasi di Bekasi, di antaranya Perumahan Raflesia Bekasi Timur Kota Bekasi, Jatimulya Kabupaten Bekasi, dan sebuah gudang di Bantargebang Kota Bekasi.
"Ada tiga orang yang kita tangkap, masing-masing berinisial E, A, dan F," ujar Kasat Resmob Polda Metro Jaya Kombes Heri Heryawan usai penggeledahan di rumah E Kelurahan Jatimulya, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi, Minggu (15/12).
Menurut dia, ketiga orang tersebut diduga memiliki keterlibatan atas aksi terorisme yang dilakukan tersangka Arkom alias Iwan yang sebelumnya ditangkap di Lamongan.
Menurutnya, E merupakan kakak dari Arkom yang ditangkap pihaknya di sebuah rumah di Jalan Istiqomah, RT03/10, Kampung Rawasapi, Tambun Selatan, Kabupaten Bekasi.
Sedangkan E dan F yang juga ditangkap di salah satu kawasan di Bekasi belum diketahui perannya dalam kasus tersebut.
Dikatakan Heri, aksi terorisme tersebut berkaitan dengan sejumlah kejadian, di antaranya penganiayaan terhadap polisi di Jonggol, Kabupaten Bogor, dan perampokan di Bekasi.
Resmob Polri & Densus 88 Salah Tangkap Edi
Berdasarkan pengamatan kami lebih dari 10 tahun terakhir pada salah satu korban salah tangkap, Edi yang kebetulan kakak kandung Arkom alias Iwan. Edi ini hanya berbisnis desain interior dan mebel home-made pada sebagian klien-kliennya yang datang dari kalangan orang bule dan menengah ke atas yang tinggal di Jakarta dan sekitarnya.
Edi secara pemikiran banyak mengaji di Salafi-Saudi ala Rodja FM, ia di Bekasi mengaji dan bekerja saja sebagai pengusaha mebel home-made dan desainer interior dan perumahan.
Seorang keponakan Edi, Connie menyatakan, "iya. A Edi ditangkap, Ya Allah suasana rumah mencekam.. digerebeknya itu parah pada disuruh tengkurap sambil ditodong laras panjang"
Pemikiran Edi banyak di pengaruhi Ustadz Zainal Abidin Syamsudin Lc yang lebih merujuk kepada Ulama Salafi Saudi yang mendukung pemerintah RI dan dapat dipastikan tak kan suka dengan perampokan, pemerasan, terorisme karena Jihadnya salafi-rodja hanya menuntut ilmu dan menghindari aksi anarkis dan tuduhan lain yang di alamatkan kepadanya. Ia mengaji sejak tahun 2000-an dengan Ustadz Zainal Abidin.
"Aa Edi kan jelas-jelas ngaji salafi Ustadz Zainal Abidin.." tutur Connie lagi sambil menjelaskan dulu sempat di bawa polisi karena ia hanya korban salah tangkap juga, ada yang menyimpan benda-benda mencurigakan di bengkel mebelnya.
Salafi Rodja memang sangat kental dukungannya pada pemerintah dan menganggapnya sebagai Ulil Amri yang harus di taati, sehingga disebut sebagai salafi ala kerajaan Arab Saudi yang tidak memperbolehkan jihad membela negara muslim yang notabene saudara dan tetangga. Buktinya Saudi melarang melawan dengan kekerasan dan mendukung kudeta Mesir dan konflik Suriah. Salafi Saudi ini belakangan baru mendatangkan ulama besar mereka dalam mendebat para napi di Nusa Kambangan dan LP lain di Jakarta.
Bukti tidak keterlibatan Edi memang benar adanya. Buktinya tadi malam (15/12) sudah dikembalikan ke rumahnya jam 22.00 wib.
Sikap tendensius tersebut sebenarnya bisa disebut sebagai "Argumentum ad populum" yang berarti menyudutkan (pernyataan) seseorang dengan mengaitkannya sebagai bagian dari kelompok tertentu. Ini sangat disayangkan dan gegabah.
Ketika ditangkap Edi sempat bertanya kepada penyidik kenapa ditangkap? Ia dimintai keterangan tentang gudang mebel. "Kenapa mau tanya masalah gudang saja pakai gaya penggerebekan segala, bukan dengan surat panggilan?" Ucap Edi.
Polisi berkilah bahwa memang demikian prosedurnya.
Tapi Keluarga Edi menyayangkan penggerebekan tersebut karena membuat istri dan anak-anaknya yang masih balita trauma bahkan ikut tengkurap ketakutan.
Operasi Tangkap Ternyata Pengalihan Isu demi Godfather
Salah satunnya dengan mengundang Syaikh Ali Hasan Al Halabi yang sengaja di undang pemerintah untuk menjadi 'pesuruh' BNPT berdebat dengan Ustadz Abu Bakar Ba'asyir dan aktivis jihadis lain di LP.
Mungkinkah BNPT dan Densus 88 bikin pengalihan isu kembali? Bisa jadi...
Bahkan BNPT akui penggerebekan teroris untuk pengalihan isu dan ternyata hal itu bukan omong kosong. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai mengakui hal tersebut.
"Perbandingan 80 persen dan 20 persen. 20 Persennya yang pengalihan isu, tetapi kalau di era Soeharto dulu persentasenya sangat tinggi," ujar Ansyaad saat ditemui di ruangannya, Jumat (10/5) malam.
Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mengakui bahwa penggerebekan aktivis islam yang di tuduh teroris adalah pengalihan isu. Para teroris itu sebenarnya sudah dipantau cukup lama, namun kapan dilakukan penggerebekan menunggu saat yang tepat sehingga bisa memecah isu yang sedang berkembang di masyarakat.
Abu Roban misalnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Ansyaad Mbai menyebut bahwa jihadis yang di fitnah sebagai teroris ditembak mati di Batang itu telah diendus sejak tahun 2012. Namun Densus 88 baru melakukan penggerebekan untuk menunggu waktu atau moment yang tepat. Penggrebekan terduga teroris sudah di setup sejak lama (baca: dijebak, didanai, disulut semangatnya, dan diprovokasi untuk membuat makar dan akhirnya lalu ditangkap), lanjut Mbai, juga menunggu moment yang tepat. Menurut Mbai, penggrebekan teroris adalah berita seksi yang bisa digunakan untuk mengalihkan isu.
"Memang iya benar Abu Roban 2012 sudah kita cari dan dipantau sejak ramai kasus perampokan di Sumatera," ujar Ansyaad di kantornya, Jumat (10/5) malam. [rojul/voa-islam.com]