View Full Version
Selasa, 04 Feb 2014

Batalkan Pemilu 2014, Gunakan Uangnya Membantu Rakyat Miskin

JAKARTA (voa-islam.com) - Jawablah dengan hati yang jujur bermanfaatkah pemilu bagi kehidupan rakyat dan bangsa? Sejak reformasi sudah berlangsung tiga kali  pemilu, yaitu pemilu tahun l999, 2004, dan 2009. Dan sekarang sedang menanti 2014. 

Sungguh perubahan apa yang sudah dirasakan bagi kehidupan rakyat kecil? Adakah kehidupan mereka semakin baik? Mereka mendapatkan keadilan dan kesejahteraan?

Berapa banyak anggaran yang dikeluarkan lewat APBN untuk pemilu? Jika setiap pemilu mengeluarkan anggaran rata-rata Rp 15-Rp 20 triliun, maka empat kali pemilu bisa mencapai anggaran hampir Rp 100 triliun. Belum lagi ditambah anggaran pemilukada?

Mendagri mengatakan tigakali putaran pemilukada di Jawa Timur menghabiskan dana Rp 3 triliun. Padahal, di Indonesia, hampir setiap hari berlangsung pemilukada, memilih gubernur, bupati, atau walikota.

Tetapi, faktanya dari pemilu ke pemilu, dari pilkada ke pilkada, sejatinya apa yang sudah dihasilkan yang berkorelasi dengan kehidupan rakyat secara nyata? Tak ada. Tetapi, anggaran sudah begitu besarnya yang dikuras, membiayai pemilu legislatif  dan presiden.

Ini benar-benar mubazir, dan tidak memberikan pengaruh yang penting bagi kehidupan bangsa. Justru yang terjadi situasi yang anomali dan semakin terjadinya polarisasi dalam kehidupan masyarakat. Kekacauan sosial, dan konflik sosial, serta mengarah kepada disintegrasi.

Produk pemilu hanyalah menghasilkan para pejabat publik yang korup. Sudah lebih 60 persen gubernur yang menjadi tersangka. Bahkan sebagiannya sudah di vonis atau dipenjara. Sudah ratusan bupati dan walikota yang menjadi tersangka. Semua karena korupsi. Berapa banyak anggota DPR yang sudah dipenjara? Sudah berapa banyak pemimpin partai politik dibui?

Banyak pemimpin partai diadili dan dijatuhi hukuman maksimum oleh Tipikor, karena melakukan korupsi dan pencucian uang. Bahkan, korupsi sudah menyentuh ke pusat kekuasaan yang sangat memalukan.

Produk pemilu legislatif dan presiden tidak menghasilkan pemimpin yang berkualitas, tokoh atau pemimpin yang benarp-benar memiliki komitmen terhadap kepentingan rakyat. Mereka adalah jenis tokoh atau pemimpin yang hanya memperjuangkan kepentingan pribadi dan golongannya.

Lihat sejarah masing-masing tokoh dan pemimpin yang ada. Sebelum menjadi pejabat publik dengan sesudah menjadi pejabat publik. Mereka benar-benar jenis manusia ‘aji mumpung’.

Sejatinya pemilu itu hanyalah sarana menghancurkan negara dan bangsa. Ini sudah terbukti secara valid, sejak ‘Reformasi’, sampai hari ini, semua hasil produk pemilu dan turunannya, hanyalah merugikan kepentingan nasional Indonesia. Di mana sekarang asset negara dikuasai oleh asing, dan mendapatkan legitimasi oleh para pejabat publik yang dipilih melalui pemilu.

Maka alangkah bijaksananya pemilu 2014 ini dibatalkan. Tidak usah ada pemilu. Kenyataannya, calon-calon legislatif 90 persen wajah lama. Tidak akan ada perubahan apapun dari pemilu nanti. 

. . . Sejatinya pemilu itu hanyalah sarana menghancurkan negara dan bangsa. Ini sudah terbukti secara valid, sejak ‘Reformasi’, sampai hari ini, semua hasil produk pemilu dan turunannya, hanyalah merugikan kepentingan nasional Indonesia. . .

Dengan demikian lebih menghemat dana, dan tidak membuang-buangkan dana,  yang sebenarnya semua pajak dari uang rakyat. Tetapi, sangat  tidak berguna bagi kepentingan rakyat.

Jika uang Rp 20 triliun sekarang digunakan rakyat miskin yang terkena musibah di mana-mana itu lebih mulia dibandingkan digunakan biaya pemilu. Coba bayangkan dan rasakan? Bagaimana nasib orang-orang miskin di desa-desa di sebagian wilayah Indonesia terkena banjir, longsor, puting beliung, gempa, dan gunung berapi?

Sungguh mereka sangat menderita dan memerlukan uluran tangan. Mereka tidak dalam waktu singkat bisa menyulap tanah yang sudah kebanjiran itu, kemudian tumbuh tanamannya dan bisa dipanen serta dimakan?

Bagaimana sarana hidup bagi rakyat banyak yang rusak dan hancur itu? Semuanya mengganggu mobilitas kehidupan rakyat. Semua memerlukan perbaikan dan  recovery kembali. Rakyat di Sinabung butuh tempat tinggal, butuh tempat mencari nafkah, butuh sarana hidup lainnya.

Berapa banyak dana yang dibutuhkan memperbaiki jalan Pantura yang hancur akibat banjir? Berapa banyak dana yang dibutuhkan para petani di Jawa yang sawahnya rusak akibat banjir? Berapa banyak dana yang dibutuhkan memperbaiki daerah seperti di Manado yang  terkena banjirbandang?

Pemilu 2014 menghabiskan dana hampir  Rp 20 triliun. Hasilnya tidak langsung dirasakan bagi kehidupan rakyat. Para calon legislatif, dan calon presiden yang lidahnya sudah nyaris putus menjulur-julur saat kampanye, kalau sudah menjadi pejabat, mereka pasti akan lupa dengan janjinya. Semua janji itu hanya palsu belaka, dan  semuanya sudah terbukti.

Pemilu hanyalah sarana menghancurkan negara dan bangsa. Ini sudah terbukti secara valid, sejak ‘Reformasi’, sampai hari ini, semua hasil produk pemilu dan turunannya, hanyalah merugikan kepentingan nasional Indonesia.[afgh/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version