View Full Version
Kamis, 07 Aug 2014

Prabowo: Indonesia Lebih Totaliter dari Korea Utara

JAKARTA (Voa-Islam.Com)- Meski digembar-gemborkan sebagai negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan AS, namun ternyata Indonesia bisa menjadi negara otoriter dan totaliter bahkan melebihi negara komunis Korea Utara (Korut) yang saat ini dipimpin tokoh muda dan cucu pendiri Korut Kim Il Sung, Kim Jong Un.

Hal itu terjadi karena Komisi Pemilihan Umum (KPU) menjual harga diri dan kewibawaannya karena bisa dibeli pasangan  Jokowi-JK. Terbukti KPU melakukan kecurangan besar-besaran pada Pilpres 2014 ini dan akhirnya menghalalkan segala cara dengan memenangkan Jokowi-JK dan mengorbankan pasangan Prabowo-Hatta demi fulus dan jabatan di kabinet.

“Penyelenggara pemilu seperti ini hanya bisa terjadi di negara komunis, otoriter dan totaliter seperti Korea Utara. Bahkan Korut lebih baik dari Indonesia dalam pelaksanaan pemilu,” ungkap Prabowo dalam Sidang Mahkamah Konstitusi (MK) yang mengugat KPU sebagai penyelenggara pemilu curang alias tidak jurdil, Rabu (6/8).

Prabowo heran, pada beberapa ribu TPS dirinya hanya mendapat suara nol alias tidak ada satupun yang memilihnya, sementara Jokowi mendapat suara mutlak 100 persen. Jelas ini kecurangan yang luar biasa dan sangat nyata dan memalukan, bahkan lebih totaliter dan otoriter dari Korea Utara.

Pasalnya, Partai Komunis Korut kalau menyelenggarakan pemilu selalu dipilih paling tidak 98 persen pemilih, padahal kali ini pasangan Prabowo-Hatta sama sekali tidak dapat suara pemilih di ribuan TPS dari 380.000 lebih TPS diseluruh Indonesia.

“Kami merasa sangat tersakiti dengan praktek penyimpangan, ketidakjujuran dan ketidakadilan yang telah diperlihatkan oleh penyeleggara pemilu (KPU),” tegas Prabowo. 

Mantan menantu Presiden Suharto itu telah dicurangi Jokowi yang berkolaborasi dengan Ketua KPU Husni Kamil Manik dan didukung anggota KPU Hadar Nafis Gumay (pernah bertemu tim sukses Jokowi) dan Ida Budiarti (mantaan Ketua KPUD Jateng yang dikenal pendukung kuat Jokowi) ini tentu saja kecewa berat.

Padalnya dalam hitungan yang benar, seharusnya Prabowo mendapat suara 51 persen sementara Jokowi hanya 49 persen, tetapi kenyatannya versi KPU yang telah direkayasa oleh Husni cs, Prabowo hanya mendapat suara 46 persen dan Jokowi 53 persen. Padahal Prabowo didukung koalisi 7 partai politik yang memperoleh suara 62 persen dalam pemilu legislatif. [Abdul Halim/Voa-Islam]


latestnews

View Full Version