View Full Version
Senin, 01 Sep 2014

Spanduk 'Tuhan Membusuk' Ditulis Orang yang Tidak Menggunakan Otak

JAKARTA (voa-islamcom) – Tema besar "Tuhan Membusuk" dalam kegiatan Orientasi Fakultas Ushuluddin dan FilsafatUniversitas Islam Negeri (UIN) Sunan Ampel Surabaya mendapat sorotan penulis buku, “Ada Pemurtadan di IAIN” Hartono Ahmad Jaiz. Menurutnya, tema spanduk tersebut ditulis orang yang tidak menggunakan otak.

“Bahwa itu ditulis oleh orang yang tidak menggunakan otak, masih pula menolak kebenaran, sekaligus menghina Allah Ta’ala.,” tuturnya dalam rilis yang diterima voa-islam, Senin (1/09/2014)

Menurut Ustadz Hartono, kalau pembuat tulisan di spanduk itu masih menggunakan otak, maka akan sangat malu sekali menulis kalimat itu.

Karena, Allah menjadikan orang yang sudah mati namun tidak membusuk saja mampu, bahkan menghidupkan yang telah mati saja mampu, kenapa penulis spanduk itu sampai berani mengatakan “Tuhan Membusuk”?

“Bukankah itu pertanda penulis spanduk itu tidak menggunakan otak?” tanyanya.

Ustadz yang sangat keras permusuhannya terhadap aliran-aliran menyimpang, khususnya Syi’ah dan LDII ini, memberikan bukti adanya jasad manusia yang tidak dibusukkan alias diutuhkan oleh Allah dalam QS. YUnus: 90-92. dalam ayat tersebut dikisahkan tentang Far’aun yang Allah matikan di laut namun Allah selamatkan jasadnya sehingga tidak hancur membusuk.

Karenanya, Ustadz yang ceramahnya tak segalak tulisannya ini menyebut ‘Tuhan Membusuk’ adalah bentuk kesombongan luar biasa.

“Ketika menolak kebenaran dan memandang rendah manusia itu adalah kesombongan, maka bagaimana pula ketika sudah menolak kebenaran, sedang yang direndahkan bahkan dihina, disebut membusuk itu adalah Tuhan (Allah). Bukankah itu benar-benar kesombongan yang luar biasa?” tututnya.

Kemudian beliau menyitir sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “Tidak akan masuk surga siapa yang dalam hatinya terdapat kesombongan meski sebesar biji atom”.

“Lha, perkataan “Tuhan Membusuk” itu kesombongan yang berapa juta kali lipat dibanding besarnya partikel atom,” imbuhnya.

Ingatlah, orang tua menguliahkan anaknya ke perguruan tinggi Islam tentu saja bukan untuk menjadi orang yang sombong luar biasa. Bahkan Umat Islam pada umumnya juga sama sekali tidak menginginkan perguruan tinggi Islam se-Indonesia ini jadi ajang pemurtadan luar biasa seperti itu. Apalagi sudah sejak tahun 2005 telah diingatkan dengan tegas dalam satu buku berjudul Ada Pemurtadan di IAIN yang maksudnya memperingatkan seluruh perguruan tinggi Islam di Indonesia.

Tegakah kita membiarkan generasi penerus bangsa ini digarap besar-besaran oleh para penentang Allah Ta’ala untuk menjadi manusia-manusia yang kurangajar lagi super sombong?

Tentu saja tidak tega. Tetapi, apa reaksi dan aksi kita, itu masih dipertanyakan, karena selama ini belum ada bukti yang menunjukkan bahwa kita tidak tega generasi bangsa ini dirusak secara besar-besaran itu. Sudah saatnya kita tunjukkan bukti. Paling kurang, para pelaku itu ditindak tegas dan disosialisasikan hukumannya, agar tidak lebih rusak lagi, dan tidak berani mengadakan penodaan agama lagi. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version