View Full Version
Senin, 29 Sep 2014

Dialog Publik Mengkhawatirkan Konflik Horisontal di Solo

SOLO (Voa Islam) - Bertempat di Meeting Room RM Embun Pagi, Surakarta, Ahad kemarin (28/09/2014) diadakan acara Dialog Publik. Acara yang diselenggarakan atas kerjasama antara Lembaga Duta Mulia dengan Ditjen Kesbangpol Kemendagri itu berlangsung mulai pukul 10.00 sampai dengan 12.00 WIB.

Kegiatan yang mengambil tema "Optimalisasi Kerjasama Tokoh Agama Dalam Mengantisipasi Potensi Konflik Sosial di Masyarakat" itu, dihadiri Nuraini, S.Psi dari Kemendagri selaku Keynote Speaker, Harso dari Kesbangpol Surakarta, Munawar (tokoh masyarakat) dari Gandekan dan Endro Sudarsosno, S.Pd.I selaku Humas Laskar Ummat Islam Surakarta (LUIS).

... solusi dari itu semua adalah dakwah, amar ma'ruf nahi munkar kare ia adalah terapi Ilahiyah yang sudah teruji baik secara konseptual maupun aplikasi di lapangan ...

Menurut Harso dari Kesbangpol, tokoh agama memiliki kompentensi Ilmu, kedudukan dan keturunan. Posisinya di Solo menjadi salah satu poros untuk membantu menyelesaikan dan mengantisipasi konflik. Dimana selama ini sudah ada Forum Kerukunan Ummat Beragama (FKUB) dan lembaga lintas agama yang secara rutin bertukar fikiran maka tiggal mengoptimalisasi karena sudah ada komunikasi.

Sedangkan menurut Munawar, sejarah konflik sosial di Solo sudah muncul sejak Kerajaan Pengging, Kartasura dan Surakarta, Mangkunegaran, Konflik Cina, Kerusuhan Mei, Kentingan Baru, Gandekan, hingga tewasnya Kipli (preman) dan lain-lainnya. Dan beberapa waktu terakhir ini penyebab utamanya adalah penyakit masyarakat (pekat) terutama Miras.

Menurut LUIS yang diwakili Humasnya, Endro Sudarsono, konflik di Solo terbagi menjadi dua, yakni konflik laten dan konflik terbuka. Di mana konflik itu sebenarnya selalu ada baik yang bersifat keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Konflik bisa terjadi dengan berbagai motif seperti ekonomi, kesenjangan (strata) sosial, budaya maupun Kolonialisme (penjajahan). LUIS berpendapat bahwa solusi dari itu semua adalah dakwah, amar ma'ruf nahi munkar karena ia adalah terapi Ilahiyah yang sudah teruji baik secara konseptual maupun aplikasi di lapangan.

Memang di wilayah kecil seperti Solo yang sering mendapat sebutan kota 'sumbu pendek', kekhawatiran selalu muncul akan terjadinya konflik horisontal adalah sesuatu yang bisa dipahami. Sebagaimana pada saat pelaksanaan Pileg ataupun Pilpres 2014 yang baru saja usai, ketegangan-ketegangan amat terasa walaupun pada akhirnya tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan bersama.

Malah ada even Internasional, semisal Kejuaraan Dunia Terjun Payung Militer atau The 38th World Military Parachuting Championship 2014, yang baru saja usai dengan diikuti kurang lebih 406 atlet dari 42 negara pun berjalan aman-aman saja. Padahal issu miring yang sering dilontarkan Solo adalah 'sarang teroris'. (AF/Endro/may/Voa Islam.com)


latestnews

View Full Version