View Full Version
Selasa, 07 Oct 2014

MetroTV Menyebut Koalisi Merah Putih Sebagai Barang Haram dan Najis

JAKARTA (voa-islam.com) - MetroTV jujur  dengan pilihan politiknya mendukung Jokowi. Karena, 'owner' (pemilik) MetroTV si 'brewok' Surya Paloh yang dahulunya, bagian dari kaki tangan rezim Soeharto, dan gagal merebut Ketua Umum Golkar di Pekanbaru, kalah melawan Aburizal Bakri, sekarang menjadi 'pelayannya' Jokowi.

Maka, tak heran sejak sebelum pemilu legislatif sampai pemilihan presiden 2014 lalu, tak ada jeda usahanya menghancurkan citra, membentuk persepsi dan opini rakyat terhadap Koalisi Merah dengan sangat negatif. Sikap MetroTVt Terhadap Koalisi Merah Putih, tanpa ampun. Bahkan secara personal terhadap Prabowo.

Orang-orang yang dihadirkan di MetroTV, semodel Adian Napitupulu, yang mulutnya sudah 'rombeng'. Dengan berbagai tuduhan yang sangat negatif terhadap Prabowo, dari penculikan, pelanggaran HAM, sampai masalah yang sangat pribadi soal istri. Sungguh luar biasa. Pengamat politik pun yang dipilih, mereka yang benar-benar sudah benci sampai ke ubun-ubun, model orang seperti Ikrar Nusa Bakti.

MetroTV mulai mengkampanyekan agar tidak lagi menyebut Koalisi Merah Putih, tapi dengan Koalisi Pendukung Prabowo. Seakan menggunakan kata 'Merah Putih' bagi Koalisi Merah Putih yang mendukung Prabowo itu, tidak sesuai. Karena, Koalisi Merah Putih itu, yang mendukung Prabowo itu, ibaratnya seperti barang haram dan najis. Tidak layak disandangkan kepada mereka. Maka, reporternya dan penyiarnya sudah tidak mau menyebut 'Koalisi Merah Putih'. Haram dan najis.

Begitu pula politisi PDIP “mengharamkan” sebutan merah putih bagi Koalisi Merah Putih, karena dianggap kata merah putih terlalu suci bagi politisi kubu Prabowo, barangkali ini masih bisas dimengerti. Bagaimana kalau media seperti MetroTV, ikut bersikap tidak adil, dan menggunakan bahasa politisi yang sudah kehabisan akal, karena beberapa kali kalah di parlemen?

Begitulah yang terjadi. Metro TV semalam dalam acara bertajuk "Jokowi Melawan Tirani", mengharamkan "Koalisi Merah Putih", dan menggantinya dengan Koalisi Pendukung Prabowo. Koalisi Indonesia Hebat tetap disebut seperti itu.Tirani yang dimaksud dalam acara itu adalah Koalisi Merah Putih. MetroTV membuat sikap yang sesuai dengan Surya Paloh? 

Setelah pertemuan tertutup semalam dalam rangka musyawarah menuju ketua MPR RI yang dihadiri oleh KMP,DPD dan KIH, barulah dalam acara Bincang Pagi Metro TV kembali “mengharamkan” sebutan merah putih bagi Koalisi Merah putih. Dapat dibayangkan redaktur MetroTV menunggu titah paduka Surya Paloh dalam menentukan kapan halal dan kapan haram sebutan merah putih bagi KMP.

Bisa jadi nanti “mengharamkan” kata Indonesia pada kepanjangan singkatan Gerindra, atau jika Partai Demokrat dianggap tidak demokratis lagi, maka mengharamkan sebutan Demokrat, menggantinya dengan Partai Milik SBY.

Bagaimana kalau pemilu legislatif dan pemilu presiden 2014, PDIP dan Jokowi menang dengan suara diatas 60 persen? Adakah mereka tidak menjadi tirani? Adakah PDIP dan Jokowi masih bisa bersikap demokratis? Masihkah PDIP dan Jokowi menghargai kekuatan partai-partai politik lainnya? Pasti Mega, Jokowi dan PDIP akan lebih tiranik. Sikap Mega terhadap SBY sudash bisa menjadi ukurannya, Mega jenis pendendam, dan akan berpotensi menjadi otoriter.

Bagaimana para pendukung Jokowi yang terdiri para netizer dan cyber army yang sangat loyal atau mungkin bayaran, membully dan menghancurkan SBY, menggunakan akun twiter dan facebook, secara massal, gara-gara Partai Demokrat tidak mendukung PDIP dan Koalisi Indonesia Hebat dalam voting revisi UU Pilkada, dan kemudian mereka kalah. Segala caci maki dan sumpah serapah ditimpakan kepada SBY. Begitu fatsoen politik (etika politik) mereka?

Sekarang sesudah mereka bangkrut secara politik, dan gagal mengadu-domba diantara anggota partai koalisi Merah Putih, sekarang menuduh Kaolisi Merah sebagai kelompok tiran, anti demokrasi, anti rakyat, korup, mafia, dan segala tuduhan lainnya. Sungguh sangat ironi. [jj/dbs/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version