View Full Version
Selasa, 05 May 2015

'Siroh Kampus' Siap Lahirkan Para Sejarawan Islam

JAKARTA (voa-islam.com) - Program pendidikan  "Siroh Kampus" telah diresmikan pada Jumat (1/5), dalam kegiatan "Grand Launching Siroh Kampus". Tempat Aula Rabbani Jakarta Timur menjadi saksi bisu puluhan pemuda yang mendedikasikan dirinya untuk mengambil bagian dalam peradaban Islam.

Dengan motto "Belajar, Bergerak, Memimpin dengan Siroh", para pemuda ini sangat yakin bahwa mempelajari sejarah Nabi Muhammad Saw mampu membawa kepada peradaban Islam.

Tepat pukul 10:00 WIB, MC membuka acara dengan penuh semangat. Setelah menperdengarkan tilawah Al-Qur'an Al-Karim, MC mempersilakan pembicara pertama untuk memberikan materi tentang "Pengantar Siroh".

"Sejarah adalah kehidupan. Kita bisa melihat kehidupan yang akan datang dengan mempelajari sejarah. Karena sejatinya, apa yang terjadi saat ini adalah tidak lain pengulangan dari masa kemarin," kata Ust. Eko Zein, Lc mengawali kalimat-kalimat pembukanya.

Beliau juga memaparkan mengapa Jazirah Arab dipilih Allah Swt sebagai destinasi risalah terakhir Nabi Muhammad Saw. Salah satu alasannya adalah karena Mekah terletak dipertengahan bumi. Beliau menyanggah pendapat yang menyatakan bahwa pertengahan bumi adalah Greenwich.

Hal ini tersirat dalam QS. Al-Baqarah ayat 143 yang artinya, "Dan demikian pula kami telah menjadikan (umat Islam) "umat pertengahan" agar kamu menjadi saksi atas perbuatan manusia...".

Menurut analisisnya, Mekah terletak ditengah negara adidaya, yaitu Persia yang diliputi penyimpangan moral, Romawi yang dikuasai oleh semangat kolonialisme, disusul oleh Yunani dan India yang disibukkan dengan hal hal yang tidak bermanfaat. Hal ini adalah rencana Allah yang sangat luar biasa karena Mekah menjadi mudah untuk menyebarkan peradaban ke seluruh penjuru dunia.

Setelah hanyut dalam nuansa sejarah, para sejarawan diajak berdiskusi dalam sesi II dengan tema "Urgensi Siroh Nabawiyah". Pembicara dalam diskusi ini adalah Ustadzah Zaili Fitria Yunita.

"Salah seorang guru pernah berkata, 'Sejarah adalah identitas. Jika manusia mengabaikan sejarah, maka hilanglah identitasnya'. Contoh aplikatif dalam hal ini adalah negara Turki. Dengan sistem kekhilafahannya, Turki menjadi pusat peradaban Islam yang sempat memimpin selama lebih dari enam abad. Namun pada tahun 1924, kekhilafahan Turki Utsmani telah diruntuhkan dan selama ini hidup dalam sekulerisme. Sekarang, Turki telah belajar dari sejarah dan mampu meraih masa kejayaan itu kembali," tegas ustadzah yang penyampaiannya tenang tersebut.

Hingga pukul 15:30 WIB, acara dilengkapi dengan materi "Peran Siroh dalam Membangun Peradaban". Pembicara dalam sesi III ini adalah Ustadz Airell Tufliado. Beliau memberikan motivasi konstruktif agar calon sejarawan mau mempelajari siroh nabawiyah secara kontinyu dan mengajarkannya.

Hal ini harus diupayakan dalam rangka beribadah kepada Allah Swt. Umat Muslim harus yakin bahwa Nabi Muhammad Saw adalah manusia luar biasa yang membangun awal peradaban ini, kemudian dilanjutkan oleh khulafaurrasyidin, Bani Umayah, Bani Abasiyah dan Bani Utsmaniyah. Kemenangan ini harus diraih kembali oleh Umat Muslim.

Karena pada dasarnya, kemenangan itu akan dipergilirkan, sebagaimana dalam QS. Ali-Imran ayat 140 yang artinya, "Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu Kami pergilirkan diantara manusia agar mereka mendapat pelajaran dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) supaya sebagian kamu dijadikan-Nya gugur sebagai syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim." [syahid/khafa/sirohkampus/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version