View Full Version
Senin, 08 Jun 2015

90 Persen Perempuan Berjilbab Penderita HIV/AIDS, Benarkah?

BANGKALAN (voa-islam.com) - Benarkah begitu bobroknya kehidupan perempuan di Indonesia? Dikatakan penderita HIV/AIDS, para perempuan yang menggunakan jilbab. Perempuan yang sudah menutup auratnya, simbol muslimah, tapi tidak kalis dari perbuatan maksiat.

Menteri Sosial (Mensos) RI Khofifah Indar Parawansa menyebutkan, sekitar 90 persen perempuan penderita HIV/AIDS di Kabupaten Batang, Jawa Tengah, merupakan perempuan berjilbab dan dari keluarga baik-baik.

"Persentase 90 persen ini dari data sebanyak 564 perempuan yang dinyatakan positif menderita HIV/AIDS," kata Khofifah Indar Parawansa di sela-sela haul Ulama Madura di Desa Petereman, Bangkalan, Jawa Timur, Minggu.

Setelah diteliti, katanya, ke-90 persen perempuan berjilbab yang terinfeksi virus HIV/AIDS tersebut, karena suaminya, memang sering menggunakan jasa pekerja seks komersial (PSK).

Sedangkan, PSK yang sering menjadi teman kencan para suami perempuan-perempuan ibu rumah tangga itu, merupakan PSK yang terserang HIV/AIDS.

"Akibatnya, ibu-ibu rumah tangga yang baik-baik di rumahnya itu, juga ikut tertular HIV/AIDS," katanya.

Di hadapan para santri dan ulama pengasuh pondok pesantren se-Madura itu, Mensos juga mengemukakan, bahwa yang sering menjadi alasan sebagian orang, khusus wanita terjerumus dalam dunia prostitusi, karena alasan ekonomi.

Namun, faktor ekonomi bukan satu-satunya alasan. Ada yang karena keluarganya bermasalah, sehingga menjadikan dunia prostitusi sebagai tempat pelarian.

"Memang faktor ekonomi sangat menentukan. Tapi jika komitmen keagamaan kuat, tentu akan menjadi benteng untuk berbuat sesuatu yang dilarang oleh agama," katanya.

Mensos menjelaskan, saat ini, pemerintah memang sedang memfokuskan pada upaya penanganan masalah-masalah sosial yang terjadi di Indonesia, termasuk upaya menghapus praktik prostitusi.

"Bapak Kiai dan Ibu Nyai, mohon sambung doanya, saya besok akan ke Ponorogo, akan melakukan penutupan lokalisasi di sana, dan ini merupakan lokalisasi ke-13 yang ditutup di Indonesia," katanya sembari mendapatkan tepuk tangan hadirin yang hadir acara itu.

Kepada para santri dan para ulama serta juru dakwah di Pulau Garam Madura ini, Mensos Khofifah Indar Parawansa juga mengajak, agar dakwah kedepan tidak hanya dilakukan dengan perkataan, akan tetapi juga tindakan.

"Untuk memperbaiki perekonomian masyarakat, kita tentunya perlu melakukan langkah nyata dalam bidang ekonomi dan kami salut atas gerakan ekonomi yang telah dilakukan pondok Pesantren Sidogiri dengan lembaga keuangannya yang kita kebal Baitul Mal Wattanwil (BMT)," kata Khofifah.

Kerusakan dan kehancuran umat sudah sangat jauh masuk ke dalamm relung-relung kehidupan keluarga. Tidak ada yang selamat dari kerusakan dan kehancuran akibat maksiat, dan perbuatan durhaka, seperti melakukan zinah dan berzinah dengan pelacur. Ini akan terus menggerogoti kehidupan umat Islam. (jj/dbs/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version