View Full Version
Kamis, 11 Jun 2015

Saudara Muslim Rohingya, Hasan Ali, Cerita Dibalik Upaya Penyelamatan Diri Mereka

LANGSA (Voa-Islam) - Menemui Hasan Ali (32 tahun), saudara muslim Rohingya kita di lokasi penampungan pengungsi eks Pabrik Kertas di Bayeun, Biren, Langsa, Aceh pada hari Selasa (9/06) kemarin. Ia adalah salah seorang saudara muslim Rohingya kita yng sudah sedikit banyak bisa berbahasa Melayu.

... "Pokoknya kita mau keluar negri, gitu ajalah! Bisa makan, bisa minum, begitulah!"ujarnya awal kita tanyai. Tapi dengan wajah dan raut muka yang sudah mulai memperlihatkan rasa senang dan nyaman tinggal dipenampungan, dengan senyum yang selalu tersungging dibibirnya...

Relawan Majelis Mujahidin bersama Relawan Katibah (Komunitas Ansharut Tauhid Peduli Musibah) menemani jurnalis voa-islam.com untuk dapat menggali sedikit fakta sebenarnya yang dialami sauadar-saudara muslim kita di Myanmar sana. Hasan Ali yang istri dan 2 anaknya masih tertinggal di Arakan, Myanmar ini mau bercerita kepada kita.

Semula ia tidak begitu semangat untuk berbicara 'masa lalu' penyebab mereka keluar dari Myanmar, seolah ingin menutup rasa trauma akan kezhaliman yang mereka alami.

"Pokoknya kita mau keluar negri, gitu ajalah! Bisa makan, bisa minum, begitulah!"ujarnya awal kita tanyai. Tapi dengan wajah dan raut muka yang sudah mulai memperlihatkan rasa senang dan nyaman tinggal dipenampungan, dengan senyum yang selalu tersungging dibibirnya.

Saat kita ajukan pertanyaan mendasar kenapa sampai mereka menempuh perjalanan laut yang sangat membahayakan bahkan beresiko pasti akan hilangnya nyawa, hingga terdampar di Aceh. Dia cerita bahwa di Arakan -biasa dia menyebut daerah asal mereka- atau Rohingya, sudah tidak bisa mereka tinggali karena penyerangan dan pembantaian dari kelompok mayoritas beragama Budha kepada mereka.

Dia contohkan bagaimana orang-orang Budha itu dengan sadisnya membantai mereka, dengan cara mereka dikumpulkan dimasjid kemudian mereka dikunci didalamnya. Lalu masjid itupun dibakar beserta orang-orang muslim didalamnya.

Tidak berhenti disitu, penuturan Ali dengan bahasa yang terpatah-patah menunjukkan bahwa mereka juga membakari rumah-rumah di kampung orang muslim.

Saudaraku, bisakah anda membayangkan beban bathin yang menghimpit hati Ali, dimana ia -alahamdulillah- bisa selamat sampai di tanah Aceh yang dengan sukarela menerima 'tamu' mereka. Sedangkan istri dan dua anak tercinta masih tertinggal di Myanmar serta ditengah ancaman pembantaian.

Ali berkeinginan bisa menjemput istri dan anak-anak tercintanya serta membawa mereka ke tanah Aceh ini. Semoga Alloh Subhanahu wa Ta'ala mengabulkan keinginan mulianya, amiin!(AF/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version