View Full Version
Ahad, 23 Aug 2015

Islam dan Sains, Dua Hal yang Tak Bisa Dipisahkan untuk Taat kepada Allah

MALANG (voa-islam.com)- Mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Din Syamsudin menyatakan bahwa ilmu pengetahuan akan menjadi sia-sia jika para pelaku mengeyampingkan nilai-nilai etis, juga agama. Din, yang juga Presiden Moderator Asian Conference on Pure and Religion Peace (ACRP) menyebutkan seharusnya ilmu pengetahuan atau sains hendaknya terarah oleh nila-nilai yang fokus untuk masyarakat banyak.

"Salah satu akar dibalik terjadinya berbagai kerusakan global di dunia ini adalah paradigma pengembangan sains yang tidak mengindahkan nilai-nilai etis, spiritual dan kebermaknaan. Paradigma sains hendaknya diarahkan pada nilai-nilai kemaslahatan," kata Din Syamsuddin saat menjadi pembicara pada The 1st International Conference on Pure and Applied Research (ICoPAR) di Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sabtu (22/-8/2015) seperti yang dikutip Antara.

Pimpinan Pusat Majelis Ulama Indonesia (MUI) ini pun mengatakan, ekonomi, termasuk politik seharusnya ditujukan untuk nilai-nilai yang sarat dengan makna. Dan ia mengatakan jika politik dijadikan nafsu untuk ber-oligarki maka akan hilanglah nilai-nilai keadilan di tengah masyarakat.

"Kalau politik melanggengkan oligarki, berarti politiknya tidak bernilai, dan hampa makna," ujarnya.

Oleh karena itu, katanya, yang terpenting dari sains adalah bagaimana kebermaknaan dan nilai-nilai yang dikandungnya. Dalam konteks pembangunan, jika dunia banyak berbicara tentang pembangunan berkelanjutan yang berkeadilan, maka Islam senantiasa mengajak pada paradigma pembangunan berkelanjutan yang bermakna.

Paradigma tersebut, papar Din, berakar pada prinsip-prinsip sains Islam yang di antaranya adalah harmoni dan korespondensi antara dimensi Tuhan dan alam semesta, atau lebih tepatnya dimensi Sang Pencipta dan yang dicipta. Tidak mungkin manusia dan alam semesta bekerja tanpa mengindahkan nilai-nilai etis-spiritual ketuhanan.

Terkait pengembangan sains, Din menegaskan, Islam merupakan agama yang sangat menekankan pentingnya berpikir. Tak heran, dalam Al Quran banyak terdapat ayat-ayat yang diakhiri dengan kata-kata afala taqilun (apakah kamu tidak berakal), afala tatafakkarun (apakah kamu tidak berpikir) atau afala yatadabbarun (apakah mereka tidak merenung).

Selain menghadirkan Din Syamsuddin, UMM ICoPAR 2015, juga menghadirkan sejumlah pembicara dan peneliti dari 12 negara, seperti Singapura, Jepang, Korea, serta Indonesia sebagai tuan rumah. ICoPAR diikuti oleh 205 orang peneliti dari berbagai kampus dari 12 negara. (Robigusta Suryanto/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version