View Full Version
Kamis, 03 Jul 2014

Melawan Lupa (12): Sandra Fertasari Putri Ungkap Sutiyoso dan SBY Terlibat Tragedi 27 Juli 1996

JAKARTA (Voa-Islam.Com) - Meski sudah berlangsung selama 18 tahun, namun ternyata Tragedi 27 Juli 1996 berupa penyerangan sekelompok aparat TNI-AD dan Polri terhadap Kantor Pusat DPP PDI di jalan Diponegoro, Jakarta Pusat, sampai sekarang belum diusut sampai tuntas sehingga belum terungkap semuanya, meski bukti-buktinya lebih dari cukup.

Penyebabnya adalah karena melibatkan para Jenderal yang saat ini masih berkuasa seperti Presiden SBY serta mantan Gubernur DKI dan Ketua Umum DPP PKPI Sutiyoso. PKPI dikenal sebagai partai pendukung kuat pasangan Capres-Cawapres, Jokowi-JK.

Kepada Voa-Islam.Com, Kamis (3/7), salah seorang korban tragedi 27 Juli yang sempat ditahan selama 5 bulan di LP Pondok Bambu, Jakarta, Sandra Fertasari Putri SH menegaskan mantan Pangdam dan Kasdam Jaya, Sutiyoso dan SBY, terlibat secara langsung dalam tragedi yang menelan puluhan korban jiwa dan luka-luka berat para kader PDI pendukung Megawati tersebut.

“Sutiyoso sebagai Pangdam Jaya memimpin langsung penyerangan karena dia terlihat ada di jembatan jalan Surabaya. Sedangkan SBY sebagai Kasdam Jaya dalam pertemuan di Cibubur memerintahkan aparat untuk menyerbu Kantor Pusat DPP PDIP,” ungkap Sandra yang sempat diadili bersama 124 orang lainnya di PN Jakarta Pusat tersebut.

Untuk itu Sandra meminta siapapun Presiden terpilih nanti, harus berani mengusut sampai tuntas salah satu tragedi pelanggaran HAM terberat di Indonesia ini selain Tragedi Talangsari (1989) yang melibatkan mantan Kepala BIN Hendropriyono dan Tragedi Tanjungpriok (1984) yang melibatkan mantan Wapres Try Sutrisno.

“Siapapun nanti yang jadi Presiden, harus berani mengusut secara tuntas salah satu kasus pelanggaran HAM berat di Indonesia ini. Sebab sampai sekarang belum ada satupun para Jenderal yang terlibat diadili,” tegas mantan pengurus DPC PDIP Jakarta Pusat kepada Voa-Islam.

Dirinya sangat menyayangkan mengapa Megawati ketika menjabat sebagai Presiden RI (2001-2004) tidak berani mengusut tuntas tragedi berdarah ini, padahal pada kader partainya justru yang menjadi korbannya.

“Saya sangat menyayangkan mengapa waktu itu Megawati tidak berusaha menindak para Jenderal yang terlibat tragedi 27 Juli tersebut,” ujar Sandra.

Menurutnya, sampai sekarang tragedi 27 Juli belum terungkap secara tuntas padahal buktinya sudah lebih dari cukup. Sedangkan Megawati sendiri ketika memulai pembangunan kembali bekas Kantor DPP PDIP beberapa waktu lalu justru mengatakan buktinya belum cukup, sebab tidak adanya laporan dari para keluarga yang kehilangan anggota keluarganya.

“Mengapa sekarang Sutiyoso merapat ke Jokowi-JK, saya kira karena ingin cari selamat, apalagi Sutiyoso dikenal selalu berseberangan dengan Prabowo,” ungkap Sandra. [Abdul Halim/Abubakr/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version