View Full Version
Selasa, 26 Nov 2019

Adakah Shalat Sunnah Qabliyah Maghrib?

Soal:

Adakah dalil shahih shalat sunnat sebelum shalat Maghrib?

085256828***

Jawab:

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah. Shalawat dan salam atas Rasulullah dan keluarganya.

Shalat Sunnah Qabliyah maghrib masyru’ (disyariatkan) berdasarkan sunnah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam; qauliyah (perkataan), fi’liyah (perbuatan), dan taqririyah (ketetapan/pengakuan).

Dalil yang berbentuk ucapan adalah sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

صَلُّوا قَبْلَ اَلْمَغْرِبِ , صَلُّوا قَبْلَ اَلْمَغْرِبِ ثُمَّ قَالَ فِي اَلثَّالِثَةِ : لِمَنْ شَاءَ

Shalatlah sebelum Maghrib, shalatlah sebelum Maghrib.” Kemudian beliau bersabda pada yang ketiga: "Bagi siapa yang mau.” (HR. Al-Bukhari dari jalur Abdullah bin Mughaffal al-Muzaniy)

Keterangan “bagi siapa yang mau” menunjukkan bahwa beliau tidak suka kalau orang-orang menjadikannya sebagai amal rutin.

Dalil fi’liyah terdapat dalam riwayat Ibnu Hibban, bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah shalat dua rakaat sebelum Maghrib.

Dalil taqrir, didasarkan kepada hadits Anas, ia berkata,

كُنَّا نُصَلِّي رَكْعَتَيْنِ بَعْدَ غُرُوبِ اَلشَّمْسِ , فَكَانَ صلى الله عليه وسلم يَرَانَا , فَلَمْ يَأْمُرْنَا وَلَمْ يَنْهَانَا

Kami pernah shalat dua rakaat setelah matahari terbenam. Dan –saat itu- Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam melihat kami. Beliau tidak memerintahkan dan tidak pula melarang kami.” (HR. Muslim)

Kesaksian Anas lagi, bahwa di Madinah, apabila muadzin menyelesaikan adzan Maghribnya, maka para sahabat mengerjakan shalat dua rakaat. Kalau ada orang asing (tamu) yang datang ke Madinah dan masuk masjid, ia mengira shalat jamaah telah selesai dikerjakan karena banyaknya orang yang mengerjakan shalat dua rakaat tersebut. (HR. Muslim)

[Baca: Berapa Jumlah Rakaat Shalat Sunnah Rawatib Mu'akkadah?]

Ringkasnya, shalat sunnah qabliyah Maghrib disyariatkan/disunnahkan. Perintah tentangnya tidak sekuat shalat dua rakaat sesudah Maghrib. Dikaitkan perintah shalat 2 rakaat tersebut dengan “bagi siapa yang mau” agar tidak menjadikannya sebagai amalan rutin yang selalu dijaga dengan kuat. Maka sesekali meninggalkannya itu lebih utama. Wallahu a’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version