View Full Version
Jum'at, 30 May 2014

Sistem Ekonomi Liberal Adalah Saudara Kandung Demokrasi

BANDUNG (voa-islam.com) – Sistem ekonomi liberal dan demokrasi itu sesungguhnya adalah saudara kandung atau saudara kembar, satu ‘ayah’ satu ‘ibu’. Sistem ekonomi liberal dan demokrasi bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Sistem ekonomi liberal dan demokrasi lahir dari rahim yang sama yaitu sekulerisme.

Hal itu diungkapkan oleh Ustadz Adjat Sudradjat S.Ag, M.Ag, saat menjadi pemateri dalam acara Konferensi Islam dan Peradaban (KIP) 2014/1435 H, yang digelar oleh Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kota Bandung, pada Kamis (29/05/2014), di Balai Sartika, Bandung.

Ustadz Adjat kemudian mengatakan bahwa sekulerisme adalah memisahkan agama dari kehidupan dunia. Jadi, dalam sekulerisme itu, Allah dibui di masjid, Allah dipenjara di masjid, Allah tidak boleh keluar, Allah tidak bisa dibawa ke kantor, Allah tidak bisa dibawa ke pasar.

“Maka tidak heran hari ini kita lihat, bagaimana kemudian kejahatan-kejahatan itu justru terjadi di ruang-ruang publik, korupsi, penipuan, kecurangan, kelicikan, karena mereka (kaum sekuler – red.) tidak membawa Allah” jelasnya dalam acara yang bertema #IndonesiaMilikAllah.

Demokrasi dan sistem ekonomil liberal bagaikan dua mata sisi uang yang tidak dipisahkan. Mengapa demikian? Karena sistem demokrasi dan sistem ekonomi liberal keduanya saling membutuhkan. Dari sistem politik, demokrasi adalah sistem politik yang sangat mahal, membutuhkan dana yang tidak sedikit. Politik demokrasi itu adalah politik yang sangat mahal. Oleh karena itu, ia membutuhkan dana. Dari mana dana itu didapatkan?

“Maka ia mendapatkan dana dari para kapitalis, dari pengusaha, dari perusahaan-perusahan besar dan perusahaan-perusahaan besar atau kemudian sistem ekonomi liberal tidak akan berjalan kalau tidak difasilitasi oleh demokrasi” paparnya dihadapan seribuan peserta KIP.

Kolaborasi dua sistem ini sangat berpengaruh dan sangat berbahaya sekali. Bahkan jika kedua sistem ini berkolaborasi dan dijalankan oleh negara, inilah yang kemudian disebut dengan negara korporasi. Apa itu negara korporasi?

“Negara korporasi itu adalah negara yang dihela oleh para kapitalis, dan Indonesia kalau kita lihat sudah mirip-mirip menjalankan praktek ini” tegasnya.

Menurutnya, saat ini negara korporasi yang terbesar di dunia adalah Amerika Serikat. Korban pertama dari negara korporasi Amerika ini adalah Irak. Korban selanjutnya dari negara korporasi Amerika adalah Indonesia. Ustadz Adjat mencontokan dengan dikuasainya blok Cepu dan blok Mahakam oleh perusahaan Exxon Mobile.

“Indonesia darurat korporasi, maka kita harus berjuang, kita tidak boleh lama-lama dalam sistem ini” tutupnya seraya mengajak para peserta untuk meninggalkan sistem demokrasi dan sistem ekonomi liberal.[PurWD/Adi/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version