View Full Version
Senin, 05 Jan 2015

Ternyata Yang Berhijab Itu Foto Istri Panglima Polem, Bukan Foto Tjoet Nyak Dhien

JAKARTA (voa-islam.com) - Sahabat Voa Islam, pekan lalu di awal Januari 2015 silam, beberapa pengguna media sosial di internet mengunggah foto yang diklaim sebagai foto asli Tjoet Nyak Dhien (1850-1908), yang terlihat memakai hijab. Namun, lewat penelusuran pada arsip koleksi Koninklijk Instituut voor Taal-, Land-en Volkenkunde (KITLV), ternyata itu bukan foto Tjoet Nyak Dhien, melainkan foto istri Panglima Polem, yang diambil pada tahun 1903. Pada foto lain, beliau berpose bersama adik dan ibu mertuanya (Potjoet Awan), istri Panglima Polem tidak berhijab.

Tercatat dalam sejarah, Panglima Polem dan Muhammad Daud Syah, Sultan Kesultanan Aceh Darussalam, memimpin pertempuran melawan pasukan Belanda di bawah Jenderal Johan Harmen Rudolf Kohler pada Perang Aceh pertama (1873-1874).

Pada 26 November 1902, istri dan anak Sultan Muhammad Daud Syah ditangkap Belanda. Pada 6 September 1903 giliran Panglima Polem dengan istrinya ditangkap Belanda.

Pada 10 Januari 1903, Sultan Muhammad Daud Syah pun menyerah dan menandatangani perjanjian damai dengan Belanda.

Akan halnya Tjoet Nyak Dhien terus berjuang walau suami keduanya, Teuku Umar, syahid di medan laga. Suami pertama Tjoet Nyak Dhien , Teungku Ibrahim Lam Nga, juga syahid melawan Belanda.TjotNjakDhien3

Pasukan Belanda yang dipimpin Letnan E Firing akhirnya berhasil menangkap Tjoet Nyak Dhien, yang telah tua, rabun, dan sakit-sakitan. Tjoet Nyak Dhien kemudian dibawa ke Kutaraja (sekarang Banda Aceh).

Belanda perawat perempuan pejuang yang gagah berani itu sehingga kesehatannya mulai pulih. Tapi, keberadaannya di Kutaraja justru membakar semangat rakyat Aceh untuk terus melakukan perlawanan kepada Belanda. Apalagi, Tjoet Nyak Dhien diam-diam terus melakukan kontak dengan para pejuang Aceh yang belum tertangkap Belanda.

Atas pertimbangan itu, penjajah Belanda kemudian membuang Tjoet Nyak Dhien yang sudah renta ke Sumedang, Jawa Barat. Perempuan pejuang besar dari Tanah Rencong itu akhirnya dipanggil menghadap Ilahi pada 6 November 1908 dan dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang. [Pribumi/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version