View Full Version
Rabu, 13 Apr 2022

Klenik tak Mendidik dalam Lingkar Sekuler

 

Oleh: Sunarti

 

"Pawang hujan bekerja menggunakan gelombang otak Teta untuk 'berkomunikasi' dengan semesta ketika sedang melaksanakan tugasnya." Ini adalah pernyataan Kemendikbud dalam akun resmi Instagram @kemendikbud.ri.

Masih segar di ingatan kita dengan peristiwa MotoGP beberapa waktu lalu. Menghebohkan bukan karena pemenang para peserta dari tanah air. Akan tetapi tingkah pawang hujan yang menyedot perhatian mata dari dalam maupun luar negeri, bahkan seluruh penjuru dunia. Dari sanjungan hingga nyinyiran tak lepas dari pemberitaan.

Bukan saja perhatikan kalangan masyarakat awam hingga pendapat para ulama, tapi menembus hingga kalangan pendidikan. Bukan kaleng-kaleng jika pawang hujan mendapat perhatian besar dari dunia pendidikan. Kalimat di atas dari Kemendikbud bak ritual syirik ini (pawang hujan) adalah hal yang patut diperhatikan. Pasalnya pernyataan tersebut merupakan pernyataan yang tidak sepantasnya diucapkan oleh seorang pendidik yang memiliki landasan ilmu pengetahuan. Miris memang.

Bagaimana nasib generasi yang akan datang?

Jika saja bukan seorang Kemendikbud atau orang yang memiliki kekuasaan di dalam payung hukum, bisa saja pernyataan tersebut akan dianggap biasa oleh khalayak. Namun, karena menyangkut pendidikan, maka hal ini sangat sungguh disayangkan dan seharusnya tidak diucapkan oleh seorang Kemendikbud.

Yang dilakukan seharusnya membuat kalimat, tanggapan dan kebijakan yang mencerdaskan generasi masa depan. Sebagai sosok pendidik yang telah terdidik dengan ilmu pengetahuan yang tidak biasa, kesyirikan bukan hal yang harus disanjung, dipelajari, diajarkan hingga diterapkan.

Bersamaan dengan hal itu kebijakan juga musti memiliki unsur yang menghantarkan masyarakat taat kepada aturan Tuhannya. Hal ini bisa ditempuh dengan cara menjaga akidah sejak usia anak-anak, dan mengajarkan ketaatan sesuai dengan perkembangan usianya. Disertai dengan  program pendidikan berjenjang dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi. Agar selaras dengan perkembangan usia serta pola pikir anak didik.

Berikutnya mengembangkan bakat maupun potensi anak masing-masing tanpa mengurangi rasa taat kepada Allah SWT. Pun mengarahkan bakat dan potensi tersebut dengan berstandar kepada aturan Allah SWT. adalah sebuah keharusan. Dan tanpa mengurangi bakat maupun potensi yang telah dimiliki dengan tidak melanggar hukum Allah.

Pendidikan adalah hal penting bagi masyarakat. Karena itu pendidikan yang dilaksanakan harus memiliki tujuan, target serta sasaran.  Demikian pula bagi pendidik harus memiliki tsaqafah yang kuat dan keilmuan yang menghantarkan kepada Rabb Pemilik Alam Semesta yang memiliki aturan untuk menyelesaikan segala persoalan manusia di dunia.

Memang, kewajiban sebagai muslim adalah menuntut ilmu. Akan tetapi tidak semua hal dipelajari. Inilah efek samping yang buruk dari sistem sekuler. Di mana sistem ini menghilangkan aturan Tuhan sebagai pemecah problematika umat manusia. Tak ayal lagi, orang dengan pendidikan tinggi pun mendukung aktivitas klenik dan syirik.

Sementara tujuan pendidikan sendiri bukan keilmuan yang sifatnya mengarah kepada pendangkalan akidah hingga lepasnya akidah. Karena pendidikan bertujuan untuk merealisasikan penghambaan kepada Sang Pencipta dalam kehidupan, baik secara individu, sosial maupun negara.

Karena kecerdasan berpikir manusia, muncullah perkembangan ilmu dengan berbagai aplikasinya. Namun, banyaknya  ilmu-ilmu yang sudah ada maupun muncul ilmu baru dari kecerdasan dan kegeniusan manusia tersebut, tidak semuanya boleh dipelajari, diajarkan dan diaplikasikan. Karena ada ilmu-ilmu yang akan merusak akidah. Seperti ilmu sihir, ilmu ramalan, ilmu mantera.

Persoalan klenik yang berbuah kesyirikan akan selalu bermunculan jika manusia masih mengandalkan sistem sekuler. Sistem ini akan selalu mengbil jalan keluar dengan azaz manfaat. Akidah dan ketaatan terhadap Allah SWT. tidak lagi menjadi prioritas dalam segala penyelesaian problematika umat. Selama ada keuntungan berupa materi, kedudukan dan kepentingan lain, solusi atas segala masalah akan dikembalikan kepada kecerdasan manusia.

Sistem sekuler yang secara langsung tetap membolehkan beribadah, akan tetapi tidak mengizinkan manusia dalam kehidupannya menggunakan aturan Tuhannya. Aturan Allah dicampakkan begitu saja dengan berbagai alasan dan tipu daya.

Penerapan sistem pendidikan terpengaruh dengan sistem yang diterapkan dalam sebuah negara. Maka saat ini nampak jelas landasan sistem pendidikan bukanlah menghantarkan kepada ketaatan, melainkan semakin menjauhkan manusia dari Tuhannya. Pokok yang harus diingat adalah pendidikan harus menghantarkan manusia pada perilaku dan perbuatan manusia yang berpedoman dan taat secara total pada syariat Allah.

Negara sebagai penyelenggara pendidikan harus berperan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Baik terwujud secara individu yang beriman dan tunduk kepada hukum Allah, masyarakat yang bisa saling mengingatkan dan negara sebagai penegak hukum harus tegas dengan berbagai penyimpangan yang mengarah pada rusaknya akidah rakyatnya. Waalllahu alam bisawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version