View Full Version
Rabu, 14 Jun 2023

Mengapa Kaum LGBTQ Semakin Berani Menunjukkan Eksistensi Diri?

 

Oleh: Hanum Hanindita, S.Si

 

Tidak ada habisnya membahas kaum LGBTQ yang memakai simbol pelangi saat ini. Bahkan mereka semakin bangga dan berani menampakkan eksistensinya di hadapan publik. Mereka terus mencari pendukung, menyuarakan aspirasi tanpa henti, dan mencari simpati untuk menormalisasi. Keberanian mereka bukanlah tanpa alasan. Didukung lembaga internasional seperti PBB, UNDP, dan USAID misalnya, membuat kelompok pro-LGBT makin besar kepala. Dukungan perusahaan besar multinasional pun makin mengukuhkan posisi kaum pelangi. Mengatasnamakan hak asasi menjadikan perilaku LGBT sebagai pembenar diri.

Kehebohan perusahaan multinasional yang mendukung LGBT bukanlah pertama kali terjadi. Pada 2017, ada Starbucks yang mendukung LGBT secara terang-terangan. Akibat deklarasi itu, perusahaan tersebut menghadapi boikot dari komunitas Kristen di Amerika. Ada banyak 20 perusahaan yang turut serta berkomitmen mendukung kampanye mendukung kaum pelangi di kancah global. Di antaranya Unilever, Apple Inc, Microsoft Corp, Google, Walt Disney, Yahoo, Facebook, Youtube, Instagram, Chevron, Nike, Symantec, Mastercard, dan lainnya (cnbcindonesia.com, 25/06/20)

Dilansir dari tirto.id, 03/07/2017, ada motif bisnis dibalik dukungan korporasi besar pada LGBT. Laporan dari University of Georgia’s Selig Center for Economic Growth menyebutkan bahwa kemampuan membeli kelompok LGBT merupakan nomor tiga di antara kelompok minoritas Amerika Serikat lainnya. Witeck Communications menyebut kemampuan membeli komunitas LGBT di pasar Amerika Serikat senilai 830 miliar dolar pada 2013 dan pada 2016 menunjukkan peningkatan menjadi 917 miliar dolar. Kaum pelangi adalah ceruk pasar yang menggiurkan untuk mereka.Angka yang begitu besar inilah yang menjadi incaran dari perusahaan-perusahaan raksasa yang berbasis di Amerika.

Sekulerisasi dan Kapitalisasi Pendukung LGBT

Di Indonesia sendiri, perjuangan kaum pelangi ini dimulai pada  tahun 1969. Berdirilah organisasi transgender pertama Himpunan Wadam Djakarta (HIWAD) yang difasilitasi Gubernur Jakarta pada saat itu, Ali Sadikin, pada 1969. Wadam adalah singkatan “Wanita Adam” yang kemudian berganti nama menjadi “Waria”. Menurut survei CIA pada 2015 yang dilansir di topikmalaysia.com, jumlah populasi LGBT di Indonesia adalah ke-5 terbesar di dunia setelah Cina, India, Eropa, dan Amerika. Selain itu, beberapa lembaga survei independen dalam maupun luar negeri menyebutkan bahwa Indonesia memiliki 3% penduduk LGBT, ini berarti dari 250 juta penduduk 7,5 jutanya adalah LGBT. Dari data ini bisa juga dikatakan secara sederhananya adalah dari 100 orang yang berkumpul di suatu tempat, 3 di antaranya adalah LGBT (Social Work Jurnal, LGBT dalam Perspektif Hak  Asasi Manusia, Meilanny Budiarti Santoso). Bisa dibayangkan jika saat ini, pasti komunitas mereka sudah semakin besar.

Tuntutan perjuangan gerakan LGBT sama, yakni menuntut hak asasi manusia (HAM). Hal ini selalu dikampanyekan ke mana-mana demi mendapat pengakuan sampai tingkat internasional. Terdapat dua prinsip yang melatarbelakangi konsep HAM. Pertama, prinsip kebebasan. Prinsip kebebasan ini menjadi ruh akidah sekulerisme. Kebebasan berperilaku, berpendapat, dan berekspresi tak boleh dihalangi norma agama. Dasar sekulerisme adalah pemisahan agama dari kehidupan. Realisasi dari akidah itu adalah kebebasan. Termasuk bebas menjadi kaum pelangi. Bagi pemuja kebebasan, LGBT adalah hak yang harus dihormati. Kedua, prinsip kesamaan. Dalam hal ini, LGBT merasa sebagai kelompok yang dipandang sebelah mata. Mereka merasa didiskriminasi lantaran dianggap abnormal. Hal ini sangatlah wajar. Mengingat perilaku menyimpang mereka yang melawan fitrah. Dengan prinsip kesamaan mereka ingin perbuatannya dianggap normal.

Mengapa kaum pelangi akhirnya menjadi semakin berani unjuk diri di publik? Kaum pelangi akan terus menggeliat mencari panggung untuk diakui eksistensinya. Sistem sekulerisme kapitalisme beserta pemerintahan demokrasi akan memberikan ruang dan panggung untuk mereka. Dibalut frasa HAM (hak asasi manusia), perilaku seks menyimpang itu mendapat dukungan. Padahal fakta membuktikan menyuburnya gerakan LGBT di dunia sejalan dengan meningkatnya angka penderita HIV/AIDS. Artinya, perilaku ini memang menimbulkan masalah cabang yang mengancam keberlangsungan manusia.Barat sangat vokal bicara HAM bila menyangkut LGBT. Namun, mereka bungkam manakala berkaitan dengan isu keumatan.Tengoklah Rohingya, Uyghur, Palestina, Kashmir, dan kaum muslim lainnya yang masih terjajah. Adakah HAM untuk mereka ? Di mana HAM saat umat Islam menjadi korban islamofobia? Jawabannya tidak ada HAM sama sekali untuk umat Islam sebab HAM hanya alat propaganda Barat untuk mengaruskan kampanye LGBT atas nama kebebasan.

Di sisi lain, keberadaan kaum LGBT mendapatkan dukungan opini dan juga dana dari dunia bisnis. Terbukti dari banyaknya perusahaan besar yang ada di balik mereka. Inilah tabiat sekulerisme kapitalisme yang membuat manusia bebas berperilaku dan menjadikan standar untung rugi materi dalam kehidupan. Komunitas LGBT yang telah menjelma menjadi pangsa pasar tersendiri telah membuat para kapitalis semakin rakus untuk memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Parahnya lagi, penguasa negeri ini justru menjadi pihak yang memuluskan sepak terjang kaum pelangi sekaligus membiarkan kapitalis bebas memainkan pasar untuk meraup keuntungan sebesar-besarnya.

Islam sebagai Solusi Tuntaskan LGBT

Keadaannya akan berbeda jika konsep Islam yang digunakan untuk mengatur manusia, alam dan kehidupan. Islam, bukan hanya agama. Namun ia adalah sistem hidup yang memiliki pandangan khas tentang kehidupan. Dari pandangan ini lahir aturan-aturan cabang. Inilah konsep Islam sebagai ideologi. Mirisnya, hingga detik ini belum ada satu pun negara yang mengemban ideologi Islam. Tanpa diemban negara, sebuah ideologi hanya akan dikenal pemikirannya saja.

Mengemban Islam sebagai ideologi negara adalah satu-satunya cara untuk melawan kekuatan ideologi sekulerisme kapitalisme. LGBT menyubur karena sistem sekuler yang mengagungkan kebebasan. Mereka didukung kapitalis lewat korporasi karena ada untung yang dituju. Mereka didanai sejumlah lembaga dan perusahaan untuk mengkampanyekan ide-ide mereka. Lembaga-lembaga dan perusahaan raksasa itu menjanjikan akan berada menjadi pendukung bagi eksistensi mereka. Maka dari itu virus LGBT bisa dihilangkan dengan penerapan kehidupan Islam secara sistemik dan menyeluruh, sebab mereka pun didukung sistem. Kampanye global LGBT bisa dilawan dengan kekuatan negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Maka dari itu, meninggalkan ideologi kapitalisme-sekularisme adalah cara tepat memberantas tuntas penyakit LGBT. Virus menyimpang ini hanya bisa dihilangkan dengan penerapan sistem Islam.

Di dalam Islam, penguasa akan mengurus warganya dengan amanah dan penuh tanggung jawab. Penguasa tidak akan membiarkan terjadi kerusakan di masyarakat, akibat perilaku menyimpang yang dibenci Allah. Penguasa tidak akan menggunakan takaran keuntungan ekonomi semata dalam mengurus negara dan juga warganya. Penguasa tidak akan tunduk oleh Barat yang membawa sejumlah agenda untuk merusak tatanan kehidupan di masyarakat, dan kapitalis raksasa yang selalu mengambil kesempatan untuk meraih keuntungan, walau pun itu harus mengorbankan kehidupan masyarakat. Penguasa dalam Islam tidak bisa diintervensi kebijakannya oleh pihak-pihak mana pun yang hanya sekedar mengutamakan kepentingan pribadi. Sebab sistem Islam yang dijalankan secara kaffah akan mampu membuat negara yang menerapkannya menjadi tangguh, mandiri dan memiliki ketahanan dari segala sisi.

Hanya dengan penerapan ideologi Islam dalam Khilafah, perilaku menyimpang LGBT bisa dihilangkan dari muka bumi. Selamatkan generasi kita dan masyarakat secara umum dari bahaya LGBT. Lindungi kelestarian manusia dari perilaku kaum sodom. Sistem  Islam sebagai penyelamat  agar bumi ini tak diazab. Allah berfirman yang artinya, “Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkan negeri kaum Luáš­, dan Kami hujani mereka bertubi-tubi dengan batu dari tanah yang terbakar, yang diberi tanda oleh Tuhanmu dan siksaan itu tiadalah jauh dari orang yang zalim(TQS. Hud : 82-83). Wallahu a’lambissowab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version