View Full Version
Jum'at, 26 Feb 2016

Kisah Mualaf Aishah dari Irlandia: Ayahku Katolik Taat Membelikanku Al Quran dan Hijab

Namaku sebelum menjadi muslimah adalah Liza. Setelah bersyahadat, aku mengubahnya menjadi Aishah Caulfield. Aku lahir dan besar di Dublin, Irlandia. Sudah lama sebetulnya aku tertarik pada Islam. Gaya hidupku sedari awal sudah berbeda dari mayoritas orang barat umumnya dan Irlandia khususnya. Aku tidak suka minum-minuman keras dan tidak pergi ke nightclub. Bahkan aku bertanya-tanya, apakah ada di luar sana sekelompok orang yang menyukai pola hidup jauh dari hingar-bingar sepertiku ini ya?

Sebelum bertemu Islam, rasanya ada bagian dari diriku yang hilang. Aku terus berusaha mencarinya. Sedari awal aku cocok di semua segi dengan Islam, tapi saat itu aku masih belum menemukannya. Tugasku saat itu adalah menemukan agama atau way of life yang cocok denganku, itu saja. Melalui pencarian yang cukup intens, bertemulah aku dengan Islam. Awalnya, aku tidak begitu tertarik dengan agama ini. Apalagi ketika peristiwa 9/11 yaitu pemboman WTC di Amerika terjadi, aku pun berkata pada diriku sendiri.

“Baiklah, sepertinya tidak sekarang belajar Islam. Tapi satu ketika nanti, aku pasti akan berusaha mengenalmu lebih dalam.”

Benar saja, tidak butuh waktu lama aku semakin tertarik pada agama yang satu ini. Bukan itu saja, aku bahkan mantap untuk berpindah agama dari keluarga yang sangat kental Katolik dan memilih Islam. Ayahku, seorang Katolik taat yang selalu berdoa tiap pagi dan malam dengan cara Katolik, hadir ke misa gereja tiap Minggu dan melakukan pengakuan dosa satu bulan sekali, ikut mendukungku.

...Ayahku, seorang Katolik taat yang selalu berdoa tiap pagi dan malam dengan cara Katolik, hadir ke misa gereja tiap Minggu dan melakukan pengakuan dosa satu bulan sekali, ikut mendukungku...

“Ini semua tentang waktu, anakku,” katanya ketika aku mengucapkan syahadat secara resmi. Ayah seolah tahu bahwa satu ketika aku akan memilih jalan ini, jalan Islam. Oleh karena itu dia mengucapkan hal tersebut. Ayah bahkan membelikanku Al Quran sebagai hadiah keislamanku. Sungguh, dia benar-benar ayah yang luar biasa. Keluarga yang lain pun ikut mendukung. Mereka membelikan hijab untukku.

Saat ini, aku benar-benar merasakan kebahagiaan yang sesungguhnya. Ditambah lagi aku menikah dengan seorang laki-laki Muslim dari Mauritius, lengkap sudah bahagia ini. Bagiku, Islam adalah agama yang tenang dibanding keyakinanku sebelumnya. Aku juga merasakan kedamaian di dalam Islam ini.

Ada satu rasa yang indah ketika aku tahu bahwa seluruh umat Islam di dunia melakukan salat yang sama, menghadap Mekkah ke arah Kakbah yang sama dan juga di waktu-waktu yang sama yang telah ditentukan lima kali dalam sehari. Apalagi ketika diri bersimpuh dalam sujud dan meletakkan wajah sejajar dengan lantai, benar-benar satu rasa yang luar biasa hebat dan suci dari semua hal yang pernah kurasakan. Ini adalah satu bentuk kepasrahan total dari manusia kepada penciptanya. Subhanallah, Alhamdulillah, Wala ilaha illallahu akbar! (riafariana/islamconverts/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version