View Full Version
Sabtu, 19 Mar 2016

Inilah Tujuh Langkah Mendidik Anak dengan Sepenuh Hati

 

Oleh: Abdullah Protonema Al Islamy

 

SEKARANG ini banyak orangtua yang merasa kehabisan cara dalam mendidik anak-anaknya. Sehingga anak yang diharapkan menjadi anak yang shalih gagal dididik ke arah itu. Bagi orangtua yang masih punya sedikit kesadaran, paling banter sang anak disekolahkan di sekolah-sekolah Islam dengan segala kekurangan nya atau diserahkan kepada seorang guru maupun mendatangkan guru ngaji ke rumah.

Sebenarnya orangtua tidak dibenarkan melepas begitu saja tanggung jawab mendidik anak kepada sekolah atau guru ngaji. Sebab tanggung jawab utama mendidik anak tetap berada ditangan orangtua. Orangtua lah yang paling bertanggungjawab akan baik buruknya sang anak. Dalam kaitan ini Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Tidak ada seorang anak pun kecuali dilahirkan menurut fitrah. Maka kedua orangtuanyalah yang menjadikanya beragama Yahudi, Nasrani, atau Majusi." (Riwayat Bukhari).

Syaikh Abdurahman An Nahlawi dalam kitabnya Ushulut Tarbiyah Islamiyyah wa Asalibu pada bab terakhir mengemukakan tujuh kiat dalam mendidik anak.

Pertama, mendidik dengan hiwar (dialog)

Komunikasi yang menarik akan membuat anak kita suka dengan kita, karena pada dasarnya anak sangatlah suka dengan kenyamanan. Maka komunikasi orangtua dengan anak tidak boleh satu arah. Tapi anak coba diajak interaktif dan selalu diajak dialog sesuai kemampuanya.

Tentu saja dialog anak kecil dan mereka yang sudah remaja akan berbeda, semua harus dibiasakan dari sedini mungkin agar anak tidak takut dan traumatik dari pelajaran saat kecil. Jikalau kita sebagai orangtua sudah mencoba terbuka dan ramah terhadap anak kita, insya Allah kita akan mudah memasukan nilai nilai kebaikan kepada anak kita.

Kedua, mendidik dengan kisah

Dalam Islam, kisah mempunyai kedudukan penting dalam tarbiyah. Lihat saja al-Qur`an, di dalamnya sepertiga dalam isi al Qur`an adalah kisah. Karena dengan kita banyak memberikan kisah yang inspiratif kepada anak, terlebih kita kenalkan dengan kisah para Nabi serta sahabat dan tokoh umat Islam, insya Allah akan melahirkan karakter yang islami

Namun saat kita berkisah kepada anak, maka harus disesuaikan dengan kondisi anak. Bila sedang senang maka berikan kisah yang membahagiakan, bila sedang malas, kasih kisah yang inspiratif yang memacu semangat. Intinya seorang ibu atau bapak wajib pandai berkisah dengan beribu katalog serial kisah dalam sejarah Islam

Ketiga, mendidik dengan perumpamaan

Di dalam al-Qur`an sendiri, Allah banyak memberikan perumpamaan untuk menerangkan sesuatu. Misalkan, Allah mengumpamakan keimanan seseorang yang sempurna seperti pohon Kurma. Dan masih banyak lagi permisalan yang disampaikan oleh al-Qur`an.

Dalam hadist Nabi juga sama, Rasulullah banyak memberikan permisalan. Seperti menerangkan hakikat kehidupan ini seperti musafir. Dan masih banyak lagi yang di sampikan Nabi

Di beberapa daerah suku di Nusantara seperti, Jawa, Padang, Aceh, Sumatera juga membiasakan dengan permisalan.

Karena cara ini memang sangat efektif menanamkan dalam diri. Selain mudah difahami, hal ini tidak ribet dalam menerangkannya.

Keempat, mendidik dengan keteladanan

Rasulullah adalah manusia pilihan, yang behasil mendakwahkan Islam secara sempurna. Kuncinya adalah keteladanan. Dalam kita mendidik anak, sudah menjadi kewajiban kita mendidik dengan keteladanan. Karena dengan anak melihat orangtuanya melakukan, dengan sendirinya dia akan mencontoh apa yang dilihatnya setiap hari.

Banyak orangtua yang gagal dalam mendidik anak, padahal sudah di sekolahkan di tempat yang mewah dan mahal tapi toh tetap gagal. Kuncinya pada keteladanan. Maka takala orangtua berhasil bersikap sesuai apa yang di katakanya, insya Allah anak kian sholeh

Kelima, mendidik anak dengan latihan dan pengalaman

Jangan hanya dengan teori saja, akan tetapi anak wajib kita ajak terjun langsung dalam mengerjakan tugas, melakukan pekerjaan ringan. Dengan begitu anak akan tahu rasa bagimana nikmatnya terjun langsung melaksankan sebuah teori.

Ajak anak terus berlatih dan kita hadirkan langsung dalam beberapa kegiatan agar mereka berpengalaman. Karena dengan pengalaman yang banyak tentu saja dia akan bertambah ilmu

Keenam, mendidik dengan ibrah dan mauidhah

Setiap sesuatu yang terjadi pasti ada ibrah yang bisa diambil. Misalkan saja anak sedang bermain pisau kemudian dengan izin Allah terkena tanganya, maka si anak kita ajak berfikir dengan ibrahnya. Begitu juga saat dia jatuh dari seperda maka kita kasih ibrahnya. Akibat banyak makan es kemudian batuk baru kita ajarkan ibrahnya.

Dengan demikian anak kita akan menjadi tahu dan selalu waspada untuk pengalamannya kedepan

Ketujuh, mendidik dengan targhib dan tarhib

Targhib adalah janji janji yang menyenangkan bila bisa melakukan sesuatu dengan baik. Sedangkan Tarhib adalah ancaman mengerikan bagi mereka yang melakukan keburukan.

Inilah yang membedakan antara pendidikan Islam dan sekuler. Dalam beberapa teori sekuler, mereka melarang untuk mengancam anak, karena mengganggu kejiwaan anak kata mereka. Akan tetapi hal ini jelas tidak tepat, ancaman kepada anak tentu saja di sesuaikan dengan kondisi.

Menanamkan ras takut kepada keburukan dan bahaya melakukanya itu adalah kebaikan. Sehingga anak sudah tertanam untuk tidak melakukan amalan yang jelek. Bahkan dalam al-Qur`an juga banyak ancaman-ancaman.*

 

 

 


latestnews

View Full Version