View Full Version
Rabu, 23 Mar 2016

Ketika Rumah Tangga Hanya Saling Menuntut

PERNIKAHAN adalah ikatan suci yang Allah ajarkan perkaranya didalam firman-Nya yang agung. Ikatan tersebut adalah sebuah komitmen diantara komitmen-komitmen yang berat karena ia akan terikat selama hidupnya.

Allah mengajarkan banyak hal tentang pernikahan. Allah ajarkan hak dan kewajiban satu sama lain. Allah pun mengajarkan bagaimana seseorang suami adalah qowam atau pemimpin dan istri adalah bagian dari sang suami untuk saling melengkapi.

Namun kadang, masih banyak orang yang keliru memandang pernikahan. Diantara mereka ada yang tidak peduli dengan semua hak dan kewajiban tersebut. Hingga mereka mengatasnamakan cinta untuk melakukan segalanya. Diantara merekapun ada yang terlalu keras memegang ikatan pernikahan hanya sebagai keadaan saling menguntungkan dan memenuhi hak dan kewajiban mereka. Saat itu maka hilanglah keindahan sebuah pernikahan.

Namun, sepasang kekasih yang saling menuntut hanya akan membuat ikatan mereka meleleh bersama waktu..."

Dalam nasehat yang termaktub dalam kitab Az Zauzan Ar’fi Khaiman as Sa’adah yang ditulis oleh Syaikh Abdurrahman Al Qar’awi dijelaskan bahwa pernikahan tidaklah indah ketika sepasang suami istri hanya memperhatikan dan menuntut hak dan kewajiban saja.

Dalam nasehat yang panjang tersebut, Syaikh Abdurrahman menejelaskan betapa indahnya perkara rumah tangga seorang muslim, karena mereka menjaga diri mereka dengan melaksanakan ketaatan berupa hak dan kewajiban mereka dalam pernikahan. Namun, sepasang kekasih yang saling menuntut hanya akan membuat ikatan mereka meleleh bersama waktu. Cintanya akan tergerus bersama tuntutan yang menghujam satu sama lain.

Bukankah Allah pun tidak menuntut seseorang melebihi kadar kemampuannnya? Hal ini dijelaskan Firman Allah لا يكلف الله نفساً إلا وسعها , bahwa Allah tidak membebani seseorang diluar kemampuannya (Al-Baqarah: 286) adalah penjelasan yang menguatkan prinsip tersebut.

Pelaksanaan hak dan kewajiban tidaklah menafikan kemampuan seseorang melakukan hal tersebut.

Dalam penjelasannya Syaikh melanjutkan,”Manakala keduanya memandang hidup berumahtangga itu juga merupakan kewajiban-kewajiban yang harus ditunaikan, kemudian dia menantikan pihak lain menunaikan hak-hak baginya, maka suami istri telah menempatkan suatu jalan pintas untuk mewujudkan kebahagiaan rumah tangga.”

Hal ini menurut Syaikh, akan mengikis kegersangan dalam berumah tangga. Menjalankan kewajiban dengan harapan munculnya kesadaran adalah jalan terindah membangun rumah tangga yang bahagia. Membiarkannya muncul seperti tunas dan memberikan hak nya sedikit demi sedikit adalah cara terampuh untuk membiarkan kebahagiaan tumbuh bersemi dalam rumah tangga.

Satu hal yang perlu diingat, bahwa menjalankan kewajiban dalam rumah tangga bukanlah untuk diri kita. Tapi untuk membuktikan kepada Allah bahwa kita telah berusaha menjadi hamba yang taat kepada-Nya.* [Sendia/Syaf/voa-islam.com)


latestnews

View Full Version