View Full Version
Ahad, 05 Jun 2016

Mulianya Perempuan yang Menawarkan Diri pada Laki-laki Beristri yang Salih (Bagian 1 dari 2)

Di salah satu grup WA, seorang teman menceritakan satu kisah dari seorang muslimah yang menikah dan menjadi istri kedua salah satu ustadz. Mendiang ayah si muslimah ini menitipkan putrinya kepada ustadz tersebut untuk dicarikan suami yang salih. Karena ini adalah amanah, ustadz tersebut berusaha menunaikannya dengan baik. Banyak laki-laki yang ditawarkan kepada muslimah tersebut tetapi selalu ditolaknya. Hingga satu titik, si ustadz pun bingung. Maunya apa si muslimah ini?

“Saya maunya sama ustadz.”

Jawaban yang membuat kaget si ustadz karena ia sendiri sudah beristri dan memunyai beberapa anak yang sehat dan lucu. Tak hendak memperpanjang, intinya si ustadz dan muslimah akhirnya menikah dengan izin dari istri pertama. Hingga saat ini hubungan rumah tangga poligami mereka rukun, akrab dan baik-baik saja.

Hampir serupa dengan kisah di atas, beberapa minggu yang lalu ada postingan di fesbuk tentang tema ini. Percakapan via online atau biasa disebut chatting antara seorang laki-laki beristri dengan muslimah. Kurang lebih seperti ini isi percakapannya:

+Bismillah, Afwan akhi mau nanya. Langsung aja ya. Jika ada akhwat yang mau melamar antum sebaiknya dia mendatangi siapa? Istri antum atau ortu antum? Dan dimana?

-Pertama izin ke istri ana, lalu minta restu ke ortu ana. Domisili ortu ana di (bagian yang dicoret). Memangnya siapa yang mau sama ana?

+Kalau antum berkenan apa boleh ana minta kontak istri antum?

-(bagian ini diblok karena nomor si istri diberikan kepada muslimah tersebut)

+Beliau ada WA? Jazakallah khoyron.

-Afwan, siapakan yang ingin melamar ana?

+Insya Allah ana.

-Masya Allah. Ukhti kan belum mengenal ana sepenuhnya dan bagaimana kondisi ana. Apakah sudah dipertimbangkan dengan matang?

+Ya makanya mau kenal istri dan keluarga antum biar tahu jelas tentang antum. Dari sebulan yang lalu ana minta petunjuk Allah Ta’ala. Qadarullah kemarin itu mungkin waktu yang pas ana bilang.

Dan ternyata, respon para fesbuker benar-benar luar biasa. Bukan luar biasa dalam makna positif tetapi sebaliknya yaitu menghina dengan sangat akan langkah yang dilakukan oleh si muslimah dalam chatting tersebut.

Sedih? Tentu. Betapa mudah muslimah yang satu menghina muslimah yang lain hanya karena langkah yang tidak lazim dilakukan. Tidak lazim tidak selalu maksiat yang mengakibatkan dosa. Tidak lazim bisa jadi karena kebodohan kita dan masyarakat sehingga tidak tahu bahwa hal tersebut boleh dalam hukum syara. Kita boleh tidak sepakat akan sesuatu, tapi itu bukan alasan untuk merendahkan saudara kita apalagi di belakangnya.

Firman Allah SWT: “Barangkali kamu membenci membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan barangkali kamu menyukai sesuatu padahal ia amat buruk bagimu. Allah Mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.” – Al-Qur’anul Karim; Surah Al-Baqarah (2) ayat 216. (riafariana/voa-islam.com)

Bersambung ke bagian 2.

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version