View Full Version
Jum'at, 16 Aug 2019

JFC: Ketika Wanita Mulai Kehilangan Mahkota

Oleh:

Yulida Hasanah

 

SEJAK Jember Fashion Carnaval (JFC) dinobatkan menjadi Kota Karnaval kelas internasional. Sejak itulah wajah Jember yang awalnya cantik dan begitu indah dipandang, berubah menjadi wajah yang menakutkan. Wajah-wajah itu bukan seperti manusia pada umumnya. Ya, mereka bangga memakai kostum yang menurut saya sebagai manusia normal adalah kostum yang tidak memanusiakan manusia alias gak manusiawi. Mungkin jika hewan yang pake, pantas-pantas saja. Tapi ini manusia!

Salah satu contohnya adalah kostum minim yang dipakai oleh Cinta Laura yang katanya menggratiskan dirinya untuk tampil di event tahunan kota Jember ini.

Bagi manusia-manusia normal sepertiku justru 'saru' melihatnya. Apalagi bagi yang upnormal (yang suka mikir ngeres), bukan lagi 'saru' tapi 'seru'.

Di sinilah wajah negeri kita yang semakin menampakkan peradaban sekulernya. Yang menilai aurat wanita itu sebagai objek keindahan yang bernilai materi. Jadi ingat bahasan hadharah Islamiyah di kitab Nizamul Islam karya Syaikh Taqiyuddin An Nabhani. Bahwa karakter peradaban barat dalam memandang wanita itu sebatas objek seksualitas yang menjadi pemuas nafsu saja. Tak ada mulianya. Yang ada, wanita adalah makhluk yang bebas mau diapakan saja.

Makanya, seniman barat sekuler menjadikan lukisan wanita cantik itu dengan gambaran/lukisan telanjang atau setengah telanjang.

Perempuan, sering kali digambarkan sebagai sosok yang sensual dan erotis dalam karya seni. Lukisan perempuan telah menjadi tema dominan dari para pelukis Barat sejak masa tradisional, sebelum era neoklasikisme dan romantisisme. Tradisi lukis pada era Rococco yang merupakan masa terakhir bagi monopoli seni tradisional banyak menggambarkan dewi-dewi cantik molek dengan warna kulit merah jambu dan terutama dipilih adegan yang memperlihatkan sisi sensualitas. Misalnya, karya Francois Boucher “Vulcanus Menyerahkan Senjata Aeneas kepada Venus” dan Fragonard “Yang Mandi”.

Dari karya lukisan tersebut, tampak bahwa Barat telah melakukan berbagai eksplorasi untuk menghadirkan wanita sebagai karya seni.

Dan saat ini, di negeri pertiwi ini, tepatya di Kabupaten Jember yang disebut-sebut sebagai Kota Santri. Telah jelas sekali di even JFC yang menjadi andalan pariwisata tahunan, malah menjadi cerminan akan bentuk-bentuk peradaban Barat. Termasuk kostum si Mbak CL yah dibilang seksi dan bernilai seni.

Apakah kita bangga dengan membanggakan produk dan pandangan dari peradaban orang-orang Barat yang bukan Islam?

 

Islam: Pandangan Hidup Manusia-manusia Normal

Jangan tersinggung dengan sub judul di atas, sebab saya ingin jujur mengungkapkan bahwa Islam itu tak hanya agama yang mengatur masalah keyakinan dan ibadah saja. Islam merupakan sebuah peradaban agung dan memiliki sistem aturan kehidupan yanh sempurna dan tentunya sesuai fitrah manusia. Inilah yang menjadikan manusia-manusia di bumi, bisa hidup normal sebagai manusia.

Termasuk dalam memandang wanita, begitu mulianya Islam memandag wanita sebagai makhluk yang terjaga mahkotanya. Ya, mahkota kehormatan yang tak seorangpun boleh melihat, apalagi mengumbar dan menjajakannya. Untuk memilikinya saja, harus ijin Sang Pencipta-Nya. Halalnya membawa berkah, kehormatannya menjadi Ibadah. Betapa mulia bukan wanita dalam Islam?

Islam sudah memberikan kerangka aturan sendiri dan feminisme tidak pernah menjadi bagian dari solusi yang ditawarkan Islam terkait masalah wanita. Oleh karena itu, masalah eksploitasi wanita dalam karya seni hanya dapat dipecahkan ketika menggunakan kacamata Islam. Yaitu, dengan cara mengembalikan kedudukan wanita sesuai dengan fitrahnya dan hukum syariat yang telah ditetapkan.Islam juga telah memberikan batasan-batasan yang jelas kepada perempuan dalam segala aspek kehidupan, termasuk dalam hal seni.

Batasan-batasan tersebut tidak dimaksudkan untuk memasung kebebasan kaum wanita dalam berkesenian, melainkan untuk menjaga kehormatan perempuan sendiri. Mereka diberikan kedudukan yang mulia dalam Islam. Kaum laki-laki dan perempuan yang beriman diperintahkan untuk menutup aurat dan menjaga pandangan mereka (An Nur: 30-31), serta menjauhi perbuatan zina (Al Isra: 32). Kaum wanita adalah ibu bagi generasi yang akan datang. Ketika perempuan dari sebuah bangsa rusak maka akan rusak pulalah generasi selanjutnya.*


latestnews

View Full Version