View Full Version
Sabtu, 23 Nov 2019

Mencari Kunci Terkabulnya Doa, Makna Keikhlasan terhadap Takdir

 

Oleh: Erika Kartini

Setiap manusia pasti menginginkan sesuatu dalam hidupnya. Bagi yang single pasti sangat ingin memiliki pasangan. Yang telah menikah pasti ingin memiliki keturunan. Ketika sudah memiliki anak perempuan, ingin anak laki-laki atau sebaliknya. Materi atau harta terkadang juga menjadi keinginan bagi manusia. Baik dalam rangka kebaikan atau sekadar pemuas nafsu dan menaikkan harga diri. Bepergian ke suatu tempat seperti ibadah haji ke Mekah atau jalan-jalan ke Eropa terkadang juga menjadi cita-cita bagi banyak orang.

Semua itu adalah keinginan yang sebenarnya menjadi fitrah bagi tiap manusia. Fitrah yang termasuk dalam naluri yaitu eksistensi diri. Manusia akan merasa bahagia dan puas ketika keinginannya tercapai. Sebaliknya akan merasa gelisah bahkan merana ketika belum tercapai.

Allah Swt adalah pencipta yang Maha Mengetahui segala sesuatu. Baik dan buruk sesuatu ditentukan oleh ridha dari-Nya. Ketika Allah ridha maka itu menjadi sebuah kebaikan. Dan sebaliknya, menjadi keburukan ketika Allah murka. Sebagai seorang muslim yang menghamba kepada Allah saja maka kita perlu taat kepada-Nya. Termasuk dalam hal keinginan kita. Sebisa mungkin memenej keinginan sesuai dengan keridhaan Allah. Meski terkadang keinginan baik kita belum juga tercapai.

Keinginan yang telah sesuai perintah-Nya tidak serta merta tercapai dengan segera. Terkadang lama atau bahkan tidak terwujud sampai ajal menjelang. Disinilah Allah Swt sedang menguji. Sejauh mana keikhlasan kita menerima ketentuan dari Allah. Terkadang Allah ingin melihat kesungguhan kita.

Agar Doa Dikabulkan

Agar terwujud segala keinginan kita tentu saja ada banyak cara yang harus ditempuh. Baik itu berupa amal fisik maupun amal hati. Berdoa sebagai sebuah amal hati menjadi tempat mengadu dan meminta. Doa-doa tulus harus senantiasa dipanjatkan kepada Sang Pemilik jagat raya. Siang malam tak pernah berhenti. Berharap Allah kabulkan segala permohonan.

Sedangkan amal fisik adalah sebab-sebab yang mengantarkan kepada hasil. Dengan kata lain, perlu usaha nyata. Tidak hanya berdoa saja. Berdoa tidak berarti meninggalkan usaha. Jika semua usaha sudah ditempuh kemudian berdoa juga terus dipanjatkan namun belum terkabul juga, maka kita perlu mengevaluasi diri.

Doa yang belum terkabulkan bisa jadi karena kita belum taat kepada Allah Swt.Allah telah menjelaskan agar kita berdoa kepada-Nya, disertai dengan memenuhi seruan-Nya, terikat dengan syariat-Nya, dan mengikuti Rasul-Nya.

Allah Swt telah berfirman:

Dan hendaklah kamu memenuhi seruan-Ku dan berimanlah kepada-Ku agar kamu mendapatkan petunjuk” (TQS al-Baqarah [2]: 186).

Hal ini dijelaskan oleh Rasulullah saw. dengan sabdanya:

“Ia berdoa kepada Allah, tapi makanan dan minumannya dari barang yang diharamkan, maka bagaimana mungkin akan dikabulkan doanya. (HR. Muslim).

Setelah semua usaha dilakukan, ketaatan sudah dilaksanakan maka insyaallah akan terkabul. Allah Swt pasti akan mengabulkan setiap doa orang yang berdoa, dan akan mengabulkan orang yang terdesak dengan kebutuhannya ketika ia berdoa kepada-Nya.

Allah Swt berfirman:

“Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” (TQS. Ghâfir [40]: 60).

“Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku.” (TQS. al-Baqarah [2]: 186)

Keinginan yang telah sesuai perintah-Nya tidak serta merta tercapai dengan segera. Terkadang lama atau bahkan tidak terwujud sampai ajal menjelang. Disinilah Allah Swt sedang menguji. Sejauh mana keikhlasan kita menerima ketentuan dari Allah. Terkadang Allah ingin melihat kesungguhan kita.

Perlu dipahami bahwa ijabah doa mempunyai pengertian syar’i tersendiri (hakikat syar’iyah) yang telah dijelaskan oleh Rasulullah saw.

Beliau Saw bersabda:

“Tak seorang muslim pun yang berdoa kepada Allah dengan suatu doa yang di dalamnya tidak dosa dan memutuskan silaturahmi, kecuali Allah akan memberinya salah satu dari tiga perkara, yaitu bisa jadi Allah akan mempercepat terkabulnya doa itu saat di dunia; atau Allah akan menyimpan terkabulnya doa di akhirat kelak, dan bisa jadi Allah akan memalingkan keburukan darinya sesuai dengan kadar doanya. Para sahabat berkata, “Kalau begitu kami akan memperbanyak doa.” Rasulullah saw. bersabda, “Allah akan lebih banyak lagi (mengabulkannya).” (HR. Ahmad, al-Bukhâri dalam al-Adab al-Mufrad)

Maksud hadits di atas adalah bahwa terkabulnya doa tidak mesti terwujud di dunia. Doa itu kadang bisa kabulkan di dunia atau Allah akan menyimpannya di akhirat kelak. Dan di akhirat itu akan terdapat pahala yang sangat besar dan banyak. Atau Allah akan memalingkan keburukan darinya sesuai kadar doanya. Jadi kita harus terus berdoa kepada Allah. Apabila kita percaya dan ikhlas, serta taat kepada Allah, maka kita akan bisa meyakini terkabulnya doa di sisi Allah dengan makna yang telah dijelaskan oleh Rasulullah saw.

Dari penjelasan hadist tersebut dapat kita temukan bahwa ada amal hati yang harus dilakukan selain berdoa. Amal hati itu adalah ikhlas. Ketika segala cara sudah ditempuh namun belum juga terkabul maka ikhlaskan. Mungkin Allah sedang menguji kita. Sejauh mana kita sudah menyerahkan semuanya kepada Allah Swt. Memasrahkan kehidupan kita kepada-Nya. Ketika hati telah ikhlas, diri sudah menerima sepenuhnya ketetapan Allah, datanglah jawaban itu. Allah mengabulkan doa-doa kita di saat hati sudah betul-betul ikhlas.

Keikhlasan menjadi Kunci

Terkadang keinginan kita yang dilantunkan dalam setiap doa kering dari keikhlasan. Doa yang menggebu tanpa ikhlas akan membuat kita putus asa dan berhenti berharap. Padahal berputus asa dilarang oleh Allah, apalagi berputus asa dalam doa kemudian berhenti meminta kepada Allah Swt.

Betapa banyak fakta yang menunjukkan tentang hal ini. Sepasang suami istri yang menginginkan keturunan sekian lama. Terus berdoa. Ketika sudah ikhlas dan tidak lagi tergesa-gesa, pada saat itulah Allah berikan keturunan. Ketika keinginan berhaji menggebu-gebu. Doa dan usaha selalu diupayakan. Namun belum juga bisa berangkat. Ketika keihklasan muncul dan sudah dipasrahkan kepada-Nya maka pada saat itulah Allah berangkatkan ke Baitullah.

Maka kunci dari segala doa adalah keikhlasan. Ketika setiap doa dibarengi dengan keihklasan akan ringan terasa. Tidak tergesa-gesa. Terus meminta tanpa kenal lelah. Andai dikabulkan sungguh bahagia. Andai belum, biasa saja. Tidak kecewa kemudian berhenti berdoa. Karena ikhlas membuat kita bersabar dan berpikir positif. Senantiasa bersemangat menjalani segala aktivitas serta optimis dalam menatap masa depan.

Ikhlas itu ketika tak ada lagi beban dalam meminta

Pasrah terhadap segala ketentuan-Nya

Karena Allah saja pemilik segalanya

Manusia hanya tinggal berusaha dan berdoa

Serta taat kepada syariat-Nya.

Waallahu’alam bisshowwab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version