View Full Version
Ahad, 17 May 2020

Inilah 5 Aktivitas saat Haid dan Nifas di 10 Hari Terakhir Ramadan

 

Oleh: Fatimah Azzahra, S. Pd.

Memasuki 10 hari terakhir bulan Ramadan banyak yang berazam akan lebih optimal beribadah demi menggapai lailatul qadr. Lebih banyak tadarus al-qur'an, lebih lama berdiri sholat, lebih sering berdzikir, lebih panjang menghabiskan waktu di atas sajadah di sepertiga malam. Tapi, ternyata tamu bulanan datang, atau ada yang harus melahirkan. Yaaah, jadi gagal deh rencana optimalisasi ibadahnya.

Boleh gak ya kita sedih karena haid atau nifas itu datang? Haid dan nifas termasuk qadha dari Allah. Itu sudah fitrah yang Allah beri bagi kita makhluk Allah yang istimewa, wanita. Hanya wanita yang diberi Allah sesuatu spesial dengan haid dan nifas.

Lantas apakah kita sama sekali tak bisa ibadah kala sedang haid atau nifas? Bisa. Ini aAda 5 aktivitas spesial yang bisa muslimah lakukan kala sedang haid ataupun nifas.

Pertama, perbanyak dzikir. Tasbih, tahlil, tahmid, takbir, juga istighfar bisa kita baca berulang-ulang. Sebanyak-banyaknya. Basahi lisan kita dengan dzikir kepadanya. Apalagi dzikir bisa kita lakukan sambil kita melakukan aktivitas lainnya, seperti menyapu, mengepel, memasak, mencuci piring, dll.

Kedua, perbanyak do'a. Doa bagi kaum muslim adalah bagian dari ibadah. Masyaallah. Padahal, kita sedang meminta, tapi dihitung sebagai amal sholeh. Bukankah Allah Maha Baik pada kita? Buat list doa yang akan kita panjatkan. Minta kebaikan untuk diri kita, keluarga kita, teman kita, kaum muslim yang sedang kesulitan, juga yang teraniaya.

Di malam ganjil, disunnahkan memperbanyak doa ini "Allahumma innaka 'afuwwun tuhibbul 'afwa fa'fu'anni".

Dari ‘Aisyah –radhiyallahu ‘anha-, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu jika saja ada suatu hari yang aku tahu bahwa malam tersebut adalah lailatul qadar, lantas apa do’a yang mesti kuucapkan?” Jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam, “Berdo’alah: Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu’anni (Ya Allah, Engkau Maha Pemaaf dan Engkau mencintai orang yang meminta maaf, karenanya maafkanlah aku).” (HR. Tirmidzi dan Ibnu Majah).

Ketiga, bacalah buku yang memperdalam keimanan kita. Karena haid dan nifas termasuk ke dalam hadas dan tidak dibolehkan menyentuh qur'an. Maka, kita bisa membaca siroh nabawiyah, siroh sahabat dan sahabiyah, atau ringkasan tafsir qur'an. Untuk menambah hujannya iman dalam dada. Semoga terhitung sebagai ikhtiar menggapai derajat taqwa.

Bisa juga ikut kajian yang memupuk keimanan. Di masa pandemi saat ini, bertebaran undangan kajian langsung dari para guru ternama. Luangkan waktu, siapkan kuota agar bisa ikut meneguk ilmu dan berkah bersama guru atau ulama. Ikut kajian online lebih menjamin filter pemahaman kita.

Dalam kitab Adabul 'Alim wal Muta'allim dijelaskan salah satu adab seorang pelajar adalah jangan sekali-kali mengambil ilmu dari buku tanpa guru. Sebab, lembaran kertas tidak bisa membimbing. Sementara guru akan membimbing jika bacaan pelajar yang keliru.

Keempat, ikut menyiapkan sahur dan berbuka. Walau sedang haid atau nifas, jangan malas ikut bangun dan menyiapkan sahur dan berbuka. Baik untuk keluarga kita sendiri atau pun untuk orang lain. Karena Allah berikan pahala bagi yang memberi makan orang berpuasa. Sebagaimana sabda Rasulullah saw, "Barangsiapa yang memberikan buka puasa untuk orang yang berpuasa di bulan itu maka baginya pengampunan atas dosa-dosanya dan dibebaskan dari api neraka, serta baginya pahala puasa seperti orang yang berpuasa dan tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa.

Ketika mendengar hal itu, para sahabat berkata : 'Wahai Rasulullah, tidak semua dari kami memiliki sesuatu untuk memberi makan orang yang berpuasa', maka Rasulullah saw bersabda : 'Pahala ini diberikan oleh Allah kepada orang yang memberi makan untuk orang yang berpuasa dengan sebutir kurma atau seteguk air atau susu'." (HR. Tirmidzi & Ibnu Majah)

Kelima, bersedekah. Di tengah pandemi ini, banyak yang kesusahan. Bahkan yang susah semakin susah karena tidak bisa optimal mencari nafkah. Ini peluang untuk melakukan sedekah. Memberi semampu kita. Apalagi Allah tak melihat jumlah yang kita keluarkan, tapi melihat keistiqomahan dan keoptimalan kita. Karena di hadapan Allah, sedekah Rp. 100.000nya orang kaya bisa jadi jauh lebih sedikit dibanding sedekahnya Rp. 10.000 orang tak punya.

Bisa dengan sedekah harta, dimulai dari sedekah pada keluarga atau kerabat terdekat. Bisa juga sedekah berupa bahan makanan bagi yang membutuhkan. Atau sedekah makanan berbuka walau dengan sebutir kurma atau seteguk air atau susu. Kalau benar-benar tak ada yang bisa disedekahkan, bukankah senyum kita di hadapan yang lainnya pun dihitung sedekah?

Bisa juga dengan sedekah ilmu, baik via tulisan atau mengisi kajian. Siapa tahu tulisan atau lisan kita menjadi wasilah orang lain mendapat hidayah. Terpacu, termotivasi untuk mendekat pada ilahi Rabbi di bulan mulia ini.

Jangan lupa, walau tak bisa membaca qur'an saat haid atau nifas, kita masih bisa mendengarkan murottal qur'an sambil beraktivitas. Daripada mendengar lagu galau yang membuat hidup semakin gabut, lebih baik dengarkan murottal karena mendengarnya pun insyaallah dihitung sebagai amal kebaikan.

Jadi, tak perlu kecewa gundah gulana bermuram durja karena gagal melaksanakan rencana untuk optimalisasi amalan di 10 hari terakhir Ramadan. Pasrah, ikhlas menerima qadha haid atau nifas kita. Masih banyak amalan spesial yang bisa kita lakukan saat haid atau nifas dalam menjaring pahala di 10 hari terakhir ini. Semoga Allah karuniakan lailatul qadr pada kita semua. Aamiin. Wallahu'alam bish shawab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version