View Full Version
Senin, 18 May 2020

Cara Wanita Haid Dapatkan Lailatul Qadar

Oleh: Badrul Tamam

Al-Hamdulillah, segala puji milik Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam atas Rasulullah, keluarga dan para sahabatnya.

Banyak pertanyaan tentang kesempatan wanita haid mendapatkan keutamaan lailatul Qadar. Dengan tamu bulanan tersebut, bisakah dia mendapatkan pahala besar, ampunan, rahmah, dan ijabah doa di malam penuh kemuliaan itu? Bagaimana caranya?

Wanita haid juga bisa mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar dengan jalankan amal-amal shalih dan ketaatan yang tetap disyariatkan bagi wanita haid; seperti bertasbih, bertahmid, berzikir, beristighfar, membaca hafalan Qur’an-nya, bershalat atas nabi, berdoa bersedekah, dan amal shalih lainnya yang tak bersyarat suci.

Yang dilarang dari wanita haid adalah shalat, puasa, membaca Al-Qur'an dengan menyentuh mushaf, dan berdiam di masjid. Selain itu, amal-amal shalih di atas tetap disyariatkan padanya untuk dikerjakan.

Karenanya, hendaknya wanita haid bersungguh-sungguh di malam-malam sepuluh hari terakhir dari Ramadhan ini, khususnya di malam-malam ganjilnya dengan memperbanyak zikir, istighfar,  shalawat, doa, dan membaca Al-Qur'an dari hafalan. Hadirkan rasa nyaman dalam ibadah-ibadah tersebut. Juga hadirkan penyesalan dalam diri atas kesalahan dan keteledoran di hari-hari sebelumnya. Tingkatkan taubat dan istighfar serta doa yang diistimewakan di malam itu,

اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي

"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Mahapemaaf dan senang memaafkan, maka maafkanlah kesalahanku." (HR. Al-Tirmidzi, Ibnu Majah, dan Ahmad. Imam al-Tirmidzi dan al-Hakim menshahihkannya)

Sesungguhnya Allah akan tetap mencatat pahala amal shalih bagi hamba yang memiliki udzur syar’i dari mengerjakannya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

إِذَا مَرِضَ الْعَبْدُ أَوْ سَافَرَ كُتِبَ لَهُ مِثْلُ مَا كَانَ يَعْمَلُ مُقِيمًا صَحِيحاً

Jika seorang hamba sakit atau sedang safar (bepergian), maka dicatat untuknya ‘amal perbuatan yang biasa ia kerjakan seperti di waktu ia sehat dan tidak sedang bepergian.” (HR. Bukhari)

Haid merupakan udzur mengerjakan shalat di Lailatul Qadar karena haid. Padahal jika suci ia akan bersungguh-sungguh shalat padanya. Dan datangnya tamu bulanan ini bukan pilihan dan keinginannya. Ia tidak mampu menolak kehadirannya. Dengan adanya niat untuk mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar dengan ikut menghidupkan malam itu dengan ibadah yang disyariatkan bagi wanita haid, diharapkan tercatat untuknya pahalanya.

Orang yang memiliki niat baik atas satu amal lalu ia terhalang syar’i dari mengerjakannya, akan tetap dicatat pahala amal shalih itu baginya.

Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda tentang beberapa laki-laki di Madinah yang tidak ikut satu peperangan bersama beliau dan para sahabatnya. Tidaklah pasukan melewati lembah atau satu jalan dalam perjalanan jihad kecuali laki-laki di Madinah tadi mendapatkan pahala seperti mereka, “Mereka terhalang dengan udzur.” (HR. Al-Bukhari)

Beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam juga bersabda,

مَنْ سَأَلَ اللَّهَ الشَّهَادَةَ بِصِدْقٍ بَلَّغَهُ اللَّهُ مَنَازِلَ الشُّهَدَاءِ وَإِنْ مَاتَ عَلَى فِرَاشِهِ

"Siapa yang meminta kesyahidan kepada Allah dengan benar-benar (jujur dari dalam hatinya), maka Allah akan menempatkannya pada derajat para syuhada' walaupun dia meninggal di atas kasurnya." (HR. Muslim)

Jika seorang wanita saat haid, memilih tidur dan tidak bangun untuk kerjakan amal-amal shalih yang dibolehkan maka ia tidak mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar tersebut. Sangat disayangkan.

Jadi syarat mendapatkan keutamaan Lailatul Qadar itu dengan bangun dan menghidupkannya dengan amal-amal ibadah yang masyru’. Kalau bangun tapi nonton TV, ngobrol dengan kawan, atau beraktifitas bukan ibadah tidak akan mendapatkan keutamaan malam kemuliaan itu. Wallahu A’lam. [PurWD/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version