View Full Version
Jum'at, 22 May 2020

Ramadhan di Antalya, Turki saat Masa Pandemi

 

Oleh: Zahra Jannah

Ramadhan di Antalya, Turki biasanya memang sepi bila dibandingkan dengan kondisi di Indonesia. Nuansa Ramadhan terasa hanya saat kita berkumpul dengan saudara seiman yang sedang melaksanakan ibadah puasa juga. Bisa jadi mereka adalah keluarga besar kita atau teman-teman yang kita temui saat pergi ke masjid.

Saat saya tinggal di daerah bernama Dedeman beberapa tahun lalu, Masjid utama dekat rumah mengadakan acara berbuka puasa bersama. Acara ini terbuka untuk warga setempat yang diadakan satu kali dalam satu bulan. Banyak warga berdatangan pada saat berbuka, namun pada saat shalat Magrib hanya ada satu atau dua shaf. Di situ hati saya perih sekali, sebagian besar orang datang hanya untuk makan entah mereka berpuasa atau tidak. Setelah makan, mereka bubar. Tinggal sedikit yang lanjut shalat Magrib, apalagi Isya dan tarawih.

Di masa pandemi ini, suasananya jauh lebih sepi dari tahun tahun sebelumnya. Masjid ditutup, tidak ada lagi shalat tarawih, buka puasa bersama, termasuk ibadah sepuluh hari terakhir di masjid pun ditiadakan. Biasanya malam 27 Ramadhan masjid sangat penuh karena diyakini turunnya malam Lailatul Qadar. Banyak masyarakat ingin mendapatkan barakahnya.

Sayangnya, kondisi saat ini berbeda. Jalan-jalan yang tetap ramai selama masa pandemi masih terus dievaluasi. Kunjungan tempat ibadah juga dibatasi. Pemkot mengkoordinasikan peningkatan jumlah kendaraan dan perjalanan melalui transportasi umum 3 jam sebelum berbuka. Bakery harus ditutup dua jam sebelum berbuka puasa dan pasar masih terus dalam kontrol penuh. Pemerintah terus memastikan setiap warga negaranya taat instruksi dalam penerapan jarak sosial dan pemakaian masker. Jarak sosial juga diberlakukan bagi para pengunjung yang akan pergi ke pemakaman menjelang idul fitri.

Bagi mayoritas muslim, Ramadhan di masa pandemi tahun ini dinikmati bersama keluarga saja di rumah. Shalat tarawih berjamaah dan mengajari anak-anak remajanya berpuasa penuh. Di sini, sebagian besar anak bahkan remaja dari keluarga muslim tidak terbiasa berpuasa. Kenapa? Karena arus sekulerisasi di luar rumah jauh lebih besar pengaruhnya dalam pembentukan perilaku mereka.

Bagi saya sendiri dan anak bungsu usia 15 tahun, Ramadhan tahun ini hikmahnya begitu besar. Ia mulai mau berpuasa penuh dan tidak ada lagi drama Subuh saat membangunkan mereka. Semoga Ramadhan tahun ini bisa menjadi pelajaran terbaik hingga mengakar kuat keimanannya. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Keterangan Photo:

Acara berbuka puasa tahun 2017 di masjid daerah Dedeman Antalya, Turki.

Foto: Koleksi pribadi penulis.


latestnews

View Full Version