View Full Version
Selasa, 23 Jun 2020

KDRT di Masa Pandemi? STOP!

 

Oleh: Aisyah Farha

Hati ini rasanya semakin pilu saat mendengar kekerasan kepada perempuan meningkat selama pandemi. Komnas perempuan menyatakan hal ini berdasarkan survei yang dijaring dari 2500 lebh wanita mulai April hingga Mei 2020, sebanyak 80% perempuan mengaku mengalami KDRT (liputan6.com). Di tengah keadaan yang serba sulit seperti saat ini, para perempuan juga harus merasakan kekerasan fisik.

Kekerasan dalam rumah tangga bisa dipicu oleh beberapa perubahan kondisi. Seperti misalnya para bapak yang tinggal di dalam rumah padahal biasanya berada di luar. Lalu kondisi keuangan yang menurun drastis bisa jadi penyebab bahkan tidak sedikit pertemuan yang semakin intens antara anggota keluarga justru yang menyebabkan kekerasan terjadi.

Anak-anak yang biasanya bermain di luar dan bertemu dengan teman-teman, kini menjadi sangat bosan di rumah. Rasa bosan itu terkadang menyebabkan mereka melakukan hal-hal yang tidak disukai orangtua, sehingga tidak jarang anak-anak menjadi korban baik secara verbal maupun fisik.

Perubahan kondisi yang mendadak ini kemungkinan penyebab dari meningkatnya kekerasan dalam rumah tangga. Anggota keluarga tidak siap untuk sering bertemu. Orangtua tidak siap melihat kenakalan anak-anaknya, suami tidak siap melihat istrinya yang terus mengeluh, bahkan istri tidak siap melihat suaminya tidak berpenghasilan.

Di antara semua pihak yang terlibat di atas, pihak perempuan sering menjadi korban. Perempuanlah yang selalu merasakan sakit karena kekerasan yang terjadi dalam rumah tangga. Itu karena ia memiliki fisik yang lebih lemah dari laki-laki, juga memiliki perasaan yang lebih halus sehingga rela menahan semua rasa sakit itu.

Kita juga tidak bisa pungkiri bahwa kita sedang berada di tengah masyarakat sekuler. Sekulerisme adalah sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Sehingga masyarakat yang ada dalam sekulerisme akan bertindak sesuka hati mereka, tanpa mengindahkan ajaran agama. Masyarakat sekuler memiliki semboyan, siapa yang kuat ialah yang menang, dan siapa yang lemah ialah yang akan tertindas.

Maka kaum perempuan di tengah masyarakat sekuler akan selalu menjadi korban kekerasan, karena memiliki fisik yang lebih lemah dari laki-laki. Kaum lelaki yang merasa lebih kuat akan merasa berhak melakukan kekerasan pada kaum perempuan karena fisiknya lebih kuat. Inilah salah satu dari sekian banyak penyebab kasus kekerasan pada perempuan.

Maka marilah kita cari solusi bersama untuk menuntaskan masalah ini setuntas-tuntasnya. Agar tidak ada lagi kekerasan yang menimpa perempuan baik di Indonesia maupun di dunia.

Jika kita runut ke akarnya, maka permasalah kekerasan ini terjadi karena penerapan sekulerisme dalam kehidupan, selama sekulerisme masih diterapkan maka dipastikan kekerasan terhadap perempuan akan terjadi selamanya. Maka kita membutuhkan solusi yang lain, solusi yang tuntas atas permasalahan ini.

Solusi yang menuntaskan itu tiada lain adalah Islam dan syariatnya. Ini dibuktikan oleh sejarah. Jauh sebelum Rasulullah diangkat menjadi nabi, kaum perempuan di jazirah arab mengalami kekerasan fisik dan mental, baik anak perempuan maupun perempuan dewasa, semua berada di bawah kekuasaan laki-laki. Wanita sangat tidak dihargai, bahkan menjadi harta yang bisa diwarisi. Anak perempuan yang lahir adalah aib hingga ada yang menguburnya hidup-hidup.

Lalu datanglah syariat Islam yang merubah penderitaan perempuan menjadi kemuliaan untuknya. Dalam Islam perempuan begitu mulia, bahkan sejak ia dilahirkan. Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang memelihara dua anak perempuannya sampai mereka dewasa, dia dan aku akan datang pada hari perhitungan seperti ini” (dan beliau menunjukkan dengan dua jarinya yang disatukan) (HR Ahmad no. 2104). Hadist ini menegaskan betapa menguntungkannya memiliki dan mendidik anak perempuan, karena balasannya akan mendapat kemuliaan bersama-sama dengan Rasulullah di surga kelak.

Abdullah bin Amr bin Ash meriwayatkan bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda, “Sebaik-baik kalian adalah yang paling baik kepada istrinya” (HR Ibnu Majah). Hal ini mempertegas bahwa wanita sangat dimuliakan dalam Islam. Dengan adanya tuntunan ini, maka laki-laki akan menggunakan kekuatan fisiknya untuk melindungi wanita, bukan malah menyakitinya.

Islam adalah paket lengkap kehidupan, yang akan mengantakan kita kepada kebahagiaan. Yang perlu kita lakukan saat ini adalah melaksanakan seluruh syariat Islam dengan kaffah, dan meninggalkan sekulerisme. Sekulerisme sudah terbukti gagal dan hanya menambah kesengsaraan kita. Maka kembalilah kepada Islam, solusi tuntas kehidupan yang akan memuliakan wanita dan menghindarkannya dari kekerasan apapun bentuknya. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version