View Full Version
Jum'at, 25 Sep 2020

Jejak Perempuan dalam Membangun Peradaban

 

Oleh: Devi Aliya

Untuk mengetahui adanya peran perempuan dalam suatu kisah sejarah tidaklah mudah. Pun peran perempuan dalam sejarah Islam juga akan sulit dilacak secara riil dan langsung kecuali memang telah disebutkan dalam riwayat yang shahih.  Sebutlah Nusaibah Ummu Umarah (dalam riwayatnya lain disebut Ummu Imarah) yang banyak diriwayatkan dalam berbagai jalur yang shahih. Beliau dikenal sebagai wanita tangguh dalam medan dakwah Islam dan perang baik terjun langsung dalam medan pertempuran maupun tidak langsung.

Saat anak-anaknya masih balita, Ummu Imarah sudah turun naik bukit yang terjal di gelapnya malam untuk melakukan baiat aqabah sebagai bentuk ketundukan dan ketaatannya terhadap Islam dan Rasulullah SAW.  Bahkan saat ditinggal pergi oleh suami pertama dan akhirnya menikah lagi, tetap tidak menyurutkan dakwahnya. Keluarga dijadikannya sebagai penyokong utama dalam aktivitas dakwahnya.

Dalam sebuah riwayat disebutkan jika Ummu Imarah memiliki tenaga yang nyaris sama dengan laki-laki. Dari sini seharusnya juga bisa menginspirasi para perempuan muslim agar memiliki tubuh sehat dan tasqafah kuat agar mampu optimal dalam dakwah. Selain itu juga perannya di dalam rumah tetap bisa terlaksana dengan baik.

Sayangnya, jejak perempuan dalam masa lampau tidak banyak yang terungkap. Lalu bagaimana kita mengetahui rekam jejak muslimah khususnya di Indonesia dalam kontribusi perjuangan kemerdekaan Indonesia?

Untuk menjawab pertanyaan  ini kita bisa mengandaikan segelas teh. Di dalam teh ada gula tetapi gula tidak disebut, kita hanya menyebutnya sebagai minuman (air) teh bukan air gula. Padahal gula menjadi elemen penting dalam kesatuan minuman teh tersebut. Paparan ini terungkap saat Live Discussion : "Perempuan dan Khilafah dalam Jejak Sejarah Nusantara" Yang diadakan oleh FP MuslimahnewsID (23-09-2020).

Begitu pun perempuan, peran mereka 'insight' (di dalam). Jika kita ingin melihat jejak perempuan, maka lihatlah siapa yang tampil pada masanya. Maka di situlah ada jejak perempuan dalam sebuah peradaban.

Lihatlah Muhammad Al Fatih sang Panglima terbaik pembebas Konstantinopel. Ada kontribusi peran ibu yang besar sehingga Muhammad Al Fatih menjadi pemimpin pasukan terbaik pada usia yang begitu muda dengan kemampuan fisik dan tasqafah islam. Tentu ada guru-guru terbaik yang juga berperan dalam penempaan tsaqafahnya.

Ada pula Imam Syafi'i yang menjadi imam besar dengan hapalan yang begitu kuat. Di balik kesuksesan Imam Syafi'i, ada peran seorang ibu yang rela menghabiskan harta peninggalan suaminya untuk membiayai pendidikan Imam Syafi'i, putranya, agar mendapat pendidikan terbaik pada masa itu.

Perempuan dengan segala potensi yang telah diberikan oleh Allah harus mampu mengoptimalkan kemampuannya dalam mendidik dan membina generasi. Generasi terbaik akan tercetak dari tangan dingin seorang ibu yang berkhidmat pada Islam. Generasi yang akan berjuang menegakkan syariat Islam kaffah serta siap untuk meraih saat kemenangan itu tiba. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version