View Full Version
Selasa, 06 Oct 2020

Memperindah Amalan sebagaimana Menghias Rumah, Bisakah?

 

Oleh: Mira Delvianti, S.Pd.I

Aktivitas sebagian emak-emak dan anaknya dalam mencari dan mengoleksi berbagai bunga yang sedang fenomenal, menarik untuk kita bahas dan jadikan contoh. Pasalnya demi menata sudut ruangan dan menghiasi taman rumah, ada yang rela menguras kantong untuk mendapatkan bunga idaman dengan harga selangit. Alasan mereka, para pencinta bunga itu tidak masalah uang segitu, asalkan rumah berwarna hati pun ikut bahagia.

Hal tersebut harusnya sama dengan aktivitas kita sebagai seorang muslim, sibuk menata diri sambil mengisi hari untuk mewujudkan kebahagiaan hidup yang hakiki.

Kita menempa potensi diri dengan ilmu-ilmu berfaedah melalui majelis-majelis ilmu dan halaqoh. Mulai ilmu tsaqafah Islam untuk menata Aqliah dan ibadah, hingga ilmu alat seperti bahasa arab untuk mudah memahami Al Quran sebagai petunjuk kehidupan. Belum lagi ilmu manajemen rumah tangga agar tercipta keluarga sakinah, mawaddah, wa rahmah, juga ada ilmu manajemen keuangan dan usaha agar bisnis lancar dan berkah. Jangan lupa ilmu parenting agar tercipta generasi good looking, dan ilmu tentang penggunaan sains dan teknologi agar aktivitas semakin mudah dan sebagainya.

Sebut juga ilmu menata jiwa diri dengan optimalisasi berbagai amalan nafilah seperti qiyamul lalil, rawatib, dhuha, tilawah, tahfiz, dan lain sebagainya. Tak lupa pula ghiroh menjalin shilaturrahmi antar keluarga dan shilah ukhuwah untuk mempererat hubungan sesama umat seaqidah.

Hidup ini akan lebih cerah, berwarna dan bermakna apabila dirancang layaknya rumah hunian melalui visi dan misi hidup. Hidup ditata sedemikian rupa dengan aturan yang benar, agar terjadi keseimbangan antara aktivitas dunia dan akhirat. Setelah itu baru kita merasakan indahnya hidup melebihi bunga-bunga yang ada dengan keindahan kepribadian Islam yang khas pada diri, hidup sejahtera sesuai fitrah, tentram di jiwa karena sebelumnya diserang virus gegana alias gelisah, galau, merana akibat aktivitas yang tidak terarah dengan syari'ah.

Aturan yang shahih dalam menata hidup tentunya tidak datang dari manusia, tapi dari pencipta manusia yang sudah mengatur segalanya dari awal yaitu Allah 'Azza wa Jalla. Aturan tersebut kompleks mengatur segala sendi kehidupan. Hubungan langsung dengan Sang Pencipta, hubungan dengan diri sendiri dan yang terakhir tidak kalah penting hingga sesama manusia (urusan pemerintahan, politik dalam dan luar negeri, ekonomi, sosial, pendidikan, peradilan, pergaulan, persanksian, dan lain sebagainya). Tinggal kita sebagai seorang hamba, memanajemen dan menata hidup kita agar semua itu berjalan dengan baik dan seimbang.

Seperti sebuah pepatah lama mengatakan: "Dengan ilmu hidup lebih mudah, melalui seni hidup lebih indah, dan karena agama dan Syari'at-Nya hidup terarah dan tertata. Barulah kehidupan indah dipandang mata dan sejuk dirasai jiwa. Pastinya ini perlu perjuangan dan pengorbanan untuk meraihnya. Wallahu a'lam bi ash-shawwab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version