View Full Version
Senin, 24 May 2021

Mengikat Makna Idul Fitri Saat Pandemi

 

Penulis: Ratih Raraswati *)

Mudik menjadi budaya masyarakat Indonesia di hari raya Idul Fitri. Namun, Idul Fitri yang kembali datang saat pandemi corona, membuat pemerintah  mengambil kebijakan larangan mudik. Hal ini dilakukan untuk mencegah lonjakan penularan Covid-19. Tentu saja ini menjadi momentum yang terasa berbeda dari biasanya.

Silaturahmi dengan keluarga yang tinggal jauh, tidak dapat dilakukan. Bersalaman, sungkem bahkan pelukan hangat penuh cinta dari keluarga dan kerabat tidak lagi bisa dirasakan. Terlebih bagi anak-anak yang menantikan suasana kebersamaan dan “uang lebaran” dari sanak saudara saat bersilaturahmi.

Sebagai orang tua, kita harus menyampaikan bagaimana memaknai hari raya, termasuk saat pandemi.  Kondisi yang serba  terbatas di saat lebaran ini harus tetap menjadi moment istimewa. Menjadi tugas orang tua membuat suasana Idul Fitri di tengah pandemi tetap istimewa, terutama bagi anak-anak. Kreatifitas ayah bunda dituntut untuk mewujudkannya, sehingga makna Idul Fitri tetap terjaga.

Berikut ini, hal-hal yang dapat dilakukan orang tua untuk mengikat makna Idul Fitri di tengah pandemi sehingga tetap istimewa.

Pertama, ajak anak mengerjakan amalan sunah Idul Fitri

Sampaikan kepada anak apa saja amalan yang disunahkan saat hari raya. Ajak mereka mengerjakan amalan sunah tersebut bersama keluarga. Amalan tersebut di antaranya, bertakbir saat hari raya. Dijelaskan pada penghujung surah Al-Baqarah ayat 185, Allah berfirman;

 “… maka hendaklah kamu sempurnakan bilangan puasa itu dan hendaklah kamu bertakbir kepada Allah atas petunjuk yang diberikan–Nya kepadamu. Mudah-mudahan kamu bersyukur.”

Sunah yang lain adalah mandi, membersihkan diri sebelum salat Idulfitri sebagaimana diriwayatkan dari  Abdullah bin Abbas ra.;

 “Bahwasanya Nabi saw. mandi pada hari Idulfitri dan Iduladha.” Kemudian memakai pakaian terbaik dan bersih, tidak harus baru.

 

Selain itu, disunahkan juga makan sebelum berangkat salat Idulfitri. Anas ra. Berkata;

 “Dahulu, Nabi saw. tidak keluar pada pagi hari Idul Fitri, sampai beliau memakan beberapa kurma, dan beliau memakannya dalam jumlah ganjil.” (HR Bukhari)

Kemudian, ajak anak menuju tempat salat Idulfitri dengan berjalan kaki. Hal ini dicontohkan Rasulullah, sebagaimana Ali ra. Berkata;

 “Termasuk dari ajaran Nabi saw. adalah keluar pada hari raya dengan berjalan kaki.” (HR At-Tirmidzi)

Bertakbir saat berangkat menuju tempat salat Id juga menjadi sunah yang mesti kita amalkan bersama keluarga. Abdullah bin Umar ra. Berkata;

 “Sesungguhnya Rasulullah saw. dahulu keluar dari rumahnya pada dua Hari Raya. Beliau mengangkat suaranya dengan tahlil dan takbir.”

 

Hadist lain, dari Nafi’, ia berkata;

“Sesungguhnya Ibnu Umar ketika keluar pada pagi hari Idulfitri dan hari Iduladha, beliau mengeraskan takbir hingga sampai di tempat salat, kemudian bertakbir sampai imam datang, lalu bertakbir dengan takbirnya imam tersebut (mengikuti takbir imam).” (HR Ad-Daruquthni)

Dengan menjalankan amalan sunah bersama, dapat menambah kehangatan keluarga dan suasana hikmah Idul Fitri semakin terasa.  Hal ini akan menjadi moment yang selalu diingat oleh anak-anak. 

Kedua, mengajak keluarga untuk bersyukur dan berdo’a

Kedatangan Idul Fitri sangat dinantikan seluruh umat muslim, terutama anak-anak. Idul Fitri menjadi hari kemenangan dan penuh kebahagiaan setelah menjalani puasa Ramadhan sebulan penuh. Namun, semua tidak dapat dirasakan umat muslim Palestina. Maka, ada baiknya setelah salat Id, kita ajak keluarga untuk mendo’akan saudara muslim Palestina. Kita sampaikan keadaan mereka dan mengajak anak-anak turut prihatin. Tumbuhkan rasa syukur nikmat yang diberikan Allah meski berhari raya di tengah pandemi.

 

Buat Idul Fitri lebih bermakna dengan bersyukur dalam kondisi apapun. Memahamkan anak untuk tidak merayakannya dengan berlebihan. Mengajak keluarga berempati terhadap umat muslim Palestina yang justru  kehilangan orang tua, anak dan sanak saudara saat Idul Fitri. Karena Allah menambah nikmat hamba-Nya yang mau bersyukur. Sebagaimana Firman Allah Swt;

Dan Ingatlah ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Aku akan manambah nikmat-Ku kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangatlah pedih”. (QS. Ibrahim:7).

Ajak anak-anak untuk mendo’akan saudara muslimnya di Palestina, agar mereka yang wafat dicatat sebagai syahid dan yang masih hidup dilindungi Allah. Ini juga sebagai bentuk syukur kita kepada Allah.

Menjalin silaturahmi secara online

Larangan mudik karena wabah corona, membuat silaturahmi tidak dapat dilakukan seperti biasanya. Namun, silaturahmi yang menjadi tradisi sebagian muslim saat hari raya, bisa dilakukan secara online. Manfaatkan video call atau telepon untuk bersilaturahmi dengan sanak saudara. Meskipun jauh berbeda dibanding bertemu dan berjabat tangan secara langsung, ini dapat dijadikan moment istimewa Idul Fitri di tengah pandemi.

Silaturahmi menjadi kesempatan kita memperkenalkan kepada anak, siapa saja keluarga dan kerabatnya. Kita ajarkan mereka untuk bersosialisasi dengan menanyakan kabar saudara yang jauh dan tidak memungkinkan untuk dikunjungi. Menjadikan anak saling mengenal dan lebih dekat dengan keluarga meski secara fisik berjauhan.

Selanjutnya, kita ajak anak untuk saling mendo’akan sesama anggota keluarga dan kerabat, termasuk saling menasihati dalam kebaikan dan ketaatan. Hal ini juga yang harus kita maknai dari Idul Fitri, sebagaimana Ibnu Rajab pernah berkata;

“Kebahagiaan Id bukanlah untuk siapa saja yang memakai baju baru. Tapi (kebahagiaan) Id itu diperuntukkan bagi siapa saja yang bertambah ketaatannya.”

Semoga dengan mengikat makna Idul Fitri, kita dan keluarga tetap merasakan hikmah dan keistimewaannya meski dalam suasana pandemi. Kita juga termasuk pada golongan yang bertambah ketaatannya pasca puasa Ramadhan. Allahu a’lam bish showab. (rf/voa-islam.com)

*) Penulis adalah Aktivis Muslimah Peduli Generasi

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version