View Full Version
Rabu, 16 Jun 2021

Inilah 5 Tips Menjadi Ibu Inspiratif Idola Anak

 

Oleh: R. Raraswati, Amd.Kom

(Freelance Author, Muslimah Peduli Generasi)

 

Perkembangan teknologi informasi membuat anak-anak semakin mudah mengakses apapun. Mulai ilmu pendidikan yang diajarkan di sekolah, pengetahuan umum, film, hiburan dan sebagainya. Kemudahan ini bisa membuat sang anak yang sering melihat sosial media melalui hp/gedget mengidolakan seseorang sebagai inspirasinya. Hingga sering kita lihat anak berdandan ala artis karena terinspirasi oleh idolanya.

Nah, tentu sebagai ibu akan merasa resah jika anak terinspirasi pada orang yang salah. Begitu terinspirasinya, hingga ada anak yang justru malu mengakui ibunya sendiri. Di sinilah peran ibu menentukan siapa yang menjadi inspirasi anak.

Sungguh menjadi harapan dan kebanggaan seorang ibu yang diidolakan anak sendiri. Anak yang selalu menyebut kata “ibu” kapan dan di mana pun berada. Seorang ibu pasti bahagia mendengar rengekan anak: ”Ibu, segera pulang aku kangen” atau ”Aku kangen masakan ibu”. Anak yang pertama kali mencari ibu ketika pulang ke rumah. Anak yang mau dekat dan cerita-cerita pada ibunya. Minta dipangku, disayang, digendong dan sebagainya.

Jangan sampai anak pulang ke rumah yang dicari dulu adalah pengasuhnya. Anak lebih senang chat atau sekedar melihat foto dan mengikuti berita artis idolanya dibandingkan dengan ibunya.

Maka penting kita menjadi ibu inspiratif yang diidolakan anak. Menjadi ibu panutan yang akan mengantarkan anak sebagai generasi yang berkarakter.

Berikut ini yang dapat dilakukan ibu agar menjadi inspiratif bagi anak:

Pertama, bertutur kata baik

Dengan berkata yang baik, anak akan mencontohnya. Tidak membentak dan memerintah ketika berkomunikasi dengan anak. Contoh: ”Tolong, Adik ambilkan buku!” atau ”Sayang, ambilkan buku untuk Bunda dong!”

Jangan pernah berkata kasar kepada siapa pun. Jika hal ini diketahui anak, dia akan meniru. Imbaskan pada kita juga, Dia akan mudah berkata tidak sopan dan kasar.

Kedua, suasanakan kasih sayang dan perhatian

Saling menyayangi antar keluarga bisa dimulai dari ibu. Ibu berperan aktif membentuk karakter anak untuk saling menyayangi. Sesibuk apa pun usahakan menyapa, membelai anak, tanya keadaannya. Dengarkan cerita dan keluhannya. Jadikan diri kita sebagai tempat bersandar dan memecahkan masalah anak. Sehingga suatu saat anak punya masalah, ibu sebagai orang pertama yang tahu dan tidak lari ke orang lain.

Usahakan selalu ada ketika anak membutuhkan. Ini sebagai wujud kasih sayang dan perhatian ibu. Berusahalah untuk menjawab setiap pertanyaan atau memberi solusi dari persoalan anak. Jika suatu saat belum bisa menjawab/memberi solusi, maka berilah pengertian bahwa akan diusahakan untuk mencari tahu jawabannya. Kemudian bersungguh-sungguh mencari tahu jawaban/solusinya dan segera menyampaikannya.

Dengan demikian, akan terjalin hubungan harmonis antara Ibu dan anak. Kemampuan ibu menjawab dan memberi solusi menjadikan sang anak bangga dan mengidolakannya.

Ketiga, terbuka dalam keuangan

Keuangan kadang bisa mempererat keharmonisan tapi juga bisa menjadi sumber masalah. Oleh karena itu kita jangan terlalu memanjakan anak dengan uang. Namun, juga jangan terlalu dikekang atau kikir. Jika anak sudah bisa dipahamkan, dia bisa diberi kepercayaan untuk mengelola uang meski sedikit. Misalnya, berikan uang untuk kebutuhan di sekolah. Pastikan hanya untuk kebutuhan sekolah bukan untuk jajan dan yang lainnya.

Selalu terapkan keterbukaan. Apa kebutuhan anak dicatat. Berikan pengertian kebutuhan yang bisa dipenuhi dan yang belum. Sampaikan apa adanya agar anak juga memahami kondisi keuangan keluarga. Sesekali berikan tambahan uang saku sebagai penghargaan atas apa yang sudah dilakukan anak dengan baik. Kebijakan ibu dalam mengelola keuangan akan menjadi inspirasi anak di masa datang.

Keempat, tanamkan saling menghargai

Tumbuhkan rasa percaya diri pada anak. Hargai sejauh apa pun yang dilakukan anak. Ibu harus selalu mengapresiasi karya anak walaupun pekerjaan yang dilakukan belum maksimal.

Misalnya, anak sudah membantu menyapu tapi belum bersih, katakan, ”Wah pinter anak Bunda sudah bisa bantu menyapu”. Saat anak memberikan hasil ujian sampaikan, ”Alhamdulillah dapat nilai ujian 70, semangat ya! Insyallah lain kali bisa lebih baik”

Bisa juga bentuk penghargaan lain. Intinya bukan menjatuhkan mental apalagi mengatakan kalimat yang tidak baik dan kasar, misal “dasar!”, “bodoh!” dan lainnya.

Kelima, bersunguh-sungguh menjalankan kewajiban

Tunjukkan pada anak bahwa kita selalu melakukan sesuatu dengan sungguh-sungguh. Sebagai ibu rumah tangga bisa tangkas mengerjakan segala keperluan keluarga dan penuh tanggung jawab. Rumah bersih, makanan bergizi cukup tersedia, pakaian rapi, rumah nyaman. Kalaupun ibu harus menunaikan aktivitas lain di luar, dalam rangka dakwah misalnya, kewajiban di rumah sudah terselesaikan. Hal ini akan menjadi contoh bagi anak untuk selalu memprioritaskan kewajiban. Anak akan terbiasa mengerjakan sesuatu sampai bisa dan selesai.

Jika memungkinkan, ajak anak dalam aktivitas kita. Misalnya mengajak pada aktivitas dakwah, menghadiri kajian ilmu dan sebagainya. Dengan demikian anak tahu potensi sang Bunda dalam dakwah. Tentu ini menimbulkan rasa sayang dan bangga anak terhadap wanita yang telah melahirkan dan mendidiknya.

Kedekatan ibu dengan anak insyaAllah akan terjalin dengan lima hal  tersebut. Anak akan menjadikan ibunya sebagai panutan dan inspirasi. Semoga kita bisa menjadi inspirasi dan idola bagi anak-anak kita. aamiin. Allahu a’lam bish showab. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version