View Full Version
Senin, 30 Jan 2023

Qariah Disawer, Bukti Sistem Sekuler Bikin Keblinger

 

Oleh: Sunarti

 

"Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung." Peribahasa tersebut mengandung arti bahwa seseorang sudah sepatutnya mengikuti atau menghormati adat istiadat yang berlaku di tempat tinggalnya.

Sebenarnya peribahasa ini jika masih berlaku di negeri mayoritas penduduknya beragama Islam ini yang notabene masih menganut "Budaya Ketimuran" merupakan hal yang dibenarkan. Sayangnya negeri ini telah meninggalkan budaya ketimuran yang sarat dengan adab dan menjunjung tinggi nilai-nilai kesopanan. Tersebab bangsa ini telah memulai kehidupan baru yang jauh dari kebaikan adab maupun perilaku baiknya. Standar perbuatan telah bergeser bukan pada aturan Allah SWT. yang masih lekat dengan bangsa ketimuran. Kebebasan berperilaku yang sarat akan demoralisasi justru menjadi panutan bagi setiap kalangan.

Kali ini tidak main-main. Seorang qari'ah disawer oleh audiens dalam sebuah acara. Dalam laman Kompas.com dikabarkan bahwa kronologi kejadian disawernya seorang qari'ah terjadi saat qari'ah tersebut menghadiri acara Maulid di Kecamatan Cibaliung, Kabupaten Pandeglang, Oktober 2022 yang lalu. Beberapa orang menyawerkan uangnya ke qari'ah tersebut, bahkan ada yang menyelipkan tangannya di balik kerudungnya. Ini sungguh menunjukkan betapa adab telah lenyap dari benak muslim saat ini.

Ini menunjukkan bahwa negeri mayoritas penduduknya beragama Islam ini, sangat jauh dari adab terhadap ilmu maupun guru. Saat ini krisis adab terhadap ilmu maupun majelis ilmu sangat memprihatikan. Padahal negeri ini seharusnya menjadi tolok ukur pelaksanaan adab sesuai dengan syariat Islam.

Sayangnya negeri ini sudah menjadi negeri yang jauh dari agama yang dipeluk oleh sebagian besar penduduknya. Adab terhadap ilmu, terhadap guru sudah tidak lagi dipedulikan oleh bangsa yang konon menganut budaya ketimuran ini. Bangsa yang menganut sistem kebebasan (liberalisme) atas nama hak asasi manusia. Sehingga tidak bisa membedakan mana yang harus dia tawadhu' dan saat dia bercanda.

Kelas jika pembaca Al Qur'an adalah orang yang harus kita hormati. Selain sebagai penghormatan terhadap orangnya, juga penghormatan terhadap ilmu serta Al Qur'an itu sendiri. Sayang memang, sistem liberal telah membawa arus deras kebebasan berperilaku yang membuat miris orang-orang yang di benak dan hatinya masih bercokol satu hal, yaitu keimanan. Benar-benar sistem jahat ini telah menjadi banyak orang keblinger.

Dalam pandangan Islam, seorang qari'ah dimuliakan di hadapan Allah, juga di hadapan audien (orang-orang di sekitar yang menyimak dan juga mendengarkan).

Allah tegaskan hal tersebut dengan firmanNya:

 “Dan ketika Al-Qur'an dibaca, maka dengarkanlah secara fokus dan diamlah. Semoga kalian dirahmati.” (QS Al-A'raf: 204). 

Jadi jika saat ini qari'ah diperlukan sama itu tersebab masyarakat yang kental dengan budaya peradaban sekular-kapitalis. Mereka tidak memahami hakekat dari seorang qari'ah di mata Allah. Adanya pahala yang berlipat dari si qari'ah (maupun yang membaca Al Qur'an) dan juga yang mendengarkan akan mendapatkan pahala yang setara dengan yang membacanya.

Sayangnya sistem sekular-kapitalis telah menggeser makna tersebut di atas dengan permaknaan yang sama seorang penghibur di panggung-panggung hiburan. Sungguh ini juga menunjukkan masyarakat (terutama yang menyawer) tidak lagi punya adab. Lebih pada pelecehan.

Sistem yang memisahkan agama dengan kehidupan membuat penghuninya jauh dari adab. Mereka keblinger dengan hal-hal yang dianggap sebagai hiburan, padahal membaca Al Qur'an di dalam Islam adalah orang yang dimuliakan.

Seharusnya negeri yang mayoritas penduduknya muslim ini memiliki peraturan terkait dengan majelis. Sebuah majelis harus dijaga adabnya demo keberkahan acara dan ilmu yang sedang berlangsung di dalamnya. Karena hanya Islam yang memiliki aturan yang lengkap, termasuk adab memuliakan sebuah majelis.

Dari sisi hukum, ketegasan untuk para pelaku pelecehan juga musti mendapatkan hukuman yang bisa memberi efek jera. Bukan sekedar permintaan maaf yang sebatas dilakukan di bibir semata. Efek jera selain bagi pelaku, tentunya akan berdampak bagi orang lain yang mereka juga akan takut melakukan hal yang sama. Wallahu alam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google


latestnews

View Full Version