View Full Version
Sabtu, 27 Jul 2024

Kerudung Bukanlah Aksesoris Fashion Semata

 

Oleh: Ameena N

Dalam dunia yang sudah diliputi oleh kapitalisme ini, fashion menjadi hal yang sangat penting bagi manusia. Semakin ke sini, semakin banyak saja variasi fashion yang dicetuskan. Dari yang paling tertutup, hingga yang paling terbuka. Dari yang paling normal, hingga yang paling aneh.

Namun, seaneh-anehnya model fashion yang dikeluarkan oleh banyak sekali bisnis mode, sepertinya belum ada deh, yang modelnya pakai pakaian crop top lalu di-mix and match dengan kerudung. Kebayang, nggak? Terlalu aneh sampai susah untuk dibayangkan gimana bentuknya Tapi, percaya nggak percaya, model busana ini kini sedang marak dipakai oleh anak-anak gen Alpha. Fakta yang menggelikan sekaligus menyedihkan!

Bagaimana tidak menyedihkan? Kerudung saat ini benar-benar dianggap sebagai fashion semata, bukan untuk menjalankan syariat Allah. Kerudung itu, kan, asalnya untuk kita menutup aurat, agar kita bisa dikenali, tidak diganggu, dan lebih terlindungi. Nah, kalau setengah-setengah gini, tiga tujuan tadi mana bisa tercapai. Kesannya malah kayak krisis identitas, nggak, sih, ini?

“Hai, Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al-Ahzab: 59)

Ya, jadi seharusnya itu memang seluruh tubuh mereka kecuali wajah dan telapak tangan yang ditutup. Jangan kepalanya doang yang ditutup, tapi perutnya diperlihatkan ke mana-mana.

Sebenarnya nggak cuman anak-anak aja, sih, yang nyelenehin pakaian syar’i dari kemarin. Orang-orang dewasa bahkan udah duluan dari kemarin-kemarin. Bahkan bukan hanya menyelewengkan saja, tapi juga melecehkan eksistensi kerudung itu sendiri. Ya, mau bagaimana pun, anak-anak itu tidak mungkin begitu jika tidak ada indikasi awal dari orang dewasa. Karena perilaku dan sikap anak itu cenderung meniru kepada yang lebih dewasa. Jika anak-anaknya saja sudah begitu, orang dewasanya apalagi.

Ini tidak hanya menyinggung soal bagaimana orang tua dan orang-orang dewasa di sekitarnya loh, ya. Karena bisa jadi, orang-orang dewasa di lingkungannya, sih, normal-normal aja, tapi orang yang dia tonton atau ikuti di sosial media itu juga bisa menjadi pemicu dari sikap dan perilaku mereka. Itulah mengapa seharusnya orang tua harus waspada dan lebih memperhatikan aktivitas anaknya di sosial media atau pas mereka lagi main HP.

Anak-anak yang berkerudung tapi memakai baju crop top, atau bahkan wanita-wanita muslimah dewasa yang melakukan pelecehan terhadap kerudung itu tidak paham dasar dari alasan mereka harus memakai kerudung dan menutup aurat. Mereka pikir bahwa kerudung itu hanya aksesoris biasa saja seperti pakaian-pakaian yang lain. Jadi sah-sah aja, dong, kalau mereka mau mix and match kerudung itu dengan pakaian jenis apa aja. Mau pakai crop top, mau pakai baju ketat, apa pun itu, lalu tetap pakai kerudung di atasnya dirasa tidak masalah.

Padahal kembali lagi, kerudung itu masih memiliki harga diri yang tinggi bagi yang melihatnya. So, efeknya adalah siapa pun yang menyalahgunakan, maka akan ditegur bahkan dihujat habis-habisan oleh orang-orang kita. Ini sudah sering terjadi, bukan?

Oleh karena itu, agar tumbuh karakter kritis pada anak, orang tua harus memberinya bimbingan dan pengertian tentang banyak hal. Tentang mengapa harus begini dan begitu. Dalam konteks ini adalah menutup aurat. Beri pemahaman pada anak bahwa menutup aurat itu penting, dan kenapa penting? Agar ketika mereka dewasa nanti, anak-anak itu sudah punya prinsip dan juga memaknai segala hal yang dia lakukan dengan baik. Jadi nggak asal pakai kerudung aja, menutup aurat aja, tapi nggak paham maknanya. Maka dari itu masih banyak di negara ini, muslimah yang berpakaian tertutup, sih, tapi masih maksiat.

Memang, nggak ada manusia yang sempurna. Bukan hak kita pula untuk menghakimi mereka yang berkerudung tapi masih melakukan maksiat. Namun beginilah, kita masih harus terus saling mengingatkan dan merasa malu karena masih belum sempurna dalam menjalankan syariatNya. Wallahua’lam. (rf/voa-islam.com)

Ilustrasi: Google

 


latestnews

View Full Version