View Full Version
Ahad, 01 Dec 2013

Smart Teen (48): UMAT ISLAM SAAT INI DALAM BAHAYA!

Sayang, Tak Banyak yang Sadar Ini!

“UMAT ISLAM SAAT INI DALAM BAHAYA!”

Apa yang ada di benak Sobat sekalian ketika membaca kalimat diatas?

Banyaknya muslimin yang ditindas? Ya, benar!

Terjadinya peperangan? Benar juga!

Gencarnya pemurtadan? Tidak salah!

Dahsyatnya ghazwul fikri? Bener banget!

Atau ada yang berpikiran lain?

Bagaimana jika saya memberi tambahan: kuatnya ta’ashub pada golongan masing-masing?

Ya, tak banyak yang sadar akan hal ini. Mungkin sebagian Sobat ada yang memahami apa itu ta’ashub, dan bagi Sobat yang belum paham, insya Allah akan paham setelah menyimak kata demi kata dari tulisan ini.

Ketika bertemu muslim lain di jalan, tak jarang hati bergumam:

“Wahh… pasti manhajnya sama kayak aku!” ketika melihat pakaiannya sama dengan kita

“Ih, pakaiannya kayak gitu, mesti beda deh sama aku, mesti golongan anu deh!” ketika pakaiannya berbeda dengan kita.

Atau mungkin ketika ada selebaran seminar keagamaan, kadang hati berkata:

“Wah, yang ngisi ustadz fulan, dateng ahhh…” ketika ustadz pemateri sama manhaj dengan kita.

“Ah, ga usah dateng ahh, ngabisin waktu aja…” ketika ustadz pemateri berbeda manhaj dengan kita.

Atau ketika melihat sebuah buku:

“Waahhh.. karangannya ustadz fulan nih, baca ahhh…” ketika melihat pengarang bukunya semanhaj dengan kita.

“Halahh.. ustadz itu mah ga berilmu, ngapain baca bukunya…” ketika pengarang bukunya bukan bagian dari kelompok kita.

Atau yang lebih parah lagi:

“Aku mau temenan sama A aja lah, dia kan semanhaj sama aku, ga mau aku temenan sama B soalnya dia dan aku BEDA!”

Helloooooo???? Mengapa ini harus terjadi Sobat? Mengapa kita harus membesar-besarkan perbedaan dengan saudara seiman kita? Mengapa ta’ashub kita sekuat ini??? Mengapa????

Oke lah, mungkin kita akan condong ke salah satu golongan, terutama dalam masalah aqidah, karena aqidah adalah perkara ushul yang tak boleh ada khilaf. Tapi, jika dalam masalah furu’ dan masalah dunia, apa salahnya Sob kita membuka diri dengan golongan selain kita?

Ketika ada seminar mengenai fiqih, Bahasa Arab, motivasi, thibbun nabawi, entrepreneur, dll yang termasuk urusan dunia dan furu’, tak masalah kan untuk datang meski pengisi acara itu berbeda manhaj dengan kita?

Ketika ada buku mengenai motivasi, bisnis, teori konspirasi, pembahasan fiqih, dll yang bukan termasuk urusan ushul, apa salahnya kita baca?

Sobat, dengan kita menutup diri dari golongan lain dan hanya taqlid dengan ustadz-ustadz golongan kita yang juga ta’ashub, ilmu kita juga segitu-gitu aja! Bahkan boleh jadi pemikiran kita malah jadi sempit dan gampang tertipu.

Saya ambil contoh yang terjadi dengan orang disekitar saya:

Dia penganut sebuah manhaj yang terkenal ahli dalam perkara fiqih dan memiliki banyak syaikh dan ustadz alumni Arab Saudi, sebut saja Ana. Dia adalah seorang mahasiswi yang rajin membaca, dia pun menjual buku-buku Islami. Konon, dia menjual buku-buku karangan Jerry D. Gray -sudah maklum bahwa buku-bukunya membahas konspirasi zionis-. Suatu hari, temannya Ana, sebut saja Ina, ingin memesan salah satu buku Jerry D. Gray. Betapa terkejutnya Ina ketika Ana mengabarkan bahwa dia tidak menjual buku itu lagi. Dan yang membuat Ina tercengang adalah ketika dia mengatakan bahwa buku itu belum jelas kebenarannya, husnuzhon saja. Whaaaattttt??? Husnuzhon dengan musuh Islam si Amerika dan Zionis la’natullah? Yang bener aja ente!

Ketika Jerry D. Gray dalam bukunya memaparkan banyak bukti, ditambah media-media yang kritis memaparkan hal serupa, apa lagi yang mau disangkal? Saya curiga, apakah syaikh-syaikh dan ustadz-ustadz mereka melarang mereka membaca buku-buku konspirasi karena maksud tertentu –mengingat Arab Saudi begitu mesra dengan Amerika-? Hanya Allah yang Tahu!

Padahal, melalui buku teori konspirasi, kita bisa tahu lho, mana teman dan mana musuh.  Kita bisa tahu , kepada siapa kita berwala’ dan kepada siapa kita berbara’. Kita bisa tahu, siapa yang teroris dan siapa yang pahlawan. Kita bisa tahu, mana yang ulil amri dan mana yang thoghut!

Dengan Ana menutup diri dari golongan lain, dia sebenarnya sudah membahayakan dirinya sendiri. Contohnya dalam wala’ dan bara’ karena hal ini termasuk ke dalam ashlul iman (jika tidak ada atau salah penempatan maka tak iman dalam dirinya). Saya yakin setiap golongan berbeda dalam mentafsirkan dan menentukan kepada siapa berwala’ dan kepada siapa berbara’. Tapi, dengan memahami  teori konspirasi, kita bisa menarik benang merah: siapa otak dari kerusakan dunia saat ini, siapa saja sekutunya, dan siapa saja yang berjihad menentangnya. Hasilnya: kita tahu, pantaskan si fulan dianggap ulil amri? Pantaskah negara A disebut negara tauhid? Pantaskah para mujahid dianggap khawarij dan teroris? Tapi, apakah Ana sadar bahwa dia dalam bahaya dengan salah menempatkan objek wala’ dan bara’nya?

Jadi, ayo, Sobat, kita buka diri kita dengan golongan lain dalam masalah dunia dan masalah furu’, jangan terlalu ta’ashub lah dengan golongan sendiri. Bukan ustadz dan syaikh kita kok yang menjamin kita masuk surga.

Atau, silakan Sobat tetap ta’ashub dengan golongan sendiri jika memang Sobat menginginkan akal yang sempit dan tak mampu berpikir jernih, tapi saya yakin, Sobat semua tak ingin memiliki otak kerdil yang tak mampu membedakan mana teman dan mana musuh!

Luluk Rivi Zulmi


latestnews

View Full Version