View Full Version
Rabu, 18 Jun 2014

Dugem, Party, Minum Bir. Maksiat Yang Tak Perlu Dibanggakan Bro

“Aku habis dugem tadi malam,” seorang remaja memberitahu temannya.

“Wah...berarti kamu ke diskotik donk? Itu kan tempat maksiat, Mas.”

“Iya, sesekali kita perlu tahu dunia malam itu kayak gimana. Supaya hidup kita itu kaya wawasan. Aku donk, tahu hitam putih dunia. Jadi aku ini termasuk gaul, nggak kuper,” katanya bangga.

Sahabat muda, itu tadi adalah sekilas percakapan antara dua anak muda yang pernah saya dengar. Percakapan yang bila saja tidak disaring dengan baik, membawa beberapa informasi yang menyesatkan. Dalam konteks tersebut, pembawa informasi memberitahukan tentang aktivitas dia semalam yaitu dugem. Dugem atau dunia gemerlap yang dilakukan di dalam diskotik. Namanya diskotik jelas saja berisi orang-orang yang berdisko, campur aduk laki-laki dan perempuan.

Gaya berbusana juga pasti disesuaikan. Tak mungkin mereka yang datang ke diskotik menutup aurat dengan baik. Yang ada malah saling berlomba untuk seminim mungkin dalam berpakaian. Jelas sekali tujuannya adalah untuk menarik perhatian lawan jenis untuk mendatanginya. Gaul bebas menjadi trend yang tak mungkin dihindari dalam ruangan maksiat ini.

Bukan itu saja. Minuman keras atau beralkohol juga menjadi hidangan biasa. Nggak mungkin kan datang ke diskotik hanya untuk minum jus jambu. Transaksi narkoba dan seks pun bukan menjadi hal yang tabu. Nah, tempat yang seperti inikah yang disebut sebagai kaya wawasan, gaul dan nggak kuper?

Jelas saja ini pernyataan yang menyesatkan. Sebagai remaja muslim yang cerdas tentu saja kamu gak bakal mudah percaya begitu saja. Sebaliknya, pikiran kritismu pun berjalan. Sebetulnya, dia juga tahu kok diskotik itu tempat apaan. Hanya saja dia membuat pembenaran terhadap aktivitas maksiatnya itu. Nah, bila seseorang itu sudah tahu bahwa apa yang dilakukannya itu maksiat dan haram tapi tetap ngeyel ogah berhenti, itu artinya dia sudah mentasbihkan dirinya sebagai orang sakti.

“Mas, sudah pernah belajar pegang api lilin belum?”

“Ngapain? Kurang kerjaanbanget!”

“Enggak, barangkali aja Mas mau nyoba gitu. Pegang deh api lilin yang kecil itu sekitar 10 menit aja. Nggak usah lama-lama.”

“Sarap kamu ya! Jelas aja panas, hangus nanti tanganku.”

“Nah, api lilin aja Mas takut kepanasan. Hangus sih nggak Mas, paling cuma sedikit meleleh. Padahal api neraka itu Mas, panasnya jutaan kali lipat daripada api lilin loh. Lha Mas kok malah gak takut sama api neraka tapi takut hangus karena api lilin yang kecil. Gimana sih? Katanya wawasan luas dan anak gaul, masa sama api saja takut. Kirain Mas tadi sudah jadi orang sakti, pamer maksiat. Itu kan sama artinya nantangin api neraka.”

Nah, biar mikir tuh remaja yang suka pamer maksiat. Sudahlah maksiat, dipamerin pake bangga lagi. Duh, naudzubillah. Semoga kita semua terhindar dari hal demikian, amin. (riafariana)


latestnews

View Full Version