View Full Version
Ahad, 06 Jul 2014

Kisah Mualaf: Mengenal Islam melalui Lensa Fotografi

Sahabat Voa Islam,

Stefano Romano adalah fotografer kondang dari Roma, Italia. Ia spesialisasi di bidang foto wajah atau portrait photographer. Dengan bidikannya, berbagai ekspresi diri tertangkap jelas dan indah. Banyak perempuan yang berterima kasih padanya karena pancaran wajah mereka menjadi nyata dan menyenangkan.

Sejumlah nama artis ibukota menjalin kerjasama dengannya. Sebut saja nama Ghea Panggabean, desainer papan atas Indonesia dan Dini Fitria, presenter Jazirah Islam Trans7. Selain dengan artis, Stefano sering mengabadikan acara-acara yang diadakan oleh kedutaan besar Indonesia, Malaysia, Filipina, Bangladesh dan Pakistan.

Komunitas Bengali merupakan awal Stefano mengenal Islam. Perempuan memakai kerudung khas Bengali yang berwarna-warni diabadikan dalam blitz kameranya. Di situlah dia merasa bahwa perempuan jauh lebih cantik apabila semuanya tertutup kecuali eskpresi muka saja. Inilah awal dia mulai mengenal Islam dan berusaha ingin tahu lebih jauh.

Dalam perjalanannya, komunitas Bengali dan Pakistan tidak menyambut kehadirannya di masjid komunitas mereka di Roma dengan baik. Ia menemukan sambutan hangat justru di masjid komunitas Melayu utamanya Indonesia. Di sini, sebagai seorang non muslim ia merasa diterima dengan baik. Setiap Minggu ia hadir di acara kajian keislaman komunitas Indonesiadi Roma. Beberapa bulan kemudian, tahun 2010 ia pun siap menjadi Muslim dan mengikrarkan syahadat di hadapan beberapa saksi.

Dakwah Stefano adalah di lahan fotografi. Begitu banyak kesalahpahaman masyarakat Italia terhadap Islam yang perlu diluruskan. Salah satunya adalah perempuan Islam itu menutup aurat karena dipaksa suami atau ayahnya. Hal ini diwakili oleh komunitas Arab yang ada di Italia. Iniah yang membuat banyak warga Italia antipati terhadap Islam.

Stefano ingin menunjukkan dengan lensanya bahwa perempuan dalam Islam memunyai hak untuk menentukan keinginannya sendiri, dalam hal ini cara berpakaian. Mereka menutup aurat karena kesadaran, bukan takut suami atau ayah. Dalam menutup aurat pun, perempuan Islam tetap terlihat cantik dengan ragam warna dan model yang dipilihnya. Hitam bukan melulu satu-satunya opsi dalam pilihan berbusana muslimah. Meskipun ada berbagai pendapat dalam Islam tentang mengabadikan kecantikan perempuan dalam foto, Stefano merasa bahwa ia melakukannya masih dalam batasan Islam.

Fotografer kelahiran 1974 ini menolak mengabadikan foto perempuan yang vulgar. Dalam profesinya, ia memang memotret hampir semua objek foto manusia. Ia lebih suka menampilkan kealamian wajah yang dibidiknya daripada ekspresi dibuat-buat yang adakalanya ditampilkan oleh objek yang akan difotonya. Bila sudah demikian, Stefano lebih memilih membiarkannya dulu sampai yang bersangkutan mau kembali berekspresi secara normal.

Orang kampung adalah julukan Stefano bagi dirinya sendiri. Sejak diterima di komunitas muslim Indonesia di Roma, ia sudah jatuh cinta pada Indonesia. Rasa inilah yang mengantarkannya untuk menyunting gadis Indonesia bernama Bayu Bintara Fatmawati. Kesempatan mengunjungi Indonesia pertama kali setelah menikah, membuatnya merasa menjadi bagian dari Indonesia. Ia berharap satu ketika nanti bisa tinggal permanen di Indonesia dan menghabiskan masa tuanya bersama istri tercinta di salah satu kampung di Indonesia. Insya Allah. [riafariana/voa-islam.com]


latestnews

View Full Version