View Full Version
Kamis, 10 Jul 2014

Smart Teen Brawijaya: Visi Misi Besar Untuk Pembebasan Palestina

Sahabat Smart Muslim,

Bulan Ramadhan merupakan bulan paling dinanti bagi umat Islam di seluruh dunia. Sebuah bulan yang terabadikan dalam Surat Al-Baqarah ayat 183, yang berujung pada ketaqwaan. Bulan yang dinanti sepanjang tahun, bahkan ketika memasuki bulan Rajab, disalah satu sabda Rasulullah Saw yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad dan Ath-Thabrani, beliau berdoa agar diberkahi di Bulan Rajab, Sya’ban, dan dipertemukan kembali dengan bulan Ramadhan.

Begitu indah penantian panjang untuk bertemu Ramadhan tahun ini. Tapi penantian panjang itu, terasa menjadi perjuangan yang sangat ternanti ketika syahid siap menjemput. Tak terasa sepertiga Ramadhan pertama telah kita lewati dengan aman, di Indonesia. Akan tetapi, bagaimana dengan saudara-saudara kita di belahan bumi lainnya?

Palestina khususnya, beberapa saat lalu menjadi bulan-bulanan pasukan yahudi laknatullaah. Mereka tidak hanya mengusik ketika di luar bulan Ramadhan, akan tetapi semakin ganas dan beringas

Palestina khususnya, beberapa saat lalu menjadi bulan-bulanan pasukan yahudi laknatullaah. Mereka tidak hanya mengusik ketika di luar bulan Ramadhan, akan tetapi semakin ganas dan beringas ketika bulan Ramadhan tiba. Malam-malam Ramadhan menjadi malam yang tak menenangkan bagi jiwa. Mereka harus berwaspada di perbatasan penjuru Palestina, terlebih Gaza.

Ada yang masih bertanya, untuk apa kita sibuk mengurusi kebebasan Palestina? Masih banyak yang harus diselesaikan di negara kita, atau untuk apa negara lain ikut campur tangan, mereka juga punya masalah masing-masing yang harus diselesaikan. Terlebih pemilu di Indonesia juga belum usai. Tapi kita tentu berharap, siapapun presiden yang nantinya akan menggantikan Pak Susilo Bambang Yudhoyono, haruslah memberikan perhatian lebih terhadap Palestina. Pak Prabowo-Hatta, anda didukung oleh kekuatan ormas dan partai Islam di Indonesia. Pak Jokowi, dalam debat capres, anda membawa-bawa nama Palestina sebagai negara yang akan anda bela. Semua yang anda berdua lakukan akan dipertanggungjawabkan dihadapan-Nya.

Permasalahan Palestina adalah permasalahan umat muslim di seluruh dunia. Bantuan dari Indonesia sudah terkirimkan sejak lama, bahkan pembangunan-pembangunan fasilitas umum yang sangat dibutuhkan masyarakat Palestina, khususnya di Gaza sudah terealisasi. Namun, ternyata fasilitas-fasilitas yang baru saja tercipta, luluh lantak oleh rudal dan senjata Israel Laknatullaah. Bangunan baru tersebut seakan menjadi sasaran latihan jitu rudal pasukan Israel. Dibangun, ditembak, dibangun, ditembak.

Waktu yang terhabiskan untuk membangun fasilitas tersebut, tidak sebanding dengan lama waktu untuk menghancurkannya. Apa yang harus dilakukan umat Islam di seluruh dunia?

Segala cara sudah dicoba. Segala fasilitas dibangun untuk membantu saudara di Gaza sudah terealisasi, namun apa hendak dikata, pasukan Israel bukanlah pasukan manusia yang memiliki hati. Mereka lebih biadab daripada seekor hewan yang kepalaran di tengah hutan.

Kembali lagi pada pertanyaan, apa yang seharusnya dilakukan umat Islam di seluruh dunia?

Kembali lagi pada pertanyaan, apa yang seharusnya dilakukan umat Islam di seluruh dunia? Sebelum menjawab pertanyaan tersebut, maka patut kita belajar pada para pendahulu yang mencoba membebaskan Al-Quds.

Kita perlu memahami bagaimana mereka mempunyai visi dan misi yang begitu besar. Mereka tidak arogan dalam mewujudkan kemenangan pembebasan Al-Quds. Tidaklah pembebasan harus melalui tangannya. Tidak. Sekali-kali tidak.

Mereka hanya ingin Al-Quds ini terbebaskan dari tangan-tangan zionis Laknatullaah. Sekalipun mereka adalah orang yang terbunuh pertama kali, tidaklah mengapa, harus ada yang melanjutkan perjuangannya. Sekalipun yang melanjutkan perjuangannya bukanlah anak-cucunya, tidaklah mengapa, asal Al-Quds kembali ke pangkuan Islam.

Dari terik mulai terasa di Suriah, mengiringi panasnya suasana peperangan yang terjadi antara kaum muslimin dan orang-orang kafir. Di pusat kota, terdapat seorang sultan yang sangat masyhur, shalih, dan mencintai para ulama, mempunyai visi dan misi yang besar dibalik pembebasan Al-Quds. Dialah yang akhirnya menjadi tokoh pelopor dibelakang Panglima Perang Salib yang bernama Shalahuddin Al-Ayyubi.

Nuruddin Zanki, sosok yang memiliki kedudukan tinggi di masyarakat, dan di sisi Allah Swt. Seorang shalih yang berusaha membebaskan Al-Quds, dengan ataupun tanpanya. Namanya dikenang ataupun tidak.

Dan, benar saja, lelaki yang menjadi pelopor adanya perayaan Maulud Nabi karena lemahnya kecintaan umat Islam pada Rasulullah Saw pada saat itu, sebelum Islam berhasil menakhlukkan Al-Quds, Allah Swt mentakdirkannya untuk ada disisi-Nya.

Perjuangannya ternyata tidak terhenti ketika ia meninggal. Kita lihat visi misi besar, seorang Sultan yang tidak mengunggulkan ke’aku’annya. Tapi mengunggulkan bagaimana agar Al-Quds kembali ke pangkuan Islam.

Sepeninggalnya dalam peperangan, ternyata menjadikan Panglima perangnya tidak menghentikan langkah membebaskan Al-Quds. Cahaya Allah Swt masih menyinari hati-hati pasukan Nuruddin.

Panglima perang yang mengambil alih pasukan perang untuk membebaskan Al-Quds adalah Imaduddin. Kita menyaksikan bagaimana persatuan umat Islam untuk membebaskan Al-Quds begitu besar. Sehingga lepas pemimpin pertama, langsung diambil alih pemimpin kedua, tanpa menunggu batas waktu yang sangat lama.

Imaduddin, mengakhiri hidupnya di dalam peperangan, tepat sebelum Islam membebaskan Al-Quds. Tiada orang lain yang mampu menggantikan kepemimpinan beliau, kecuali keponakannya. Dialah yang kita kenal panglima perang salib, Shalahuddin Al-Ayyubi.

Dia memang tidak mengawali perjuangan melawan orang-orang kafir, akan tetapi dia berhasil mewujudkan cita-cita perjuangan pendahulunya. Dalam perjalanannya membebaskan Al-Quds, lelaki ini terus menanamkan persatuan diantara pasukannya. Ini bukan untuk kemenangan panglima perang, tapi untuk umat Islam di seluruh dunia. Persembahan paling berharga bagi umat Islam, yakni dapat menunaikan kembali shalat, khutbah, ramadhan, dan kegiatan Islam lainnya di Al-Quds.

Elemen penghubung yang menjadi unsur kemenangan Shalahuddin, salah satunya diambil dari keimanan pasukannya. Siapa pasukan yang dibawa oleh Shalahuddin?

Sekilas seratus tahun sebelumnya, seorang ulama masyhur mengawali pertaubatan umat Islam, dikarenakan umat Islam semakin lama semakin jauh niatnya dari perjuangan Islam.

Mereka belajar tentang Islam, bukan untuk meraih surga, tapi untuk mendapatkan jabatan-jabatan di pemerintahan. Lelaki yang dalam kondisi berpelukan dengan Shahih Bukhari ketika meninggal dunia tersebut menjadi langkah baru para ulama. Melalui karyanya, ia berhasil menjadikan Islam kembali sebagaimana semestinya. Kembali Berjaya.

Pelopor taubat para ulama bernama Al-Ghazali, yang akhirnya menuliskan buku putih Al-Ihya Ulumuddin. Membuat zawiyah atau pesantren, yang akhirnya mempunyai ratusan cabang. Salah satu santrinya yang terkenal adalah Abdul Qadir Al-Jailani, nama yang disebutkan oleh salah satu ormas Islam di Indonesia ketika mengucapkan Al-Fatihah.

Pasukan-pasukan perang Shalahuddin Al-Ayyubi yang tangguh untuk membebaskan Al-Quds, diperoleh dari santri zawiyah-zawiyah yang tersebar di seluruh penjuru wilayah Islam.

Betapa besar sebuah visi misi yang dibangun umat Islam dalam pembebasan Al-Quds. Sebuah visi misi panjang, yang disambut serentak oleh santri-santri yang dipelopori oleh Al-Ghazali.

Sebuah gaya peperangan yang kini diterapkan pula oleh Israel di Palestina. Mereka mempunyai jaringan yang sangat luas. Memiliki seorang paman yang mempunyai dan menguasai media di seluruh dunia, dialah Paman Syam.

Ketika Israel diserang, dan hanya membuat sedikit kerusakan, maka berita yang tersebar sangatlah besar, dan di lebih-lebihkan. Sementara ketika Israel menyerang Palestina, atau Gaza, maka media yang menyiarkan tidaklah banyak, kalaupun ada yang menyiarkan, tidak akan dilebih-lebihkan, bahkan cenderung dikurang-kurangi.

Inilah yang harus kita bangun, mempunyai semangat visi-misi yang sangat besar untuk merebut kembali Al-Quds dari cengkraman Yahudi, Israel, dan Zionis. Tidak lantas sekedar mengumpulkan uang, lalu mengirimkannya ke Palestina, membangun fasilitas umum, yang nantinya ketika sudah jadi akan menjadi bulan-bulanan Yahudi.

Akan tetapi kita perlu menyiapkan hal yang lebih besar, yang patutnya kita diskusikan secara serentak, oleh umat Islam di seluruh dunia yang diwakilkan kepada para ulama. Maka patutlah kita belajar dari keteladanan yang diciptakan oleh Nuruddin Zanki, Imaduddin, Shalahuddin Al-Ayyubi, Al-Ghazali, dan barisan para Syuhada...

Oleh : Izzur Rozabi, Universitas Brawijaya, Malang


latestnews

View Full Version