View Full Version
Ahad, 08 Sep 2019

Remaja Hijrah, Siapa Takut?

 

Oleh:

Oktavia Nurul Hikmah, S.E

Pengasuh MT Remaja Kedamean, tinggal di Gresik

 

SOBAT, telah berlalu 1441 tahun semenjak hijrah Rasulullah yang pertama kali di bumi Madinah. Perjalanan yang penuh bahaya bersama sahabat Abu Bakar ra. berujung akhir yang indah. Rasulullah disambut penuh sukacita oleh masyarakat Madinah. Bahkan, sekalipun banyak di antara mereka belum pernah berjumpa dengan Rasulullah sebelumnya. Lantunan shalawat mengiringi kesyahduan pertemuan penduduk Madinah dengan Sang Junjungan yang mereka rindukan.

Hijrah, adalah kemenangan atas Islam. Sejak Rasulullah menerima wahyu untuk pertama kali dan mendakwahkannya kepada manusia, Rasulullah mengalami berbagi ujian yang berat. Tak sedikit di antara kerabat beliau yang memberikan penentangan paling keras atas dakwah. Mereka melewati hari dengan melakukan berbagai hal buruk kepada Rasulullah. Mereka melempar kotoran ke depan kediaman beliau, menyakiti secara lisan maupun perbuatan, serta tak henti memberikan cacian dan ancaman. Tak hanya itu, mereka pun melakukan penyiksaan pada pengikut Rasulullah yang lemah, yaitu dari kalangan budak dan nasab yang kurang terhormat. Mereka melakukannya dengan harapan Rasulullah menghentikan aktivitas dakwahnya serta mencegah manusia untuk memeluk Islam.

Namun, semua harapan itu meleset. Pengikut Rasulullah justru semakin bertambah. Bahkan, beberapa di antaranya adalah penduduk kelas pertama, yaitu dari kalangan yang paling terhormat nasabnya. Kaum kafir Quraisy memutar otak memikirkan strategi lainnya. Mereka tawarkan harta, kedudukan dan wanita bagi Rasulullah dengan syarat Rasulullah mau menghentikan dakwah. Namun, Rasulullah tak bergeming.  Jawaban Rasulullah atas tawaran itu mampu membuktikan, bahwa dunia yang ditawarkan oleh mereka sungguh tak ada artinya dibandingkan kemuliaan Islam.

“Wallahi, Demi Allah. Seandainya mereka meletakkan matahari di tangan kananku, dan bulan di tangan kiriku, agar aku menghentikan dakwah ini, niscaya aku tidak akan menghentikan dakwah ini hingga Allah memenangkannya atau aku binasa”.

Penolakan itu menyadarkan kaum kafir bahwa Rasulullah dan kaum muslimin tidak akan pernah berhenti memperjuangkan keyakinannya. Dan bahwa orientasi perjuangan kaum muslimin tidak sedikitpun karena dunia. Keridhoan Rabbnya, itulah tujuan utama.

Sobat, keteguhan Rasulullah dan para sahabatlah yang menjadikan kita dapat mengenal Islam. Peristiwa hijrah menjadi penanda berdirinya daulah Islam yang pertama. Negara yang menjalankan syariat Islam kaaffah di bawah pimpinan Rasulullah SAW. Negara yang menjalankan politik luar negeri berbasis dakwah dan jihad. Tak heran, Islam berkembang pesat. Dua pertiga bagian dunia pernah menjadi bagian dari daulah Khilafah Islamiyah.

Sobat, misi hijrah Rasulullah tak sekedar pindah tempat bermukim. Hijrah Rasulullah adalah dalam rangka menerapkan syariat Islam secara kaaffah. Beliau berpindah dari kota Makkah yang menolak dakwah, menuju Madinah al Munawarah. Madinah yang telah terwarnai dakwah yang dilakukan duta dakwah     Rasulullah yakni Mushab bin Umair, siap menerima Rasulullah berikut kepemimpinannya. Sejak kedatangan Rasulullah, Madinah diatur seluruhnya dengan hukum Allah. Dengan kata lain, makna hijrah sesungguhnya adalah perpindahan dari kehidupan jahiliyah menuju kehidupan Islam.

Karena hal inilah, esensi hijrah sesungguhnya tetap relevan dengan era kekinian. Dunia tengah berada di era jahiliyah modern. Bukan karena pemeluk Islam telah murtad dari agamanya. Namun karena jumlah kaum muslimin yang banyak, tidak diikuti dengan penerapan Islam secara sempurna. Manusia memeluk agama Islam, namun luput dari ketundukan secara total kepada hukum Allah. Nyatanya, tak ada satu negeri Islam pun yang menerapkan Islam secara kaaffah. 

Sobat, kita pun menjadi korban kejahiliyahan sistem kehidupan. Generasi muslim dibesarkan dengan orientasi kehidupan yang menyimpang. Materi menjadi tujuan utama. Standar kebahagiaan tidak lagi keridhoan Allah, melainkan pencapaian atas materi yang fana. Gempuran paham yang merusak menjadi makanan sehari-hari. Liberalisme, hedonisme, sosialisme, dan kapitalisme berebut merasuki benak generasi Islam. Tak ayal, terlahir insan yang bersyahadat namun paling keras menolak syariat.

Dua fenomena teranyar menjadi bukti paling konkret. Pertama, pemecatan mahasiswa berprestasi di sebuah kampus Islam dengan tuduhan berafiliasi dengan ormas radikal. Pemecatan berdasar asumsi hanya karena sang mahasiswa getol menyampaikan amar makruf nahi munkar. Kampus Islam namun anti dengan dakwah Islam. Bahkan sebelumnya, kampus ini pun mengeluarkan larangan penggunaan cadar.

Kedua, pelolosan disertasi yang menghantam hukum Islam. Sekali lagi, terjadi di sebuah kampus Islam. Si calon doktor mempresentasikan disertasi terkait penghalalan zina di ruang privat. Kejahiliyahan tersebut diluluskan, bahkan dengan nilai memuaskan.

Sobat, bangun kesadaran dirimu. Adalah qadha Allah, engkau terlahir di masa penuh fitnah. Namun, kewarasan harus dipertahankan. Jangan diam. Berbuatlah untuk keselamatan imanmu. Langkahkan kaki menuju forum ilmu yang diberkahi. Jadikan Al Quran dan As Sunah sebagai pedoman. Bentengi diri dengan pemahaman Islam agar tak tergerus paham yang menyesatkan.

Jagalah keistiqamahan dengan aktif mendakwahkan Islam. Bukanlah Allah telah menjamin, barang siapa menolong agama Allah maka Allah akan menolong urusannya. Jadikan Allah sebagai penolong yang utama. Karena hanya dengan kekuasaan Allah lah kita mampu selamat dari fitnah akhir dunia. Bergegaslah menyerukan Islam kaaffah kepada manusia. Karena penerapan Islam kaaffah adalah esensi hijrah yang sesungguhnya. Katakan dengan lantang, “Saya siap berhijrah menuju penerapan Islam kaaffah”.*


latestnews

View Full Version